Hai Sobat Brilio, Yuk simak kisah Depkolektor insaf yang bangun panti asuhan.
Priyanggono adalah laki-laki paruh baya. Dia mantan preman sekaligus debt collector yang telah insaf.
Kini ia membangun sebuah Panti Asuhan dan Pesantren Daarul Qolbi. Sebelumnya ia juga sempat bekerja di salah satu bank di Semarang sebagai office boy selama dua tahun.
Kemudian ia melanjutkan pendidikan Paket C, setelah itu diangkat sebagai debt collector selama delapan tahun di bank tempat ia bekerja.
Sang istri adalah sosok yang paling setia mendukung pilihan Priyanggono untuk berhijrah. Dengan dukungannya, Priyanggono mantap menjalani hidup baru di luar zona nyaman miliknya.
Kala itu mereka pindah di Jogja dan mulai berjualan soto hingga memilih hidup di kos berdua. Priyanggono kemudian membuat panti asuhan pada dua setengah tahun kemudian. Kini ia mengasuh 22 anak di panti asuhannya. Dengan 17 anak laki-laki dan 5 anak perempuan, ia dibantu oleh tiga orang ustaz sebagai tenaga pengajar.
Selain mempunyai panti asuhan, ia juga bekerja sebagai penghapus tato secara cuma-cuma. Sembari menghapus tato, ia juga sering berdakwah kepada para pelanggannya.
BACA JUGA :
Cerita mantan preman jauhi dunia hitam, musuh bebuyutan jadi saudara