Brilio.net - Apa sih gangguan jiwa itu? Dilansir brilio.net dari psikologi.or.id, Jumat (23/2) gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan manifestasi-manifestasi psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja yang buruk, dan disebabkan gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, fisis, atau kimiawi.
Data WHO tahun 2016 yang dikutip dari depkes.go.id menunjukan terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Meski penderita sakit jiwa cukup banyak, masyarakat sering menganggap remeh penyakit ini bahkan mengejek penderitanya.
BACA JUGA :
10 Penampakan ganja saat dilihat dengan mikroskop, bikin kamu melongo
Orang dengan gangguan kejiwaan sering mendapat label negatif dari lingkungan sosial. Mereka kerap dihindari masyarakat, diolok-olok, serta dijadikan bahan lelucon. Nggak banyak orang yang bisa mengerti kepribadiaan orang-orang dengan gangguang kejiwaan.
Salah satu yang bisa memahami adalah perawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Banyak kisah suka dan duka yang dialami para perawat selama berinteraksi dengan pengidap gangguan jiwa. "Awal masuk (bekerja) takut nanti gimana kalau pasien ngamuk, gimana cara menghadapinya," cerita Siska Ariyani (37), perawat di RSJ Grhasia saat ditemui brilio.net, Jumat (23/2).
Tapi, lambat laun pendangannya berubah. Sosok yang sudah mengabdikan diri merawat penderita gangguan jiwa sejak tahun 2005 ini mengungkapkan, penderita gangguan jiwa tidak selalu identik dengan orang suka mengamuk, menganggu, ataupun aneh. Ia menyatakan pasien gangguan jiwa tidak sepenuhnya sama dengan yang ditampilkan media. "Kadang secara real seperti itu, tapi tidak semua. Di TV ada yang berlebihan" kata Siska.
BACA JUGA :
Hati-hati ini ternyata bahaya besar pakai mesin pengering tangan
Siska memang kerap menangani pasien mengamuk. Namun menurutnya setelah pasien stabil, mereka bisa berinteraksi secara baik. Karenanya, ia cukup prihatin dengan orang yang masih mengolok-olok pasien gangguan jiwa. "Mereka memang sakit jiwa. Tapi jangan jadi bahan olok-olokan. Mereka perlu dirangkul dan mendapat dukungan," sebut Siska.
Penyebab gangguan jiwa semakin variatif saja. Siska pernah menangani salah seorang siswa SMP yang menderita gangguan jiwa. Konon penyebab gangguan jiwa siswa ini ialah karena di-bully. Menurut siska bullying pun menjadi sebab gangguan jiwa akhir-akhir ini.
Siska pun menyayangkan sikap masyarakat yang kerap melalukan bullying. Harusnya orang-orang lebih menjaga perilaku agar tidak menganggu jiwa orang lain. "Kita harusnya lebih mengontrol diri dan perkataan kita. Jangan sampai yang maksud kita guyon itu jadi sesuatu yang mengganggu orang lain. Menjadi stresor," jelas Siska.
Bertahun-tahun menjadi perawat di RSJ membuat alumni Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta ini semakin memahami cara memperlakukan pasien gangguan jiwa. Menurut Siska, harus bersikap tenang dan tidak panik ketika berada di sekitar pengidap gangguan jiwa.
Siska yang kini ditempatkan di bagian intensif RSJ Grhasia bercerita, pernah menangani pasien dari masih sangat histersi hingga normal kembali. Perubahan tersebut pun membuat Siska trenyuh. "Saya pernah punya pasien, dia masih muda ketika saya rawat, dan ketika sembuh dia tetap mencari saya. Itu sesuatu yang bagi saya menyentuh," kata Siska.
Terkadang ia kerap bercanda dengan pasien gangguan jiwa. Selama merawat mereka, Siska juga kerap disambut hangat. "Terenyuh ketika kadang ada pasien yang bilang, 'bu, aku ikut ibu saja ke rumah'," jelas Siska yang mengaku setiap momen bersama pasien gangguan jiwa ialah hal menarik.