Brilio.net - Pria memiliki tanggung jawab besar dalam sebuah keluarga. Tapi tanggung jawab pria asal Huddersfield, West Yorkshire, Inggris ini beda dari pria dalam keluarga pada umumnya. Hidup sebagai pria gay tak membuat Ben Carpenter (32) merasa kecil hati dipandang sebelah mata oleh orang lain. Ben justru memfokuskan diri menjadi seorang ayah yang mengadopsi empat orang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Ben sendiri tak paham mengapa insting kebapakannya begitu kuat ketika dia berusia 21 tahun, mengingat pula dia seorang gay dan satu-satunya cara menjadi ayah adalah dengan adopsi. Walaupun benar-benar tak mudah dalam proses pengadopsian, adaptasi awal dengan si anak, dan kondisi finansialnya yang tak terlalu mapan, rumah saja dia menyewa, tak membuat pria satu ini menyerah. Butuh waktu tiga setengah tahun untuk mengurus dokumen, kunjungan rumah, dan wawancara. Akhirnya pada tahun 2010 Ben mengadopsi bayi bernama Jack. Bocah yang kini berusia delapan tahun ini menderita autisme dan Gangguan Obsesif-Kompulsif.
BACA JUGA: Kepribadian kamu bisa dilihat dari gaya selfie lho, coba tesnya deh
BACA JUGA :
Terlahir lumpuh, pria 40 tahun ini gigih berjuang masuk sekolah dasar
Jack bersama anak-anaknya. Jack berada di posisi tengah atas.
Selanjutnya, untuk memberi Jack saudara, pada tahun 2012 Ben mengadopsi Ruby (5) dengan foetal alcohol syndrome atau sindrom alkohol pada janin (kondisi bayi yang mengalami keterbelakangan mental akibat paparan alkohol sebelum kelahiran), epilepsi, dan kesulitan belajar. Setahun kemudian, Ben memutuskan sekalian mengadopsi saudara kandung Ruby, bernama Lily (3). Lily ini menderita tuli. Pada tahun 2016 ini, Joseph (9 bulan) yang menderita Down Syndrome diangkat anak pula oleh Ben.
BACA JUGA :
Nanang Suherman, pengasong koran yang kini punya 7 outlet kuliner
Jack bersama dua saudara perempuan barunya, Ruby dan Lily.
Sebagaimana dilansir brilio.net dari THE SUN, Kamis (23/6), upaya Ben menjadi orangtua tunggal dengan cara adopsi anak didukung oleh sang ibunda, Rita (53). Bukan tanpa alasan Ben memilih mengadopsi ABK. Sebagai karyawan yang bertugas menjaga para ABK, dia menyadari bahwa ABK kerap diabaikan.
Kebersamaan anak-anak Ben.
"Saya tidak tertarik dalam suatu hubungan. Saya berharap untuk menjadi orangtua tunggal selama sisa hidup saya. Saya senang. Anak-anak adalah dunia saya," ujar Ben yang sehari-harinya dibantu sang ibu untuk mengasuh keempat anaknya.
Menurutnya, anak-anak tersebut mulai tahu mereka diadopsi. Akan tetapi Ben mengaku tak akan menghalangi kalau kelak mereka dewasa ingin bertemu orangtua biologis mereka.
Tak peduli dia penyuka sesama jenis dan resah dengan anggapan orang bahwa sebuah keluarga itu harus ada ayah dan ibu, Ben percaya bahwa bagaimanapun kondisi keluarganya ini, dia sebagai orangtua harus mengajarkan tentang cinta, keseruan, dan stabilitas dalam hidup. Baginya, pendidikan dan pengasuhan anak bukan semata jender, seksualitas dan status hubungan apakah anak kandung atau bukan.