Brilio.net - Sosok Sabar Gorky (49) sudah sangat populer di kalangan pecinta olahraga panjat dinding ataupun para pendaki gunung. Tak hanya dikenal di Tanah Air, namanya juga sudah mendunia. Sosoknya ramah, hangat dan inspiratif.
Beberapa waktu lalu brilio.net menyambangi kediamannya di Solo, Jawa Tengah. Kami berbincang santai di rumahnya yang asri. Banyak kisah inspiratif yang diungkapkannya.
BACA JUGA :
Sawung Jabo: Kita adalah makhluk hidup yang bersaksi
Dengan keterbatasan fisiknya, kaki kanannya diamputasi karena sebuah kecelakaan pada tahun 1990. Sabar Gorky kemudian bangkit dan mengukir berbagai prestasi yang bahkan tak sulit dilakukan oleh mereka yang mempunyai anggota tubuh lengkap.
foto: brilio.net
BACA JUGA :
Yoyok sukses di bisnis kuliner dengan Waroeng SS, ini rahasianya
Menaklukkan gunung tertinggi di Afrika, Gunung Kilimanjaro dan Puncak Elbrus di Rusia, meraih medali emas dalam Kejuaraan Panjat Dinding Asia di Korea Selatan tahun 2009 adalah beberapa prestasinya. Ia juga pernah menggowes sepeda dari Solo menuju Bali pada tahun 1999 silam dalam kegiatan Tour Tunggal Si Kaki Tunggal.
Kepada brilio.net, Sabar Gorky membeberkan kisah tentang kehidupannya. Tentang beratnya hidup pasca kecelakaan, usaha untuk mendapatkan hati seorang wanita ayu yang sekarang menjadi istrinya hingga pesan untuk pemerintah.
Berikut petikan wawancara dengan Sabar Gorky:
Bisa diceritakan gimana kehidupan Kang Sabar sebelum kecelakaan?
Saya kan awal pertama hobi naik gunung dari tahun 1986. Saya pertama naik Gunung Lawu, dan cikal bakalnya sampai sekarang saya masih suka ke sana. Di situ tahun 1990 saya kecelakaan, tragedi di Karawang saya jatuh sendiri akhirnya harus begini.
Gimana kronologi kecelakaan yang akhirnya membuat kaki kanan diamputasi?
Di situ tahun 1990 tepatnya di Stasiun Karawang. Waktu itu kan kereta mau langsir, saya mau naik, nah pas naik ini kepleset, terus lepas begitu.
Setelah kecelakaan, bagaimana perasaan melihat kaki kanan yang harus diamputasi?
Ya sedikit kacau ya waktu itu semuanya. Karena saya nggak tahu juga ya diri kita ini, akhirnya waktu itu ya limbung lah. Biasanya bisa lari, bisa aktivitas seperti biasa, tapi akhirnya saya harus pakai bantuan tongkat. Di saat itu benar-benar nggak tahu harus bagaimana dan harus berusaha apa nggak ngerti. Itu titik nol, benar-benar di situlah. Setelah pulang dari rumah sakit baru bisa mikir.
Lalu, gimana awalnya bisa bangkit?
Semua karena almarhum Ibu saya. Yang paling memberi dukungan ya keluarga, almarhum ibu. Dia bingung setelah ini anak mau tak bawa kemana, dan bagaimana. Ibu sebagai pendobrak ya, pendorong dalam artian pendorong: dah jalanin aja hidup ini, nanti kan suatu saat ada jalannya sendiri. Dia itu sabar banget lah gitu. Ibu sering ngomong rejeki ki wis enek sik ngatur, semuanya itu sudah ada. Yang Maha Kuasa memberikan kamu seperti apapun, pasti memberi hikmah semuanya seperti itu.
Peran ibu begitu besar ya dalam kehidupan Kang Sabar?
Betul. Di saat saya di rumah sakit pun, setiap hari dia pasti di samping saya selama satu bulan. Di sini, di belakang sini lukanya besar karena terseret di kerikilnya kereta api. Itu setiap hari dikasih minyak kelapa. Ibu saya adalah sosok yang dekat dengan siapa saja. Dekat dengan orang yang ngamen, orang gila, dan lainnya. Dia orangnya sangat sabar.
Siapa lagi yang membuat bisa bangkit selepas kecelakaan?
Teman-teman saya mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS). Saya pertama kali diajak naik gunung tahun 1991, dirayu saya ikut naik gunung. Pertama sampai pos 3 ya, yasudah saya sampai sini, karena lihat kondisi fisik saya seperti ini, tapi satu minggu kemudian saya selesaikan sampai puncaknya, saya merasa wah ini kesempatan.
Lalu, apa yang sebenarnya Kang Sabar pikirkan?
Saya mikirnya gini. Kalau saya nggak semangat siapa lagi yang akan memberi semangat kalau bukan dari hati kita sendiri. Akhirnya akan saya tunjukkan untuk awal-awal sih senang, yang penting di hati senang, kondisi fisik seperti ini nanti kalau saya nggak semangat ya sudah saya jadikan suatu kayak sampah. Orang lain mencibir, semua orang mencemooh seperti itu, dari situ 1991 saya alihkan pindah ke Semeru. Alhamdulillah sampai puncak juga.
Pekerjaan apa sja yang pernah digeluti?
Pekerjaan saya termasuk laundry gedung tertinggi dan pembuatan tower panjat. Jadi pelatih juga pernah, tapi biasanya saya mundur, cukup saya latihan bareng aja.
Pernah ditolak kerja karena masalah fisik?
Saya kalau masalah pekerjaan sering ditolak. Itu banyak sekali. Saya sering ditolak dan ditolak terus. Hingga akhirnya ada seseorang yang mempercayakan untuk membersihkan suatu gedung dan itu saya buat bahan dokumen. Foto-foto walaupun seadanya yang penting ada. Karena itu pastinya untuk kedepannya.
foto: brilio.net
Kembali soal pendakian. Gunung mana saja yang pernah ditaklukkan?
Aconcagua, Kilimanjaro, Elbruz sama Cartenz dan banyak lagi. Gunung di Indonesia banyak. Kalau yang paling menantang Cartenz, benar-benar latihan fisik untuk panjat tebing, karena sekitar 1.000 meter itu manjat.
Oh iya, nama Gorky itu seperti nama Rusia ya? Siapa yang ngasih nama tersebut?
Kalau tambahan Gorky itu setelah saya pendakian di Elbrus. Setelah sampai puncak baru ditambahin itu. Yang nambahin pun staf kedutaan Rusia, namanya Pak Haji Surya. Dia menambahkan karena melihat perjalanan saya itu seperti sastrawan terkenal di Rusia Maxim Gorky. Pertama mau diganti saya nggak mau, kalau ditambahi silahkan.
Kesulitan sebagai difabel dalam menggeluti hobi naik gunung?
Sama saja. Kalau itu (saat mendaki Aconcagua) cuaca sangat buruk. Tandanya adalah semacam jamur. Kalau sudah ada jamur itu jangan sekali-sekali masuk ke situ Itu mungkin 4-5 meter batu bisa kelempar, bisa-bisa kita kelempar seperti badai, kalau sudah seperti itu jangan naik.
Dari sekian banyak momen keberhasilan, mana yang paling membanggakan?
Momen paling membanggakan saya itu saat kompetisi di Korea. Di sana dapat mendali emas dan bisa menyanyikan lagu Indonesia Raya. Di situ disuarakan bareng-bareng.
Kalau masalah asmara nih, kapan kenal dengan sang istri Leni Indria?
Tahun 2000. Lalu 2001 saya menikah. November anak saya Novalia Eka Satriani lahir.
Ada lika-likunya ketika mencoba dapatkan restu dari orang tua istri waktu itu?
Sangat. Lika-likunya banyak sekali. Bahkan sampai hendak meninggal pun, bapak mertua saya tidak percaya kalau saya menantunya.
Terus, gimana usaha Kang Sabar?
Saya buktikan dengan kekurangan-kekurangan saya untuk mencari nafkah. Bisa menghidupi anak dan istri saya dan bisa meluluskan istri saya seorang sarjana.
Kesibukan sekarang apa?
Loundry Gedung.
Soal ekonomi keluarga gimana?
Wajar. Sampai benar-benar kosong juga pernah. Ngutang kanan kiri tidak dipercaya pernah juga. Intinya ya usaha keras, saya seorang laki-laki harus bertanggungjawab harus bisa menghidupi keluarga saya.
Pesan untuk sesama difabel apa nih?
Kalau teman difabel, tetaplah berlatih apa yang anda sukai. Itu nanti suatu saat akan mencoba dan boleh silakan anda demokan. Tapi harus berkualitas, nyata. Kita buktikan.
Bagi saya, tanpa ngeyel kita tak akan ada gunanya kok. Tapi ngeyelnya ngeyel positif ya.
Ada komentar untuk pemerintah?
Kalau pesannya terhadap pemerintah, fasilitasikami dan teman-teman difabel yang mempunyai kemauan untuk membawa nama bangsa. Katanya dalam UU di setiap perusahaan harus mencantumkan berapa % untuk temen difabel. Buktinya? Masih jauh dari harapan.