Brilio.net - Sampah sering menjadi masalah. Namun bagi warga Selat Sumba, Gang Parit Pekong, Siantan, Pontianak Utara, sampah menjadi berkah. Karena dengan sampah, warga bisa membayar kebutuhan sekolah anak hingga membayar biaya listrik rumah.
Verawati (32) adalah salah satu sosok penggeraknya. Bersama saudarinya, ia membangun Bank Sampah Rosella di daerahnya. Semua diawali dengan sosialisasi yang terus menerus kepada warga agar memanfaatkan sampahnya. Warga diyakinkan bahwa sampah bisa menghasilkan uang. Bahkan untuk membuktikannya, Bank Sampah itu akhirnya bisa mendirikan PAUD Rossela yang membayar uang masuk dan uang sekolahnya dengan sampah yang dikumpulkan orang tua siswa.
BACA JUGA :
Kisah PNS Eselon III tinggal di kos & jalan kaki 6 km ke kantor, salut
"Awalnya sulit sih kasi pemahaman ke masyarakat, akhirnya mereka lihat bahwa sampah bisa bayar sekolah dan tagihan listrik, akhirnya banyak ibu-ibu yang rajin ikut pelatihan dan bersih-bersih lingkungan," katanya.
Verawati saat beraktivitas mengumpulkan sampah plastik
BACA JUGA :
Zack Ruhl, cowok tanpa kaki yang kuat angkat beban hingga 190 kg
Vera bercerita, dari pemilahan sampah, seperti plastik dan bahan besi atau kertas, bisa dihargai mulai dari Rp 2.000 - Rp 5.000/kilogram. Kemudian, jika setiap hari ada setoran sampah, maka hasilnya dihitung dan dibayarkan untuk biaya sekolah anak-anak. Selain bisa membayar uang sekolah, uang hasil sampah itu juga dijadikan bayaran untuk biaya listrik bulanan mereka. Dan jika masih lebih, maka akan diberikan kepada warga yang bersangkutan.
"Kita sistemnya terbuka, berapa sampah yang disetor, itu yang kita catat dan uangkan. Hasilnya masyarakat yang menikmati. Ya selain lingkungan bisa bersih, masyarakat juga dapat tambahan uang dari sampah rumah mereka sendiri," kata Co Founder Bank Sampah Rosella ini.
Selain sudah berkali-kali menjadi trainer, Vera dan kakaknya Sulfi, juga sudah sering mendapatkan penghargaan dari Presiden, mulai dari SBY hingga saat ini Joko Widodo.
"Kita buka 2011, niat awalnya memang untuk bantu masyarakat. Namun makin lama berkembang jadi PAUD, dan kelompok kerajinan. Sudah banyak kerajinan dari sampah dan barang bekas kita melanglangbuana ke mancanegara," katanya.
Menurutnya, semua sampah bernilai ekonomis, baik yang kering maupun basah. Namun memang, tidak banyak masyarakat yang paham, bagaimana mengolahnya. Untuk itu lewat lembaga Bank Sampah Rossela, ia kerap dipanggil tanpa bayaran untuk mengedukasi ibu-ibu Rumah Tangga, dan PKK di 6 Kecamatan se Kota Pontianak, bahkan diseluruh Kalbar.