Brilio.net - Generasi milenial dinilai sebagai agen perubahan. Ya, tentu saja predikat ini disematkan bagi mereka yang punya sisi kreatif dan haus belajar hal baru. Namun bukan perkara gampang untuk mengasah ide menjadi sebuah kreativitas. Kamu harus memiliki kemampuan yang mumpuni lho.
Caranya, kamu harus banyak belajar dan nggak pernah takut untuk mencoba. Apalagi saat ini tantangan generasi milenial bukan sekadar belajar ilmu pengetahuan yang diberikan di lembaga pendidikan, tapi juga bagaimana mereka bisa menjawab tantangan masa depan yang semakin kompleks.
BACA JUGA :
Jadi kepala dinas pariwisata, ini 5 potret terbaru Victorine Lengkong
Hal inilah yang disampaikan Chief Academic Officer Sampoerna University Marshall Schott saat pembukaan gelaran Game Changer Fest yang digelar di kampus Sampoerna University, Pancoran, Jakarta, Kamis (1/2). Menurut Marshall, saat ini banyak lulusan yang tidak bisa bersaing di dunia kerja karena mereka tak memiliki kemampuan yang dibutuhkan industri.
Marshall Schott (foto: brilio.net/Yani Andriansyah)
BACA JUGA :
10 Potret Fa'i, jomblo akut inspirasi lagu 'Film Favorit' Sheila On 7
Setiap tahun para lulusan universitas dihadapkan pada kompetisi global yang menuntut mereka menjadi pribadi yang lebih komunikatif, kreatif, dan kolaboratif agar bisa bersaing, kata Marshall.
Nah, acara Game Changer Fest ini menurutnya adalah salah satu cara membuka wawasan anak muda untuk melihat perkembangan di berbagai bidang. Acara ini telah menjadi inspirasi tersendiri bagi generasi muda untuk menjadi agen perubahan (game changer) sesuai bidang dan passion masing-masing.
Untuk menjadi agen perubahan tersebut, tentu perlu adanya kemampuan kepemimpinan (leadership), kewirausahaan (entrepreneurship), dan tanggung jawab sosial (social responsibility). Ketiga spirit inilah yang menjadi misi sang pemrakarsa Game Changer Fest, Sampoerna University untuk menciptakan Indonesia yang lebih baik pada masa depan.
Sampoerna University menyiapkan mahasiswanya sukses dalam bidang akademis maupun profesional. Mereka bukan hanya diajarkan tentang teori, melainkan juga ditantang untuk berpikir kritis, berani tampil di depan umum, dan semangat untuk terus tumbuh dan berkembang dengan ilmu dan kemampuan yang dimiliki. Dengan begitu, mahasiswa yang dicetak Sampoerna University memiliki keterampilan mumpuni sesuai bidang dan passionnya sehingga tak gentar saat menembus pasar kerja nasional bahkan internasional.
Suasana Game Changer Fest (foto: brilio.net/Yani Andriansyah)
Semangat Sampoerna University tersebut disalurkan dalam Game Changer Fest. Acara ini dihadiri 400 siswa SMA kelas XI dan XII yang turut serta mempersiapkan diri menjadi agen perubahan. Para generasi muda ini diajak melihat bagaimana Sampoerna University mempersiapkan agen perubahan di masa depan lewat informasi fakultas di booth yang tersedia, mengetahui potensi diri lewat booth talent mapping, dan mendapatkan inspirasi dari para pembicara seminar dan workshop yang ada.
Nah, dari para pembicara seminar, generasi muda yang hadir mendapatkan begitu banyak wawasan. Pembicara-pembicara inspiratif ini adalah anak bangsa yang sukses mewujudkan keinginan disertai kerja keras, kreativitas, kolaborasi, dan kegigihan. Bahkan ada lho yang mampu menembus dunia internasional. Pengalaman mereka menjadi pembuka jalan bagi kamu generasi muda untuk mengikuti jejak mereka.
Siapa saja pembicara keren yang hadir berbagi inspirasi dalam acara Game Changer Fest 2018? Simak di bawah ini, yuk!
1. Nila Tanzil, Pendiri Taman Bacaan Pelangi.
foto: brilio.net/Yani Andriansyah
Cewek kelahiran Jakarta 29 April 1976 ini selain cantik juga punya jiwa sosial yang tinggi lho. Nila, begitu dia biasa disapa, sejak 2009 mendirikan Taman Bacaan Pelangi yang tujuannya memberikan akses buku kepada anak-anak sekolah di wilayah timur Indonesia. Ide awal pendirian Taman Bacaan Pelangi dimulai Nila saat ia masih bekerja sebagai konsultan komunikasi di sebuah perusahaan ternama.
Cewek yang suka traveling ini saat ditempatkan di Labuan Bajo, Flores menyaksikan banyak anak sekolah yang tidak memiliki akses terhadap buku. Saya ingat masa kecil saya selalu membaca buku. Bisa dibayangkan betapa susahnya hidup tanpa buku, ujarnya.
Dari situlah terpikir untuk membantu anak-anak di kampung-kampung di Labuan Bajo. Selain itu, Nila melihat budaya membaca di Indonesia masih relatif kecil. Bayangkan saja, menurut data Unesco, di Indonesia hanya 1 dari 1.000 orang yang suka membaca. Nah berangkat dari keprihatinan itu, dia mendirikan sebuah perpustakaan kecil Taman Bacaan Pelangi.
Setelah 8 tahun berjalan, saat ini sudah ada 63 perpustakaan Taman Bacaan Pelangi yang tersebar di 15 pulau di wilayah Indonesia Timur dari Flores hingga Papua. Nah perpustakaannya itu bisa memberi manfaat kepada 17.000 anak dan bisa memberikan akses ke lebih dari 117.000 buku cerita anak berkualitas. Nggak cuma itu, lewat perpustakaan Nila juga bisa melatih 624 guru lokal di kawasan timur Indonesia.
Karena karyanya itu, Nila pun diganjar sejumlah penghargaan di antaranya Forbes Indonesia 10 Inspiring Women 2015, Kartini Next Generation Award 2013, Nugra Jasadarma Pustaloka 2013 dan sejumlah penghargaan lain.
2. Andre Surya, Pendiri Enspire Studio & Enspire School of Digital Arts (ESDA).
foto: brilio.net/Yani Andriansyah
Kamu pasti tahu dong sosok Iron Man, tokoh superhero berbadan besi. Tapi tahu nggak sih jika di balik kehadiran sosok Iron Man ada anak muda Indonesia yang punya peran? Dia adalah Andre Surya. Anak muda ini saat berusia 22 tahun sudah menunjukkan kehebatannya di industri digital.
Nggak cuma Iron Man, dia juga kerap terlibat dalam sejumlah film Hollywood seperti Star Trek, Terminator Salvation, Transformers dan masih banyak lagi. Saat ini Andre mendirikan ESDA untuk membantu menyembuhkan mereka yang keranjingan game.
Ya daripada cuma sekadar main game, mereka kita arahkan untuk berkarya lewat 3D animasi. Jadi mereka nantinya bisa berkarya sendiri, katanya.
Mendirikan ESDA berangkat dari pengalaman pribadinya yang gemar sekali bermain game. Bahkan dari situ Andre bisa berkarier di Hollywood. Saat keranjingan game, Andre secara tidak sengaja menemukan software 3D untuk memodifikasi game. Dari situlah dia terus menekuni dunia 3D hingga berkiprah di kancah internasional yang dimulai dari Lucasfilm Singapore. Saat ini sudah ada 10 sekolah ESDA.
3. Kevin Hendrawan, YouTuber.
foto: brilio.net/Yani Andriansyah
Cowok ini sudah dikenal sebagai YouTuber ternama. Cowok yang memulai karier sebagai juara L-Men of the Year 2014 dan The Best Presenter Award ini pernah mewakili Indonesia di ajang Mister International 2014 dan masuk dalam 15 besar dunia.
Pada 2015, dia melakukan ekspedisi ke Arktik dengan kru National Geographic untuk meningkatkan kesadaran tentang perubahan iklim. Saat ini Kevin dikenal lewat karya-karyanya di channel YouTube pribadinya. Kevin juga menjadi presenter sejumlah acara di televisi.
Lewat konten-konten positif yang dia ciptakan, cowok kelahiran Purwokerto 21 Juni 1992 ini menginspirasi anak-anak muda Indonesia untuk tidak takut berkreasi dengan ide kreatif.
Kuncinya konsisten. Kalau kita konsisten pasti akan mendapatkan hasil yang baik, kata cowok yang saat SMA pernah menjadi atlet renang profesional ini.
4. Diatche G Harahap, CEO Bang Joni.
foto: brilio.net/Yani Andriansyah
Cowok yang kerap disapa Ache Harahap ini merupakan lulusan Curtin University of Technology di Perth, Australia. Dia melanjutkan pendidikan pascasarjana di University of Westminster, London, Inggris.
Ache adalah CEO PT Jualan Online Indonesia sebagai perusahaan intelijen buatan (artificial intelligence) dan menjalankan BJTech sebagai nama teknologi mereka. BJTech sendiri memiliki dua produk chatbot, Bang Joni dan Cinta.
Ide membuat teknologi ini (Bang Joni dan Cinta) untuk membantu memudahkan orang beraktivitas, katanya.
Bang Joni adalah chatbot di Messenger Baris yang memiliki lebih dari 500.000 pengguna yang menyediakan solusi transaksi, seperti taksi online (Uber), tiket pesawat (Skyscanner & Tiket.com), tiket bus antar jemput (Xtrans), pulsa telepon, kredit listrik dan layanan lainnya. Sedangkan Cinta adalah chat banking untuk BNI 46 Bank yang dirilis pada 17 Agustus 2017. Ache juga merupakan salah satu pendiri Temu Kopi, kedai kopi yang ngetop di daerah Seminyak, Bali.
5. Donny Dhirgantoro, Penulis.
foto: brilio.net/Yani Andriansyah
Nama Donny mencuat setelah muncul sebuah novel best seller berjudul 5 cm. Ide menulis novel muncul ketika Donny melihat tumpukan buku baru di sebuah toko buku. Dari situ dia mulai berpikir untuk menulis buku agar bisa juga terpampang di antara tumpukan buku-buku itu.
Dari tekadnya itu, Donny nekad berhenti dari pekerjaannya dan mulai menulis 5 cm. Tapi bukan perkara gampang lho. Cowok kelahiran Jakarta 27 Oktober 1978 ini harus berjuang cukup lama untuk merampungkan bukunya itu.
Namun usaha dan kerja keras Donny membuahkan hasil. Novel 5 cm sukses di pasar dan menjadi best seller. Bahkan bukunya itu dijadikan sebuah film layar lebar dengan judul yang sama oleh sutradara Rizal Mantovani dan dirilis pada 2012. Donny kini juga menjadi penulis skenario.
6. Reina Latief Wardana, Co-founder 3 Skinny Minnies.
foto: brilio.net/Yani Andriansyah
Reina bersama sejumlah koleganya menjalankan bisnis katering sehat 3 Skinny Minnies (3 SM). Ya, konon ini katering paling mahal di Jabodetabek lho. Meskipun memiliki label harga yang lumayan, bisnisnya itu telah mengumpulkan sejumlah pelanggan setia, berkat resep lezat dan menu diet serta strategi pemasaran online.
Ide mendirikan 3 SM muncul dari pengalaman Reina yang memiliki masalah berat badan padahal dia suka makan. Dari sejumlah katering diet yang ada ternyata rasanya tidak memuaskan. Dari situlah dia dan teman-temannya memiliki ide untuk membuat katering sendiri yang punya citarasa oke sekaligus sehat. Bahkan lewat usahanya itu Reina mampu menurunkan berat badannya hingga 30 kg lho. Luar biasa.
Wah, tak main-main para pembicara yang digaet Sampoerna University dalam Game Changer Fest tahun ini ya? Kamu tentu semakin semangat turut serta jadi agen perubahan, kan? Maka dari itu, jangan lewatkan kesempatan emas dari Sampoerna University satu ini.
foto: Istimewa
Melalui Game Changer Awards, Sampoerna University sebagai universitas berstandar internasional mencari 6 (enam) siswa kelas XII atau kelas 3 SMA tahun akademik 2017/2018 untuk mendapatkan beasiswa kuliah selama 4 tahun. Biaya kuliah gratis ini berlaku untuk kamu yang mengambil studi double degree di Fakultas Teknologi dan Mesin (Faculty of Engineering & Technology) atau studi Banking & Finance di Fakultas Bisnis (Faculty of Business). Wah, menggiurkan sekali ya?
Namun kamu harus melalui tes yang diselenggarakan Sampoerna University. Apa saja syarat dan bagaimana caranya? Yuk klikdi siniuntuk informasi selengkapnya. Selamat mempersiapkan diri jadi agen perubahan!