Brilio.net - Dalam mendalami agama Islam, pasti kamu kerap menemukan ajaran-ajaran yang dicontohkan oleh Nabi. Baik dalam beribadah, bertata krama, menjauhi larangan Allah, sampai dengan penerapan amalan untuk kebaikan di dunia dan akhirat. Biasanya kamu akan menemukan istilah hadits di dalam pesan Rasulullah. Namun jika diartikan, menurut istilah ulama ahli, hadits yaitu apa yang diriwayatkan dari Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapannya, sifat jasmani atau sifat akhlak, perjalanan setelah diangkat sebagai Nabi dan terkadang juga sebelumnya, sehingga arti hadits semakna dengan sunnah.
Hadits memiliki banyak macamnya jika dikelompokkan berdasarkan kriterianya. Masing-masing kriteria ini memiliki macam-macam hadits yang mengandung arti yang berbeda. Nah kenali apa saja macam hadits berdasarkan kriterianya agar kamu lebih memahami ajaran Nabi. Untuk mengetahui penjelasan selengkapnya, simak ulasan brilio.net dari berbagai sumber padaJumat (30/4) berikut ini.
BACA JUGA :
Keutamaan bersedekah hari Jumat beserta hadist dan maknanya
Berdasarkan tingkat keaslian hadits.
foto: freepik.com
Poin ini merupakan klasifikasi yang paling penting dan merupakan kesimpulan terhadap tingkat penerimaan atau penolakan terhadap hadits tersebut. Ada 4 tingkat dalam kategori ini, diantaranya:
BACA JUGA :
10 Adab berdoa sesuai ajaran Rasulullah, lengkap dengan dalil
1. Hadits Sahih.
Hadits sahih adalah tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits. Hadits shahih memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Sanadnya bersambung. Sanad ialah rantai periwayat hadits.
- Diriwayatkan oleh para penutur/rawi yang adil, memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah(kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya. Rawi adalah masing-masing orang yang menyampaikan hadits tersebut (contoh: Bukhari, Musaddad, Yahya, Syu'bah, Qatadah dan Anas).
- Pada saat menerima hadits, masing-masing rawi telah cukup umur (baligh) dan beragama Islam.
- Matannya tidak bertentangan serta tidak ada sebab tersembunyi atau tidak nyata yang mencacatkan hadits.
2. Hadits Hasan.
Jika hadits yang tersebut sanadnya bersambung, tetapi ada sedikit kelemahan pada rawi(-rawi)nya. Misalnya diriwayatkan oleh rawi yang adil namun tidak sempurna ingatannya. Namun matannya tidak syadz atau cacat.
3. Hadits Dhaif.
Hadits dhaif adalah hadits yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa hadits mauquf, maqthu, mursal, muallaq, mudallas, munqathi atau mudlal), atau diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, atau mengandung kejanggalan atau cacat.
3. Hadits Maudlu.
Bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur yang dikenal sebagai pendusta.
Berdasarkan ujung sanad.
foto: freepik.com
Awal sanad merupakan orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya. Orang ini disebut mudawwin atau mukharrij.
Keaslian hadits yang terbagi atas golongan ini akan bergantung pada beberapa faktor lain seperti keadaan rantai sanad maupun penuturnya. Terdapat 3 golongan di dalam klasifikasi hadits ini, yakni:
4. Hadits Marfu.
Hadits Marfu adalah hadits yang sanadnya berujung langsung pada Nabi Muhammad S.A.W
5. Hadits Mauquf.
Hadits Mauquf adalah hadits yang sanadnya terhenti pada para sahabat Nabi tanpa ada tanda-tanda baik secara perkataan maupun perbuatan yang menunjukkan derajat marfu. Sebagai contoh, Al Bukhari dalam kitab Al-Fara'id (hukum waris) menyampaikan bahwa Abu Bakar, Ibnu Abbas dan Ibnu Al-Zubair mengatakan:
"Kakek adalah (diperlakukan seperti) ayah".
Dan dalam pernyataan contoh itu tidak memiliki kejelasan, apakah berasal dari Nabi atau sekadar pendapat para sahabat.
Akan tetapi jika ekspresi yang digunakan sahabat adalah seperti "Kami diperintahkan..", "Kami dilarang untuk...", "Kami terbiasa... jika sedang bersama Rasulullah", maka derajat hadits tersebut tidak lagi mauquf melainkan setara dengan marfu'.
6. Hadits Maqthu
Hadits Maqthu diartikan sebagai hadits yang sanadnya berujung pada para tabi'in (penerus) atau sebawahnya. Contoh hadits ini adalah:
Imam Muslim meriwayatkan dalam pembukaan sahihnya bahwa Ibnu Sirin mengatakan: "Pengetahuan ini (hadits) adalah agama, maka berhati-hatilah kamu darimana kamu mengambil agamamu".
Berdasarkan keutuhan rantai sanad.
foto: freepik.com
Perlu dipahami, keutuhan rantai sanad maksudnya adalah setiap penutur pada tiap tingkatan dimungkinkan secara waktu dan kondisi untuk mendengar dari penutur di atasnya. Ada beberapa golongan yang diklasifikasikan dalam jenis ini, diantaranya:
7. Hadits Musnad
Hadits yang tergolong musnad jika urutan sanad yang dimiliki tidak terpotong pada bagian tertentu. Urutan penutur memungkinkan terjadinya penyampaian hadits berdasarkan waktu dan kondisi, yakni rawi-rawi itu memang diyakini telah saling bertemu dan menyampaikan hadits. Hadits ini juga disebut muttashilus sanad atau maushul.
Hadits Mursal, jika penutur 1 tidak dijumpai atau dengan kata lain seorang tabi'in menisbatkan langsung kepada Rasulullah SAW. Sebagai contoh, seorang tabi'in (penutur 2) mengatakan "Rasulullah berkata..." tanpa ia menjelaskan adanya sahabat yang menuturkan kepadanya).
8. Hadits Munqathi.
Hadits ini berarti jika sanad putus pada salah satu penutur, atau pada dua penutur yang tidak berturutan, selain shahabi.
9. Hadits Mudlal.
Hadits mu'dlal berarti jika sanad terputus pada dua generasi penutur berturut-turut. Dan hadits Muallaq, jika sanad terputus pada penutur 5 hingga penutur 1, alias tidak ada sanadnya. Sebagai contoh, "Seorang pencatat hadits mengatakan, telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah mengatakan...." tanpa ia menjelaskan sanad antara dirinya hingga Rasulullah.
10. Hadits Mudallas
Untuk hadits ini dapat dicontohkan, bila salah satu rawi mengatakan "..si A berkata .." atau "Hadits ini dari si A.." tanpa ada kejelasan "..kepada saya.."; yakni tidak tegas menunjukkan bahwa hadits itu disampaikan kepadanya secara langsung.
Bisa jadi antara rawi tersebut dengan si A ada rawi lain yang tidak terkenal, yang tidak disebutkan dalam sanad. Hadits ini disebut juga dengan hadits yang disembunyikan cacatnya karena diriwayatkan melalui sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya. Padahal sebenarnya ada, atau dengan kata lain merupakan hadits yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya.
Berdasarkan jumlah penutur.
foto: freepik.com
Dalam poin ini, jumlah penutur yang dimaksud adalah jumlah penutur dalam tiap tingkatan dari sanad, atau ketersediaan beberapa jalur berbeda yang menjadi sanad hadits tersebut. Berdasarkan klasifikasi terdapat 3 macam hadits, diantaranya:
11. Hadits Mutawatir.
Hadits mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad. Dan juga tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat untuk berdusta mengenai hal terebut. Jadi hadits mutawatir memiliki beberapa sanad dan jumlah penutur pada tiap lapisan generasi (thaqabah) berimbang.
Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah sanad minimum hadits mutawatir. Ssebagian menetapkan 20 dan 40 orang pada tiap lapisan sanad. Hadits mutawatir dapat dibedakan menjadi 2 jenis yakni:
- Mutawatir lafzhy, yang merupakan lafaz redaksional sama pada tiap riwayat.
- Manawy, yang dimana pada redaksional terdapat perbedaan namun makna sama pada tiap riwayat.
12. Hadits Ahad.
Hadits ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak mencapai tingkatan mutawatir. Hadits ahad dibedakan menjadi tiga jenis antara lain:
- Gharib: bila hanya terdapat satu jalur sanad. Pada salah satu lapisan terdapat hanya satu penutur, meski pada lapisan lain mungkin terdapat banyak penutur.
- Aziz: Bila terdapat dua jalur sanad. Dua penutur pada salah satu lapisan, pada lapisan lain lebih banyak.
- Masyhur: Bila terdapat lebih dari dua jalur sanad. tiga atau lebih penutur pada salah satu lapisan, dan pada lapisan lain lebih banyak. Namun, tidak mencapai derajat mutawatir. Dinamai juga hadits mustafidl.