Brilio.net - Tiwul, gatot, jenang, gethuk dan masih banyak lagi adalah jajanan tempo dulu yang kini sudah mulai sulit ditemui di sembarang tempat. Anak-anak muda sudah jarang mengonsumsinya. Namun, sebenarnya jajanan ini sebenarnya enak banget, dan harganya super murah.
Salah satu penjual yang masih bertahan dalam melestarikan makanan tradisional ini adalah Sumiati (60). Ia menjual jenang gendhul di sudut pasar Beringharjo, Yogyakarta. Nenek yang akrab disapa dengan Mbah Sum ini sudah 20 tahun berjualan jenang gendhul. Kini pelanggannya cukup banyak, sehingga setiap hari tidak pernah sepi. Dari hasil berjualan inilah Mbah Sum mampu menyekolahkan enam orang anaknya hingga tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
BACA JUGA :
10 Jajanan dari ketan ini bikin ngiler, kamu suka yang mana?
"Alhamdulillah dagangan saya selalu laku dan habis. Walau sudah termasuk makanan jaman dulu tapi jenang buatan saya tetap dicari pembeli. Terutama mereka yang punya anak kecil atau mereka yang akan mbancaki (acara selametan, red) anaknya yang akan tumbuh giginya," terangnya.
Pelanggan jenang gendhul bikinan Mbah Sumiyati sangat banyak
BACA JUGA :
Anak muda ini 'sulap' ampyang tradisional jadi jajanan modern
foto: Fadila Adelin
Mbah Sum begitu tekun membuat, lalu menjualnya sendiri di emperan pasar. Dan itu bukan pekerjaan mudah. Apalagi jajanan itu sudah tidak populer lagi, sehingga rasanya harus terus dipertahankan agar pembeli selalu balik lagi untuk menikmati jenang gendhul tersebut.
Bagi Mbah Sum semua itu bisa dilakukan dengan baik. Dengan berbekal ketekunan setiap hari ia mampu mengolah 3 kg tepung ketan dan tepung mutiara untuk dibuat jenang gendhul. Dengan berbekal modal sebesar Rp 200.000 setiap hari, ia mampu membawa untung sekitar Rp 100.000.
"Harga perbungkusnya cuma Rp 2.000 saja. Saya biasa jualan dari jam 08.00 hingga pukul 02.00 siang. Alhamdulillah sekarang uangnya bisa untuk nyenengke cucu," katanya.
Mbah Sum memang sudah cukup umur dan seharusnya sudah istirahat bekerja, apalagi harus membawa dua buah panci besar setiap hari. Tapi tampaknya niat untuk berhenti belum ada dalam benaknya. Mbah Sum mengatakan akan terus berjualan sampai benar-benar dirinya tak kuat lagi.