Brilio.net - Berbicara dengan bahasa Inggris di depan publik sering jadi momok bagi banyak orang. Apalagi jika disuruh melucu dengan bahasa internasional ini, bisa-bisa kagok dan mati kutu saat di atas panggung. Apalagi, dunia stand up kini masih didominasi komika berbahasa Indonesia. Audience pastinya lebih bisa menerima guyonan dengan bahasa yang paling sering digunakan sehari-hari.
Hingga akhirnya datanglah seseorang bernama Reggy Hasibuan. Pria kelahiran Malang ini menjadi komika yang receh menggunakan bahasa Inggris. Perjuangannya berbuah manis, dia sekarang menjadi salah satu pionir stand up berbahasa Inggris di Indonesia. Bahkan, dia juga pernah manggung di negeri tetangga seperti seperti Malaysia dan Kamboja.
BACA JUGA :
10 Potret renovasi rumah Raditya Dika, ruangan kucing curi perhatian
Event garapannya, Keminggris Night sukses menjadi katalis ajang stand up berbahasa Inggris di Tanah Air. Pemilik namapanggungReggy Hasibuan ini juga juga pernah menampilkan show tunggalnya yang berjudul "Aint No Saint" di acara JakFringe Comedy Festival pada 2012. Pria yang terkenal dengan kaus merah dan bintang kuning ini jugapernah tampil di berbagai acara TV seperti Stand Up Comedy Festival (Metro TV) dan Super Stand Up Seru (Kompas TV).
Yuk, ikut Brilio.net untuk kenal lebih dekat dengan sosok Reggy Hasibuan dan ngobrolin kiprahnya memajukan stand up berbahasa Inggris di Indonesia.
Bagaimana awal karier Mas Reggy menjadi seorang pionir komika bahasa Inggris di Indonesia?
Pertama kali mencoba stand up itu di tahun 2009. Baru bisa mencoba setelah menonton show dari George Carlin, komika kebangsaan AS yang menurutaku membawakan materi yang berdasarkan kejujuran. Akhirnya aku mencoba menulis materi sendiri dan membuat show kecil-kecilan di rumah dengan persiapan satu bulan. Itu ketikaaku masih di Malang. Lokasinya di rumah dan aku mengubah ruang tamu menjadi tempat show dengan backdrop warna hitam.Waktu itu mengundang teman-teman, tetangga, dan murid-muridku dan setelah itu aku upload di YouTube.
BACA JUGA :
9 Potret terbaru komika Uus, keren dengan rambut gimbal
Ternyata show yang aku buat kecil-kecilan itu menjadi video orang Indonesia pertama yang stand up dengan menggunakan bahasa Inggris di YouTube. Pertamanya aku nggak tahu sih kalau stand up itu durasinya bisa lima atau tiga menit. Dari VCD yang aku tonton tahunya satu jam, ya udah aku bikin satu jam, hahaha.
Baru tahun 2011 ketika ada even SUCI (Stand Up Comedy Indonesia) Satu di Kompas TV, aku dikontak Ernest Prakasa. Itu zaman dia belum terkenal. Dia bilang, "Ini Reggy, ya? Aku lihat video kamu di YouTube keren banget, ikutan nggak SUCI?" Terus aku jawab, "Ha? Apa itu SUCI?" Ernest menjawab, "Iya SUCI, ikutan dong."
Pas diajakin, akhirnya aku ikut. Audisi di Surabaya dan dapat golden ticket tapi nggak dipanggil di final, hehehe. Nah, tapi si Ernest ngajakin lagi. Karena aku yang Stand up Night (SUN)yang pertama nggak ikutan yang di Jakarta, itu aku nyesel banget nggak ikut. Ketika si Ernest ngajakin ke SUN 2 di Bandung, wooo, langsung ikut aku.
Nah, Mas Reggy, bagaimana caranya mengubah sesuatu yang istilahnya bahan-bahan tabu menjadi sebuah jokes yang 'pecah'?
Aku suka stand up karena teorinya tuh nyambung banget sama aku. Karena ketika aku belajar awal-awal mengenai stand up, dibilangnya komika itu harus membuat jokes dari keresahan dan harus jujur.
Nah, keresahanku sebagai minoritas itu kan semuanya tabu. Karena harus mengenai agama, harus mengenai politik sistematis yang menekan minoritas. Jadikan (bahan ini) hal-hal yang nggak pernah diomongin orang. Plus aku suka ngomong masalah seks, hahaha, makin tabu.
Tapi itulah keresahanku. Gimana, dong? Kalau aku mau jujur, aku harus ngomong. Apalagi ketika aku nonton George Carlin. Wah, dia mah lebih parah lagi kalau ngomongin agama. Dia legend banget dan dia sangat frontal. Aku suka dia gara-gara itu.
foto: Instagram/@Regzindahood
Aku pengin bisa kayak dia. Nah, di Indonesia itu berbeda karena sebagai seorang minoritas menyerang yang mayoritas itu riskan. Tapi aku belajar dua hal. Itu bisa dihindari kalau itu lucu. Jadi orang tidak tersinggung. Karena orang nggak bisa marah dan ketawa di waktu yang sama. Jadi kalau mereka ketawa, artinya mereka bisa menerima itu.
Tapi ini dengan konteks live show ya, off air. Kalau online beda gitu, kan. Karena kalau online orang bisa dengerin tapi nggak ketawa. Sementara kalau off air kan orang itu ketawa sama-sama. Itu lebih membuat lebih empuk dan bisa diterima apa pun yang kita lempar. Makanya, kalau komika-komika itu punya materi yang frontal, biasanya mereka bikin show-nya off air dan nggak berani bikin on air.
Nah, yang kedua, aku bikin bahasa Inggris. Jadi penontonku kalau boleh aku bilang lebih tersaring. Jadi orang-orang yang pinter gitu loh, nggak ngasal.
Bagaimana sih rasanya stand up berbahasa Inggris di depan audience yang mungkin belum bisa 100% menerima bahan jokes Mas Reggy?
Ah, iya benar sekali. Ini adalah tantanganku di mana-mana, hahaha, karena mau nggak mau penontonku itu orang Indonesia. Ini salah satu kenapa aku bikin 'Keminggris', karena aku ingin mematahkan ini. Asalkan dengan publikasi yang tepat, mereka akan hadir.
Contohnya ketika event stand up festival. Itu pas di acara stand up paling gede di Jakarta. Itu kan aku salah satu komikanya juga. Ada 100 komika, ribuan penonton, semuanya live. Dari seratus komika cuma aku yang pakai bahasa inggris. Ngeri nggak , tuh? Untungnya aku 'pecah' walaupun memakai bahasa Inggris.
foto: Instagram/@Regzindahood
Tapi gini, aku pakai taktik, ya. Harus dipelankan sekali bahasa Inggrisnya supaya orang itu masih bisa mencerna. Apalagi 3.000 orang kan, wah itu harus bener-bener ekstra pelan. Body language dimainin banget. Ekspresi muka dan body language itu seandainya mereka nggak nangkep bahasanya, masih nangkep yang non verbal.
Jadi skill public speaking keluar di situ. Dan prinsipku adalah aku yakin dan aku percaya banget, orang Indonesia itu skill bahasa Inggrisnya bagus, tapi masih passive English. Artinya apa? Mereka mungkin nggak bisa ngomong bahasa Inggris tapi mereka ngerti kalau dengerin. Secara kan semua media pakai bahasa Inggris. Kuliah, bukunya Bahasa Inggris. YouTube juga berbahasa Inggris.
Mas Reggy dulu bahkan pernah bikin show sendiri bernama Keminggris Night, boleh diceritakan awal mulanya?
Tahun 2011 kan pindah ke Jakarta. Nah, ketika SUCI Satu viral, muncul banyak sekali komunitas di Indonesia termasuk di Malang. Sebelumnya aku yang menginisiasi. Aku bilang, "Wah, kan ini Palembang udah bikin, Lampung udah bikin, masa Malang nggak bikin?"
Masalahnya adalah yang stand up memakai bahasa Inggris itu sedikit di Malang. Akhirnya aku kumpulin yang ada. Karena aku yakin, ada kok pasarnya kalau diniatin. Kita bikin 'Keminggris', aku, komika Fajar Ardiansyah sama beberapa orang Toast Master Malang (komunitas bahasa Inggris di Malang).
Kenapa namanya Keminggris? karena dari konteks namanya saja sudah negatif. "Wah, keminggris gitu (Sifat sok jago berbahasa Inggris)". Kita pengin membuat show supaya nama ini (Keminggris) dari yang konteksnya negatif menjadi positif. Karena emang orang-orangnya orang Indonesia yang berbahasa Inggris suka dibilang terlalu keminggris gitu, kan. Karena hampir semua (komika) yang naik di Keminggris itu masih beginner gitu di dunia stand up. Bahkan ada yang belum pernah nyoba stand up. Cuma ternyata bisa diterima dan bisa 'pecah' untuk warga Malang. Nggak nyangka kan kota sekecil itu bisa gitu?
Pernah ngerasain nggak sih rasanya ngebom ketika stand up berbahasa Inggris?
Aku tuh bukannya sombong ya, tapi aku jarang ngebom. Aku mungkin inget sepanjang karir ngebom itu dua kali. Satu di acara korporat, satu lagi yang kemarin tuh. Jadi kemarin tuh ke Jakarta ikut acara Open Mic. Open Mic kan itu riskan, ya, karena dapet penonton yang random. Nah, ketika lihat penontonnya, waduh kayaknya nggak bisa nerima bahasa Inggris.
Akhirnya aku pakai Bahasa Indonesia dan di situ ngebom. Karena orang selalu bilang aku kalau pakai bahasa Indonesia, energiku nggak sama gitu. Aku sebenernya dah tahu sih kalau pakai Bahasa Indonesia kemungkinan ngebom-nya lebih besar.
foto: Instagram/@Regzindahood
Lalu yang bikin aku trauma banget itu ketika mengisi acara korporat. Artinya aku dibayar untuk ini danduitnya gede, fee-nya. Jadi aku diminta hadir di acara korporat temanya itu sporty. Ya udah aku pakai celana pendek kaus polo. Pas aku dateng ke acaranya, hampir semuanya pakai baju berbeda. Kan aku jadi aneh sendiri kan, hahaha. Tato di mana mana, sementara mereka baju lengan panjang.
Waduh, gimana ini? Dilihatin gitu kan sebelum naik. Terus di acara itu nggak ada panggungnya. Jadi cuma kayak di lantai gitu terus dikasih mic. Dengan segala teknik, akhirnya bisa tuh mau menuju pecah.
Eh, kena heckling (teriakan mengganggu). Jadi, di ujung deket aku manggung itu ada bar dan ada dua ibu-ibu mabuk. Waduh, langsung hilang perhatian, akhirnya ngebom.
Selain jadi komika, Mas Reggy ternyata juga mencoba media lain untuk tetap menghibur. Kenapa memilih media komik?
Aku tuh dari kecil suka sama komik strip. Jadi kedua kakakku itu suka komik strip. Hampir setiap hari tuhkita ke toko buku. Beli komik Smurf, Asterix, Agen polisi 212 itu aku seneng banget. Tapi kakakku suka komik strip Garfield zaman itu. Jadi aku besar dengan komik strip.
foto: Twitter/@Regzindahood
Di komik ini (@regzterComic), aku masukkan cerita tentang Mamaku, mengenai kankernya. Karena menurutku itu adalah sebuah episode di dalam hidupku di mana aku mengorbankan karierku demi nemenin dia. Dan menurutku itu lumayan nyeni juga. Karena dari sebuah hal yang pahit bisa menjadi lucu. Itu menjadi apa ya, katarsisku di situ dan ternyata orang suka bahkan mereka lebih suka story mengenai Mama-ku dari pada story-ku stand up, hahaha.