Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda menjadi kalimat yang cocok untuk menggambarkan perjalanan bisnis Mohamad Hidayat Rifai, pemilik brand CRSL. Kerugian saat menjalankan bisnis event organizer semasa kuliah, membuatnya harus putar otak untuk melunasi hutang dengan cara lain.
Meski tak sendiri, melainkan ditanggung bersama panitia lainnya, tetapi utang yang ditaksir senilai Rp 80 juta itu membuat pria yang akrab disapa Dayat ini ketar-ketir. Mengingat, sebagai mahasiswa, kala itu uang sakunya tak cukup untuk menanggung utang sebesar itu.
BACA JUGA :
9 Potret terbaru Salma Achzaabi Paskibraka pembawa baki HUT RI ke-74, wujudkan ambisi jadi siswa AAU
Bermula dari situlah, ia mencoba peruntungannya untuk menghimpun pundi-pundi rupiah lewat bisnis clothing. Tak langsung membuka toko, Dayat menjualkan produknya lewat online shop bersama sang kekasih yang kini menjadi istrinya, Mira Annisa.
foto: Brilio.net/Ferra Listianti
BACA JUGA :
Bermodal Rp37 ribu dan kreativitas, anak SD ini sukses dirikan UMKM aksesori beromset jutaan rupiah
"Kalau tujuan awal aku bikin bisnis ini lebih ke buat kembalikan kerugian dari itu ya. Kita awal itu dari online shop itu tahun 2014," ujarnya, saat ditemui brilio.net di kantor CRSL, pada Selasa (13/8).
Sementara itu, berbeda dengan Dayat yang berbisnis clothing untuk melunasi utang, Mira menerima tawaran suaminya saat itu menjadi partner bisnis karena ada maksud lain. Diungkapkan Dayat, jika istrinya saat itu membutuhkan biaya lebih untuk kuliah.
"Kalau buat Mira, kalau Mira lebih ke buat tambahan biaya kuliahnya dia pribadi sama biaya kuliah adik-adiknya," tambah Dayat menjelaskan.
Berawal dari sistem dropship.
Mengawali bisnis lewat online shop, Dayat dan Mira menjualkan produk dengan sistem dropship. Ia membeli produk dari pemasok pihak ketiga yang kemudian dikirimkan langsung ke pembeli. Semua ini tak lain karena kendala minimnya modal.
"Kita jualan dropship pertama itu topi boneka hewan-hewan sebenarnya," jelas Dayat.
Sayangnya, bisnis lewat sistem dropship tak langgeng. Banyaknya pesaing yang menjual produk serupa dengan harga murah, membuat penjualannya drop. "Sebenarnya itu fase pertama saya cukup pusing dalam memulai usaha ya," kata Dayat.
Ia pun memutar otak supaya bisnisnya bisa bertahan. Tak lain agar bisa mendapatkan uang untuk melunasi hutangnya yang cukup besar saat itu. Meninjau dari berbagai aspek demi mengurangi angka kegagalan kedua kalinya, akhirnya Dayat mantap untuk membuat brand sendiri. Sama seperti sebelumnya, ia menjual produk berkaitan dengan hewan-hewan.
foto: Brilio.net/Ferra Listianti
"Makanya kita coba bikin yang nggak bisa ditiru tapi nggak jauh-jauh dengan market kita yang udah kebentuk. Karena dulu jualan animal head, kita bikin brand berkaitan dengan hewan-hewan cuma belum spesifik 5 karakter hewannya," Dayat melanjutkan.
Kini, produknya pun dipatenkan dengan nama CRSL. Tak sembarangan, CRSL kata Dayat, sebenarnya singkatan dari carousel (korsel) atau yang dalam bahasa Indonesia berarti komedi putar. Filosofinya, dengan menggunakan korsel, ia berharap bisnisnya bisa terus berputar dan berhasil hingga untung.
"Biar secara filosofis ya nanti biar rezekinya selalu muter, ya seperti itu sih," ungkapnya.
Dayat pun memutuskan untuk membuka store pertama kali pada tahun 2017. Sebelum kini akhirnya mampu membangun kantor di Jalan Jongke, Mulungan Wetan, Sendangadi, Mlati, Sleman dengan mempekerjakan lebih dari 22 orang.
Makna karakter hewan.
Pada produknya ini, ia memiliki ciri khas yaitu lima karakter hewan yang selalu ada dalam produk CRSL. Mereka adalah Popo si panda, Choco si beruang, Chilo si kucing, Odin si dinosaurus, dan Pigko si babi.
foto: Brilio.net/Ferra Listianti
"Aku lebih inspirasinya kalau tau Rip and Dip, karakter kucing yang sorry tangannya kayak gini (mengacungkan jari tengah), jadi aku ngerasa kok dia bisa menciptakan karakter yang mempunyai fanbase yang cukup banyak cuma mediumnya dari clothing gitu," imbuhnya.
Berangkat dari inspirasi itulah, Dayat mematenkan karakter lima hewan tersebut untuk dikembangkan pada produk-produk CRSL. Kelima hewan yang diharapkan dapat mewakili gaya pria dan wanita itu menghiasi berbagai produk, mulai dari kaus, jaket, topi, celana, sepatu, tas, helm phone case, hingga aksesoris lainnya.
foto: Brilio.net/Ferra Listianti
Meski demikian, Dayat tak ingin membatasi CRSL hanya pada medium fashion saja. Mengingat, karakter kelima hewan yang menjadi ikon CRSL sudah teramat kuat di pasaran. Ia pun mencoba mengembangkan bisnis ini ke medium yang lain.
Seperti, dari konten di media sosial (Instagram), animasi, dan lain sebagainya. Sebab, kelima karakter ini sudah dikonsep sedemikian kuat, bahkan diberi sifat masing-masing. Sehingga, ia ingin pengikut dan pengguna produk CRSL bisa lebih dekat dengan karakter hewan tersebut.
Merambah pasar internasional.
Sejauh ini, CRSL pun dilirik tak hanya oleh anak muda Jogja juga namun juga luar daerah. Bahkan, Dayat punya data daerah dengan penjualan CRSL terbesar. Diantaranya yang masuk 10 besar yakni Medan dan Kalimantan.
"Market terbesar kita masih di Pulau Jawa sih. Cuma kalau Kalimantan, Lampung, sama Medan itu udah masuk 10 besar," kata pria anak satu ini.
Tak sampai disitu saja, produk CRSL pun sudah merambah pasar internasional. Dipaparkan Dayat, jika produknya kerap dipesan pelanggan dari luar negeri, seperti Amerika Serikat, Peru, Taiwan, Malaysia.
"Emang beberapa kali mengirim keluar cuma nggak pasti ya. Ke Peru pernah, ke US pernah, ke Taiwan juga pernah. Kalau Malaysia, Singapura sering. Cuma lebih banyak ya karena Shopee ekspor sih," terangnya.
Tetapi hal itu belum cukup membuat Dayat puas. Sebab, jumlahnya belum banyak dan periodik. Sama seperti pebisnis lain, Dayat juga memiliki cita-cita CRSL tak hanya merambah pasar internasional, namun juga bisa menguasai hingga berbagai kota dan negara, layaknya produk Uniqlo.
foto: Brilio.net/Ferra Listianti
"Pengin ya mendunia sama temen-temen. Ya kita misal setelah udah menguasai market cap satu negara, tetapi kita juga bisa expand resitius. Mungkin bisa buka offline store juga ya. Triggernya Uniqlo ya, di setiap kota-kota besar di negara lain itu mesti ada. Ya dibilang mimpi ya dibilang inspirasi juga iya sebenarnya," ungkapnya.
Rambah bisnis konser.
Tak sampai disitu saja, sukses membesarkan CRSL store secara offline maupun online, pria 31 tahun ini berusaha menggapai mimpinya dengan menggelar CRSL Concert pada 2019 yang berlanjut hingga kini. Ini menjadi konser profesional Dayat setelah pengalaman buruknya dulu semasa kuliah.
"Kita pengin memperkenalkan kelima karakter hewan di medium musik. Karena kan, kalau secara industri kita memang di industri fashion ya. Cuma fashion itu kan nggak terlepas dari lifestyle sebenarnya. Kita pengin lebih dekat dan anak muda nggak bisa dipisahkan dengan musik," papar suami Mira Annisa ini.
Pada 2023 lalu, CRSL Concert digelar di Jogja Expo Center (JEC) dengan mendatangkan sejumlah musisi Tanah Air dan luar negeri dengan tema The Perfect Place. Musisi yang didatangkan Dayat pun menyesuaikan dengan target market anak muda pada tahun itu.
foto: Brilio.net/Ferra Listianti
"Terus yang kemarin, Hindia karena kan memang secara market jadi top of mind ya di musimnya. Makanya kita juga manggil beberapa artis dari situ," ujarnya sembari memperlihatkan pamflet CRSL Concert 4 yang mengundang Hindia, Nadin Amizah, Pamungkas, Phum Viphurit, dan beberapa band lokal lainnya.
Ingin setiap tahunnya digelar, kini CRSL Concert kelima kembali hadir dengan konsep berbeda. Jika tahun sebelumnya indoor, pada gelaran tahun ini Dayat memilih konsep outdoor di Stadion Kridosono pada November esok. Meski belum perlihatkan semua guest star, namun menilik dari akun Instagram @crsl.concert, tiket Early Bird telah ludes terjual.