Kroto adalah telur semut yang sering dijadikan pakan burung atau umpan pancing. Di pasaran kroto dijual dengan harga yang cukup mahal dan banyak peminatnya. Hal itu yang mendasari Widodo membudidayakan kroto.
"Setiap saya tanya di toko pakan burung, yang namanya pakan burung itu selalu kurang-kurang. Nggak tahu itu jangkrik, nggak tahu itu kroto, atau ulat Hongkong, itu semua kekurangan. Artinya setiap saya tanya di tukang pangan burung, hari ini ada kroto, dua hari sudah nggak ada" papar Widodo
BACA JUGA :
Kisah sukses Widodo, meraup untung dari budidaya semut kroto
Widodo budidaya kroto sejak 2009 saat ia dan istrinya terkena PHK di Tangerang. Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke Jogja. Widodo ikuti beragam pelatihan wirausaha, hingga akhirnya memilih budidaya kroto.
"Sebetulnya semut ini juga kurang nyaman bagi saya dan keluarga. Karena menurut tetangga ini ternak yang aneh. Menurut saya juga nggak pas juga buat saya, kata mereka (tetangga). Cuma karena keterpaksaan, mau nggak mau harus berjuang bagaimana biar nyaman buat saya" jelas Widodo
Caranya sederhana dengan media toples bening dan rak khusus. Setiap kaki rak diberi piring kecil yang diisi minyak goreng agar semut tidak kabur. Ia hanya mengisi ulang air minum dan pakan semut. Satu gelas air gula dan satu ons ulat Hongkong setiap 2-4 hari sekali untuk 12 sarang.
BACA JUGA :
Nggak gengsi, gadis cantik ini pikul gabah & bantu orangtua di sawah
"Jadi 2009 kita mulai, 2014 saya ada siaran di TV nasional, dipanggil ke Jawa Timur untuk pelatihan, pulang dikasih uang saku. Lha 2014 itu, karena saya orang kampung orang ndeso punya uang banyak kan bingung juga. Pertama kali beli kendaraan 2014. 2009 mulai 2014 saya beli kendaraan. Walaupun tidak baru yang jelas sudah beli kendaraan dari hasil ini. Karena untuk perputaran atau untuk kebutuhan ternak, 2015 saya beli lagi kendaraan pick up untuk kambing" cerita Widodo.
Widodo dan istri juga bisa berkunjung ke Mekkah dari hasil budidaya kroto. Awalnya Widodo menjajakan krotonya dari pintu ke pintu, kini pembeli dan pemilik toko datang menghubunginya. Harga kroto di pasaran sekitar Rp190 ribu hingga Rp240 ribu. Bahkan hasil budidaya Widodo sudah sampai luar negeri. Seperti Belgia, Thailand dan China.