Brilio.net - Saat ini, keterampilan menjadi modal sangat penting untuk bisa bersaing dalam dunia kerja agar bisa bertahan hidup. Dengan keterampilan yang lebih, seseorang bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri tanpa bergantung dengan orang lain. Hal itu yang dibuktikan Seger Suyono, seorang penyandang disabilitas yang tinggal di daerah Cengkareng, Jakarta Barat.
Seger Suyono yang merupakan penyandang disabilitas tubuh ini sudah belasan tahun memiliki percetakan dan samblon. Lewat pekerjaan itu, ia bisa mandiri dan menghidupi istri serta anaknya. Saat ini, ia bahkan sudah memiliki ruko sendiri dan pelanggan tetap.
BACA JUGA :
Dua orang tanpa kaki ini gunakan balok kayu untuk mendaki gunung
Pria asli Ponorogo, Jawa Timur ini bercerita jika saat memutuskan merantau ke Jakarta, sama sekali tak mempunyai keterampilan. Hal itu yang membuat ia kesulitan untuk mencari penghidupan di Ibu Kota. Terlebih dengan keadaan dirinya yang merupakan penyandang disabilitas sehingga bisa jadi dipandang sebelah mata saat melamar pekerjaan.
Keikutsertaannya di Panti Sosial Bina Dhaksa (PSBD) Budi Bhakti mengubah jalan hidupnya. Panti tersebut melatih peserta yang kebanyakan penyandang disabilitas berbagai keterampilan yang dapat digunakan untuk bekerja, seperti keterampilan komputer, montir, elektronik, dan grafika.
BACA JUGA :
Demi penuhi harapan anaknya, wanita ini berdandan bak laki-laki
Seger pun akhirnya memilih keterampilan grafika yang meliputi fotografi, sablon, cetak offset, dan handpress.
"Tapi menurut saya waktu itu, yang saya mampu dan bisa untuk dijadikan usaha ya sablon," terang Seger seperti dilansir brilio.net dari cuitan Dinas Sosial DKI Jakarta di akun Twitternya, Sabtu(17/9).
Pelatihan selama 9 bulan dijalani Seger. Setelah itu, Seger mengikuti magang di percetakan dan sablon paruh waktu. Meskipun sempat tak dibayar, ia tetap menekuni untuk mengasah kemampuan sablonnya.
"Saya ikhlas aja, hitung-hitung praktik. Tapi setelah itu, saya dibayar. Uangnya saya kumpulkan untuk modal awal," katanya.
Uang yang ia kumpulkan selama magang itu dijadikan modal membuka usaha sablon kecil-kecilan. Seger pun berangsur-angsur mandiri dan tak tinggal di panti lagi.
Kini, usaha sablon Seger sudah berjalan cukup bagus. Baginya, yang terpenting adalah percaya diri sehingga bisa menunjukkan kalau sebagai penyandang disabilitas bisa bertahan dengan kemampuan yang dimiliki.
"Kami tunjukkan ke orang-orang kalau hasil cetak dan sablon kami bagus. Hasilnya samalah dengan orang-orang. Jadi mereka mau kasih kita kerjaan," ungkapnya.