Kopi saat ini menjadi salah satu komoditi menarik di kalangan anak muda. Dengan pangsa pasar yang sedemikian besar, seorang pemuda bernama Nikolas Deni Firma mendirikan Koling alias Kopi Keliling pada tahun 2014. Bisnisnya kini tersebar di Yogyakarta, Magelang dan Semarang.
Simak obrolan Nikolas dengan brilio.net tentang bisnisnya berikut ini. Inspirasi banget nih buat kamu, pecinta kopi yang ingin berwirausaha di bidang yang kamu cintai ini.
BACA JUGA :
Sama-sama buka kedai kopi, begini gaya 5 seleb saat menyeduh kopi
Gimana sih cerita awal-awal menjalankan bisnis Koling?
Dulu awalnya dari keliling, promosi pakai megaphone. Banyak yang bertanya kita jualan apa.
Dulunya pertama jualan pakai style barista kekinian, cuma ketika pakai baju Jawa banyak pengunjung.
Ada nggak sih yang menjual kopi dengan konsep serupa?
BACA JUGA :
Bukan hitam, kopi ini warnanya menyerupai galaksi
Dulu waktu ngerintis banyak banget, bahkan sampai 10 brand kopi versi jalanan.
Apa khas dari Koling yang pengen ditonjolkan?
Kita punya konsep sendiri-sendiri, jadi yang kita tonjolin bukan trend kopinya, tapi ngeluarin keistimewaannya. Dari segi gerobak sama pakaian.
Sekarang kok milih ngetem nggak keliling lagi?
Kita merasakan versi kerasnya jalanan cukup setahun. Jadi ketika janjian langsung datang ke Malioboro.
Apa aja sih kendala yang ditemui?
Versi jalanan kendalanya banyak. Satpol PP, yang punya kawasan, pajak kebersihan. Tapi pengalaman paling seru itu ketemu Satpol PP. Kalau dihitung-hitung kena Satpol PP 100 kali ada.
Kalau lokasi saat ini sudah dapat izin?
Sudah dapat izin dari Dinas Pariwisata Jogja.
Pendapatan harian kisaran berapa sih?
Rata-rata sih per gerobak sekitar 40-50 cup. Kita ambil contohnya (di Jogja) 500.000 x 2 shift x 6 gerobak
Kenapa Koling berani ngasih harga kaki lima?
Karena kita segmennya wisatawan sama mahasiswa. Jadi nggak berani ngasih harga di atas Rp 20 ribu. Ibaratnya, mau minum kopi di atas Rp 25 ribu mending buat makan.
Tertarik menekuni bisnis serupa?