1. Home
  2. ยป
  3. Sosok
11 Januari 2024 23:20

Kisah Wiwid mengubah bekas pertambangan kapur menjadi wisata Zaman Batu

Paleo Stone Age bisa kamu temukan di kawasan Betoro Lor, Karangasem, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul. Devi Aristyaputri

Brilio.net - Ragam destinasi wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta seiring waktu semakin bertambah. Terbaru, hadir destinasi wisata yang unik dan menarik, membawa kita pada perjalanan bernuansa yang berbeda bak merasakan jaman batu purba, bernama Paleo Stone Age.

Destinasi ini tidak terletak di jalur wisata, seperti halnya kawasan pantai selatan Jawa. Paleo Stone Age bisa kamu temukan di kawasan Betoro Lor, Karangasem, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul.

BACA JUGA :
Kisah Nanang bangun bisnis lidah buaya, pilih resign dari pabrik kini punya PT beromzet puluhan juta


Kamu akan membutuhkan waktu kurang lebih dua jam perjalanan untuk sampai di Paleo Stone Age dari kota Yogyakarta. Di tempat tersebut kamu akan merasakan pengalaman berpetualang ke zaman prasejarah. Tempat ini memungkinkan para pengunjung untuk mengeksplorasi dan merasakan kehidupan di zaman batu purba dengan lebih dekat. Di tempat ini kamu juga bisa melihat dan merasakan bagaimana cara manusia prasejarah melakukan kegiatan sehari-hari mereka.

Tak hanya itu saja, kamu juga bisa belajar mengenai cara hidup yang dilakukan oleh nenek moyang kita di masa lalu. Mulai dari cara membuat alat-alat dari batu, cara mereka berburu, bertahan hidup, dan berbagai aspek sejarah lainnya. Selain itu, kamu juga bisa melihat replika kehidupan di gua, seperti fosil-fosil hewan yang hidup di zaman batu. Selain itu, tempat tersebut juga dilengkapi dengan restoran.

Kisah di Balik Paleo Stone Age.

BACA JUGA :
Kecelakaan hingga buta dan ditinggal istri, kisah sedih tukang pijat tuna netra ini bikin terenyuh

foto: Brilio.net/Devi Aristya Putri

Tak hanya memiliki konsep zaman batu, tempat wisata yang didirikan oleh Wiwid Marsudiana ini berawal dari idenya yang muncul tanpa diduga-duga.

Menurut penuturannya ketika di temui di Paleo Stone Age, ia menceritakan bahwa tujuan awal bukan untuk mendirikan tempat wisata, melainkan untuk memberdayakan warga sekitar dan mengangkat nama Desa Ponjong agar memiliki destinasi yang berbeda dari wisata sebelumnya, yang berfokus pada pengembangan pantai.

"Selain destinasi, orang-orang di sekitar sini bisa ikut kerja di sini, misinya itu sebenarnya," jelas Wiwid ketika ditemui di Betoro Lor, Karangasem, Kec. Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, beberapa waktu lalu.

Selain itu, adanya Paleo Stone Age ini diharapakan bisa membuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.

Hal ini pun dibenarkan oleh salah satu karyawannya yang bernama Setu. Menurutnya, adanya Paleo Stone Age ini sangat membantu warga. "Semuanya masyarakat sini, ada tujuh pekerja di sini. Bagian masak dua orang, pramusaji tiga orang, sama yang jaga malam ada dua orang," kata Setu.

Konsep On The Spot yang hasilnya bikin mata takjub.

foto: Brilio.net/ Devi Aristya Putri

Tak hanya memiliki keunikan pada latar belakang berdirinya saja, Paleo Stone Age ini memiliki perjalanan konsep ide yang antimainstream.

Selain tujuannya yangn membuat kita takjub, konsep awal dari proses pembangunan Paleo Stone Age ini cukup antimainstream lho. Bebatuan yang tak bisa diolah itu justru memberikan ide pada Wiwid yang ingin menjadikan bekas tambang batu kapur tersebut menjadi hunian idamannya, lengkap dengan kamar dan ruang bermain anak-cucu.

"Saya senang tempat ini ya udah saya beli dan bikin kayak gini," jelas Wiwid sambil menyeruput secangkir kopi.

Setelah mengamati lokasi tersebut, akhirnya dia menentukan untuk dibuat resto, sekaligus hotel dua kamar, yang dilengkapi dengan kamar mandi bernuansa batu alam.

"Ini punya pribadi. Untuk perizinan kita ada. Kalau tambang kan nggak ada izinnya, mereka cari batukapur ya cari aja, nggak perlu izin. Ini saya cuma beli bekas tambang, diubah menjadi resto dan tempat wisata," ucapnya.

Proses pembuatan Paleo Stone Age.

foto: Brilio.net/Devi Aristya Putri

Tentunya, tempat pariwisata yang mengusung tema alam ini tidak jadi begitu saja. Tempat ini dibangun pada awal tahun 2022 dan dibuka tak lama sesudahnya. Ketika membangun, tidak banyak perubahan yang dilakukan oleh Wiwid.

Ia hanya memapras pada bagian tertentu saja. Kemudian untuk lubang ia tidak perlu menggali lagi, hanya memberikan sedikit sentuhan agar lantai tampak halus dan terbebas dari kerikil. Sementara itu, untuk memindahkan batu-batu tersebut ia tidak menggunakan alat berat.

foto: Brilio.net/Devi Aristya Putri

"Kita manfaatkan orang sekitar untuk kerja. Daripada kita bayar untuk alat berat, mending kita kasih bayar untuk masyarakat sekitar kerja kan lebih manfaat," ujar Wiwid.

Sebagai finishing dari tempat ini, Wiwid memberikan aksen tertentu di setiap sudur ruangan. Seperti di resto ia memberikan lampu-lampu estetik dan fosil-fosil kecil yang menarik perhatian. Diketahui, fosil-fosil tersebut ia pesan dari pengrajin.

foto: Brilio.net/Devi Aristya Putri

Tak hanya fosil yang membuat kamu mengalihkan pandangan. Jika datang di Paleo Stone Age kamu akan menemui patung The Flintstones yang khas dengan outfit purba berwarna orange hitam. Selain patung, kamu juga akan melihat para staf yang memakai baju flintstones, yang akan melayani dengan ramah dan baik hati.

"Kalau itu batu bentuk flinstone, terinspirasi dari cucu karena suka flinstone. Saya pikir itu sesuatu yang unik yang bisa dipasarkan. Artinya tidak semua tempat ada," ujarnya.

foto: Brilio.net/Devi Aristya Putri

Di sisi lain, Wiwid tidak hanya mengutamakan nilai seninya saja. Ia juga memperhatikan perawatan bangunan dan meminimalisir jika terjadi bencana. Perawatan ini lebih berfokus pada kebersihan lantai dan lainnya. Sementara itu, untuk mengatasi bencana, Wiwid menerapkan prosedur dasar.

"Kalau emang ada gempa jangan ada orang di dalam dan harus di ruangan terbuka. Karena ini alam sih mba, inikan ada lubang-lubang ini ada sudah lama sekali. Maksudnya udah melewati gempa kayak, kemarin gempa Jogja, Pacitan, dan beberapa bulan kemarin ada tuh. Dan tidak pengaruh," ucap Wiwid.

Nah, itulah sejarah dibentuknya tempat pariwisata Paleo Stone Age yang bisa kamu nikmati dengan teman, keluarga, dan sanak saudara di hari libur. Untuk jam buka dari Paleo Stone Age ini bisa kamu kunjungi setiap hari, mulai dari 09.00 sampai 18.00 WIB. Sedangkan, untuk tiket masuk bisa kamu beli dengan harga Rp 20 ribu sudah mendapatkan ice cream dan paket Rp 35 ribu sudah mendapatkan nasi, sayur, dan minuman.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags