Brilio.net - Patung dewa Cina Kongco Kwan Sing Tee Koen atau Guan Yu di Tuban menuai kontroversi. Patung yang mencapai tinggi 30 meter ini diresmikan awal Juli lalu dan diklaim sebagai patung panglima perang paling tinggi di Asia. Tapi sebenarnya siapa sih sosok Guang Yu yang patungnya memakan biaya hingga Rp 2,5 miliar tersebut?
Guan Yu adalah jenderal perang di bawah Liu Bei pada masa akhir dinasti Han, Cina. Dia berperan penting dalam perang saudara yang memecah dinasti Han dan memasuki era tiga kerajaan. Kerajaan itu adalah Wei, Wu, dan Shu. Guan Yu membantu pendirian kerajaan Shu. Di bawah kepemimpinan Liu Bei yang akan menjadi kaisar kerajaan Shu, Guan Yu menjadi panglima kerajaan yang dikenal akan keberanian dan kesetiaannya.
BACA JUGA :
Tangkal informasi hoax, anak milenial perlu tahu ini
Dilansir dari chinabuddhismencyclopedia.com, Guan Yu pada masa Liu Bei dikenal sebagai "tuan dengan jenggot menawan". Dewa ini biasanya mempunyai wajah merah yang mewakili keberanian dan loyalitas luar biasa. Guan Yu memiliki pedang bernama "Guangdao". Pedang ini dikatakan mencapai berat 18,25 kilogram. Replika pedang dari kayu pernah dibuat dan bisa ditemukan di Kuil Kaisar Guan di Xiezhou, Cina.
Secara tradisional, dewa ini memakai jubah hijau di atas bajunya. Legenda Guan Yu semakin terkenal karena novel sejarah Tiga Kerajaan (Three Kingdom). Cerita dewa Cina ini juga sudah mengalami perubahan karena diturunkan dari generasi ke generasi. Tetapi, dari dulu Guan Yu dikenal karena kesetiaan dan kehidupannya di jalan kebenaran. Itu yang membuat banyak orang, terutama warga klenteng memujanya dan membuat patungnya.
BACA JUGA :
Membaca bentuk wajah pemimpin, seperti apa yang ideal?
foto: chinabuddhismencyclopedia.com
Guan Yu lahir di wilayah Xie, Cina. Sayangnya tidak ada catatan historis kapan dia lahir. Pada saat dinasti Qing, makam Guan Yu ditemukan. Menurut catatan yang ada, Guan Yu lahir dari keluarga yang terdidik. Nama kakeknya adalah Guan Shen dan nama ayahnya adalah Guan Yi. Seperti leluhurnya, keluarga Guan sering membaca buku-buku klasik. Guan Yu menikah dengan keluarga Hu. Anaknya, Guang Ping lahir pada tahun 178 Masehi.
Guang Yu meninggalkan tempat tinggalnya pada saat dia berumur 23. Dia mengembara selama lima tahun dan akhirnya dia berada di Zhuozhou, Hebei. Di sana, dia bertemu pertama kali dengan Liu Bei yang sedang merekrut prajuit untuk menangkal pemberontakan. Bersama dengan Liu Beli, Guan Yu bertempur dengan pemberontak di dataran utara Cina.
Pada saat Liu Bei menjadi pemimpin wilayah Pingyuan, Guan Yu naik pangkat menjadi jendral senior. Menurut legenda tiga kerajaan, hubungan antara Liu Bei dan Guan Yu sangat harmonis layaknya saudara. Guan Yu selalu mengikuti Liu Bei di manapun mereka berada. Sayangnya, ketika kalah dari Cao Cao, Liu Bei melarikan diri ke Hebei. Guan Yu akhirnya menyerah. Tapi Cao Cao masih menghormatinya. Guan Yu dijadikan Letnan Jendral di bawah kepemimpinannya.
foto: boredpanda.com
Pada tahun 219, pasukan Guan Yu menyerang kota musuh Fancheng yang dijaga oleh Cao Ren. Banjir akhirnya membasmi pasukan tambahan sehingga Cao Ren kalah. Tapi sayang, pasukan dipimpin oleh Xu Huang bisa memukul mundur Guan Yu. Karena banyak prajurit yang melarikan diri, Guan Yu melarikan diri ke provinsi Yi. Guan Yu berusaha untuk menghindari kejaran tapi meninggal ditebas oleh Sun Quan. Tubuh dari Guang Yu akhirnya dimakamkan secara layak oleh Cao Cao sebagai penghormatan terakhir.