Dusun Mlangi di Sleman, Yogyakarta mendadak menjadi viral beberapa hari belakangan ini. Dugaan persekusi terhadap seorang pelari wanita jadi sebabnya. Banyak netizen yang menuduh, warga Dusun Mlangi intoleran. Tapi benarkah seperti itu?
Mustafid, tokoh masyarakat Dusun Mlangi menuturkan kepada brilio.net bahwa anggapan itu adalah salah. Pasalnya, ketika ada riset tentang masa depan pluralisme di Yogyakarta, dusun yang didirikan oleh Kyai Nur Iman ini selalu menjadi salah satu sampelnya.
BACA JUGA :
Kwangenrejo, kampung toleransi agama di tepian hutan jati Bojonegoro
"Ketika berinteraksi dengan agama lain kita tak mengalami gegar budaya. Sudah biasa, kalau ada live in di Mlangi dari berbagai universitas di Luar Negeri untuk tahu Islam sesungguhnya itu seperti apa. Dari berbagai kampus misalnya Seminari Kentungan, Sanata Dharma, UKDW belajar Islam dari tangan pertama bukan dari media. Dan ketika sampai sini mereka tahu, Islam Nusantara ternyata seperti itu," terangnya.
Berdiri dari tahun 1760an, dusun ini menjadi lingkungan yang sangat islami. Hingga kini, ada sekitar tujuh belas pondok pesantren di sana. Dusun yang berada di wilayah Nogotirto itu juga menjadi tujuan 1500an santri dari seluruh Indonesia untuk belajar agama. Dengan kultur Islam yang sekuat itu, masyarakat di sana sangat menjaga norma kesopanan.
Terkait insiden yang viral kemarin, dia menyebut hanya kesalahpahaman dan miskomunikasi antara panitia dengan warga saja. Sebagai Dusun Nahdliyin, Mlangi adalah tempat yang sangat toleran.
BACA JUGA :
Ini respons Menag Lukman Hakim soal larangan cadar di UIN Yogyakarta
"Sudah sangat terbiasa dengan keragaman. Sejak dari dasar sudah terbangun ada epistimologi yang sudah tertancap sejak proses pembelajaran keagamaan. Tradisi keagamaan yang kita warisi itu tradisi keagamaan Wali Songo yang akomodatif terhadap tradisi lokal dengan ruh islam," pungkasnya.