Satryo Soemantri Brodjonegoro, yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, kini menjadi sorotan publik. Baru-baru ini, laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) tahun 2024 mengungkapkan bahwa kekayaannya mencapai angka fantastis, yaitu Rp46 miliar.
Dalam laporan tersebut, terungkap bahwa Satryo memiliki total 7 properti dan 4 kendaraan mewah. Munculnya informasi ini menarik perhatian masyarakat, terutama di tengah protes dari pegawai kementeriannya yang mengeluhkan perlakuan yang mereka anggap tidak adil.
BACA JUGA :
KPK ungkap Raffi Ahmad belum laporkan harta kekayaan
Rincian properti mewah milik Satryo Soemantri
Total kekayaan Satryo sebagian besar berasal dari aset properti yang tersebar di 7 lokasi berbeda, dengan total nilai mencapai Rp33,65 miliar. Di Jakarta Selatan, ia memiliki dua rumah mewah senilai Rp12 miliar dan Rp6,25 miliar. Selain itu, ada beberapa properti di Tangerang Selatan dengan nilai bervariasi, mulai dari Rp1,5 miliar hingga Rp4 miliar.
Properti termahalnya terletak di Buleleng, Bali, dengan luas tanah mencapai 16.000 meter persegi dan nilai sekitar Rp5 miliar. Investasi properti ini tidak hanya mencerminkan kekayaannya, tetapi juga menunjukkan strategi diversifikasi aset yang cerdas.
BACA JUGA :
KPK ungkap 52 pembantu Prabowo di Kabinet Merah Putih belum laporkan harta ke LHKPN, siapa saja?
Koleksi kendaraan mewah senilai miliaran Rupiah
Selain properti, Satryo juga memiliki 4 mobil dengan total nilai mencapai Rp1,4 miliar. Koleksi ini termasuk BMW X3 keluaran 2016 yang bernilai Rp400 juta dan BYD Seal 2024 seharga Rp700 juta. Ia juga memiliki Toyota Innova Reborn 2020 seharga Rp200 juta dan Ford Escape 2011 yang dinilai Rp100 juta.
Kendaraan-kendaraan ini mencerminkan preferensi Satryo terhadap mobil dengan fitur premium dan efisien. Koleksi mobil ini menambah dimensi lain pada kekayaannya, menunjukkan bahwa ia tidak hanya berinvestasi dalam properti tetapi juga pada aset bergerak.
Kas dan likuiditas yang mencapai Rp11 Miliar
Di luar properti dan kendaraan, Satryo memiliki kas dan setara kas senilai Rp11 miliar. Likuiditas ini menunjukkan kemampuannya untuk menghadapi kebutuhan mendesak atau peluang investasi dalam waktu singkat. Jumlah kas ini mencerminkan stabilitas keuangan dan manajemen aset yang hati-hati.
Kontroversi di balik gaya kepemimpinan dan kekayaan
Namun, di balik laporan harta kekayaan yang mengesankan, Satryo menghadapi kritik tajam dari pegawai di kementeriannya. Protes yang dilakukan ASN di depan kantor Kemendikti Saintek menyoroti dugaan sikap arogan dan kebijakan sewenang-wenang yang diterapkan Satryo.
Spanduk-spanduk bernada sindiran seperti "Institusi Negara bukan perusahaan pribadi" menjadi simbol ketidakpuasan pegawai terhadap kepemimpinannya. Beberapa pegawai bahkan mengungkapkan pengalaman pribadi mereka yang merasa diperlakukan tidak adil.