Brilio.net - Bekerja menjadi polisi sejak 2011 dan tergabung di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Satuan Reserse Kriminal Polres Garut, membuat Bripka Popy Puspasari memiliki perhatian lebih terhadap kasus perdagangan manusia.
Salah satu aksi nyata bahwa dia peduli pada masalah perdagangan orang tersebut nyatanya pernah terjadi pada 2018. Ketika itu ia harus memilih jalan untuk menyamar menjadi pekerja seks komersial (PSK) agar bisa menguak kasus perdagangan orang dan kasus prostitusi di Pulau Dewata.
BACA JUGA :
8 Potret Naila Novaranti, pelatih terjun payung militer 46 negara
foto: merdeka.com
BACA JUGA :
6 Kisah Laura Lazarus, mantan pramugari yang dua kali lolos dari maut
Kasus ini sendiri berawal dari laporan salah seorang warga Garut yang kehilangan anggota keluarganya, yaitu seorang wanita yang cukup muda. Pada awalnya pelapor juga menjelaskan bahwa sang anak yang hilang ini memang awalnya ingin pergi ke Bandung untuk bekerja.
"Saat melapor ke kita, anak perempuan ini mengaku akan dipekerjakan sebagai pelayan di Bandung di sebuah kaf, tapi setelah itu keluarganya hilang kontak, ujarnya polisi cantikini, sepertidilansirbrilio.netdari merdeka.com, Senin (19/4).
Namun kenyataan di lapangan setelah dilakukan penelusuran malah berbeda, sang anak malah berada di Bali setelah dijual oleh si pencari 'bakat'. Bukan hanya seorang saja, namun ada dua warga Garut yang mengalami kondisi serupa di Pulau Dewata.
Untuk memecahkan kasus ini, Tim Reskrim Polres Garut kemudian melakukan penyelidikan akan kasus itu. Dari penyelidikan ini berhasil melakukan penangkapan pada seorang menghubungkan korban dengan bosnya di Bali. Setelah mendapat petunjuk, akhirnya polisi memutuskan menyiapkan rencana penangkapan.
"Skema yang dilakukan dengan melakukan penyamaran menggunakan penghubung itu. Jadi foto saya oleh pelaku yang sudah diamankan bersama satu lainnya dikirimkan ke bosnya, ngakunya akan dijadikan PSK. Jadi kayak profiling gitu. Ternyata bosnya menyetujui dan menunggu saya di Bali," kata wanita kelahiran Indramayu, 5 Mei 1988 ini.
Rencana ini ternyata berjalan cukup baik, hingga akhirnya Bripka Popy dan tersangka yang menjadi penghubung itu pergi ke Bali. Untuk menjaga penyamaran ini, tim polisi pergi ke tempat kejadian dengan pesawat yang berbeda.
Untuk mencegah timbulnya kecurigaan, Bripka Popy sampai harus menanggalkan setiap atribut kepolisiannya. Bahkan dia juga menanggalkan senjata danhanya bisa mengandalkan kemampuan bela diri yang ia latihselama sekolah dikepolisian.
foto: merdeka.com
"Ya modal doa saja dan kemampuan bela diri polisi," akunya.
Pada awalnya ada rasa takut yang menyelimuti Popy. Namunkarena tahu ini adalah bagian dari tugas mulia seorang polisi, akhirnya dia tetap menjalankan misi ini.
Untuk menjalankan misi berat ini, Bripka Popy nggak lupa juga meminta doa restu dari kedua orang tua.
"Sebelum berangkat, ya minta doa lah ke orang tua, ke siapa. Ini kan betul-betul saya sama temen saja berdua, pasti takut apa-apa dan diapa-apain. Walau sudah dibekali bela diri polisi, tetap saja ada rasa takut mah ya, namanya juga manusia," ucap Bripka Popy.
Di perjalanan menuju Bandara I Ngurah Rai, Bali, Bripka Popy terus mengumpulkan nyali untuk menjalankan tugas ini. Setelah sampai di Bali, ia pun langsung bergerak ke wilayah Sanur, tepatnya di salah satu vila di kawasan tersebut.
Sesampainya di vila yang dituju, Bripka Popy merasa kaget karena tempatnya sangat eksklusif, dan tak sembarang orang bisa masuk tempat itu. Rasa takutnya bahkan kembali muncul ketika melihat tempat itu dijaga dengan sangat ketat oleh bodyguard.
"Sampai di vila, saya langsung celingak-celinguk nyari orang Garut yang jadi korban. Dan ternyata memang ada di sana, kayak di dalam 'akuarium' gitu. Di dalam 'akuarium' juga banyak perempuan lainnya yang juga korban," sebutnya.
Setelah berhasil masuk, Bripka Popy langsung mengobrol dengan si bos yang sekaligus menjadi bendahara. Selain si bos, di tempat itu juga ternyata sudah ada lelaki hidung belang yang sudah menjadi langganan di tempat itu.
Ketika mengobrol dengan si orang yang disebut bos itu, yang terbesit di benak Bripka Popy adalah rasa takut ketahuan, atau si bos ini curiga kepadanya. Namun ternyata si bos tak menaruh kecurigaan sedikitpun pada Bripka Popy.
"Alhamdulillah tidak ada kecurigaan dari bos itu, kita juga jalani komunikasi biasa saja. Was-was mah mah ada, tapi yakin saja, demi masyarakat," ucapnya.
Akhirnya Bripka Popy diterima oleh si bos, dan diminta segera berganti pakaian agar sama dengan PSK yang ada di 'akuarium' dan bisa segera masuk ke 'akuarium.'
Momen inilah jadi momenketika Bripka Popy berpura-pura mengganti pakaian, namun dia malah menghubungi semua tim yang sudah siap melakukan penggrebekan di luar.
ilustrasi: merdeka.com
"Ada 10 orang wanita yang kebanyakan yang di bawah umur. Alhamdulillah bisa kita selamatkan, termasuk dua di antaranya orang Garut. Kalau untuk tersangkanya ada sekitar delapan orang yang berhasil diamankan, mereka ini jaringan," katanya.
Aksi nekatnya ini berbuah manis, dan membuat dia berhasil mendapat apresiasi dari atasannya di Polda Garut. Tak berhenti di situ, ia pun sempat mendapat undangan dari Polda Jabar dan Mabes Polri.
"Kalau hal-hal itu sebetulnya bukan tujuan yang utama. Tugas kita sebagai polisi adalah memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat. Dan tugas anggota adalah taat kepada pimpinan, selama itu tidak melanggar aturan, harus kita laksanakan," tegasnya.
Popy juga berterima kasih pada Kapolres dan Kasat Reskrim karena sudah mempercayakan tugas itu kepadanya.
"Saya berterima kasih kepada Kombes Pol Budi Satria Wiguna (Kapolres Garut saat itu) dan Kompol Aulia Djabbar (Kasat Reskrim saat itu) yang sudah mempercayai tugas berat itu, dan Alhamdulillah berhasil," tutup Popy.