Brilio.net - Tampil memukau dan memesona menjadi keinginan sebagian besar orang. Tidak hanya perempuan, melainkan juga laki-laki. Selain dapat meningkatkan pamor, kesempurnaan dalam berbusana maupun bersolek juga dapat membuat orang-orang sekitar berdecak kagum.
Terkadang, demi 'suksesnya' sebuah penampilan orang-orang rela merogoh kocek dalam-dalam. Pilih baju dengan brand ternama, tas yang bernilai jutaan hingga ratusan juta rupiah, bahkan untuk menyempurnakan wajah kaum wanita tergiur dengan berbagai macam operasi kulit.
Demi penampilan, tak jarang juga orang yang rela menanggung sakit. Para wanita yang memakai heels hingga lecet, atau pria yang membiarkan tubuhnya dibanjiri tusukan jarum tato adalah bukti mereka sangat memerhatikan penampilan.
Ternyata usaha untuk menyempurnakan penampakan diri ini tidak hanya di era saat ini saja. Zaman dulu, orang-orang di berbagai belahan dunia juga melakukan banyak hal untuk memperindah penampilan. Penasaran seperti apa? Berikut brilio.net himpun informasinya dilansir dari brightside.me, Kamis (25/10).
1. Sepatu lotus.
BACA JUGA :
10 Karya botol kaleng ini detailnya keren, ada yang seharga Rp 37 juta
Kebiasaan ini berasal dari China abad 10 hingga awal abad 20. Pengikatan kaki menggunakan sepatu berukuran kecil ini dimaksudkan agar kaki seorang wanita dapat berukuran kecil. Mereka menyebutnya 'kaki lotus'. Teknik ini cukup mengerikan karena harus menekuk dan mematahkan tulang jari-jari kaki. Dengan kaki lotus, wanita dianggap memiliki status yang tinggi.
2. Sepatu Poulaine.
Penggunaan sepatu Pulaine atau berujung panjang seperti ini akan menunjukkan derajat atau status seseorang. Untuk ukuran yang panjang (30 inchi) hanya boleh digunakan seorang raja atau pangeran, sementara orang biasa biasanya menggunakan yang 5 inchi. Semakin pendek ujungnya, menunjukkan stratanya yang lebih rendah. Sepatu model ini dikenal di Eropa pada abad pertengahan. Orang-orang gereja sendiri banyak yang mengutuk sepatu ini karena susah untuk digunakan berlutut sehingga mereka menyebutnya 'cakar setan'.
3. Pakaian boneka.
BACA JUGA :
Bukan pakai angka, guru ini beri nilai sekolah dengan stiker meme unik
Pakaian ini disebut pakaian boneka karena menggembung layaknya boneka. Tren pada zaman Ratu Elizabeth Pertama, sekitar abad 16. Bagian yang ditonjolkan adalah lengan, sehingga seorang pria akan terlihat lebih berotot. Ini juga menunjukkan status terhormat pria itu. Untuk wanita, yang ditonjolkan ada di bagian pinggul, dada, dan pantat.
4. Kosmetik radioaktif.
Pada tahun 1930-an, pasar di Perancis dibanjiri dengan kosmetik yang terbuat dari zat radioaktif berbahaya. Pabrik menjadikan ini sebagai tren dan mengiming-imingi konsumen dengan kulit wajah yang bersinar dan berseri-seri.
5. Rambut Maccaroni.
Maccaroni adalah sekelompok pedagang busana yang modis dan muncul di Inggris pada abad 18. Tatanan rambut mereka dibuat sangat tinggi. Mereka pun menempatkan topi kecil di atas rambut itu. Dan satu-satunya cara untuk melepaskannya, adalah dengan bantuan pedang.
6. Kuku panjang.
Kuku panjang telah populer di kalangan aristokrat Cina selama berabad-abad. Itu adalah simbol kekayaan yang menunjukkan bahwa pemiliknya tidak harus bekerja keras di ladang. Selain memanjangkan kuku, mereka biasanya juga menutupi kuku itu dengan penutup kuku atau hiasan kuku.
7. Keringat gladiator.
Keringat gladiator yang bertarung untuk menghibur penonton di Kekaisaran Roma dianggap sebagai produk kosmetik yang kuat. Produk itu kemudian dijual di kios-kios souvenir yang terletak di sekitar arena tempat pertempuran gladiator.
8. Pengecil dagu.
Pada tahun 1890-an, profesor E.J. Mack menciptakan alat untuk mengurangi lipatan lemak pada dagu serta mengurangi pembesaran kelenjar. Alat ini terlihat seperti menyiksa. Cara penggunaannya adalah dengan menarik tali yang ada di kanan kiri wajah, sehingga alat di bawah dagu pun akan terangkat ke atas dan menekan dagu pengguna.
9. Cat kaki.
Masa perang dunia kedua, jumlah nilon tengah mengalami kekurangan. Masyarakat pun kekurangan bahan pakaian. Di satu sisi, mereka meyakini kaki seorang wanita yang tidak tertutup dianggap sebagai aib, sehingga banyak wanita dari kalangan penjual busana yang mengecat kaki mereka seolah-olah tengah menggunakan stoking. Bahkan, ada salon yang khusus melayani pengecatan kaki ini.
10. Lipstik dari serangga dan semut.
Pada zaman Mesir kuno, lipstik menjadi hal biasa dan bahkan populer. Semua orang menggunakan lipstik kecuali orang miskin. Hal ini bukan untuk gaya-gaya saja, melainkan sebagai perlindungan dari sengatan matahari dan angin yang kencang. Pada awalnya, lipstik yang digunakan berasal dari pewarna rumput laut, yodium, bromin, dan manitol. Namun, karena kombinasi ini sangat berbahaya, orang Mesir pun mengembangkan pewarna merah dari serangga dan semut. Serangga dan semut dihaluskan, baru kemudian dioleskan ke bibir.