1. Home
  2. ยป
  3. Wow!
26 November 2024 10:55

5 Fakta siswa SD di Subang meninggal akibat perundungan, tragis

Kisah duka siswa SD yang meninggal karena bullying di Subang. Editor
foto: Freepik.com

Perundungan di sekolah kembali memakan korban. Seorang siswa kelas 3 SD berinisial ARO (9) dari Kabupaten Subang, Jawa Barat, meninggal setelah mengalami koma akibat dugaan kekerasan fisik oleh kakak kelasnya. Peristiwa ini menjadi pengingat pahit tentang bahaya bullying yang masih merajalela di dunia pendidikan.

Korban mengalami serangkaian tindakan kekerasan, termasuk dipukul, dijedotkan ke tembok, dan ditendang. Kondisinya semakin memburuk hingga harus dilarikan ke rumah sakit. Setelah menjalani perawatan intensif selama tiga hari di ICU RSUD Subang, sayangnya, nyawa ARO tidak tertolong.

BACA JUGA :
Faktor penyebab bullying di pesantren, bukan hanya karena salah pergaulan


Tragedi ini menyoroti pentingnya pencegahan dan penanganan kasus perundungan di sekolah. Polisi dan pemerintah setempat telah mengambil langkah untuk mengusut kasus ini dan meningkatkan sosialisasi anti-bullying. Berikut adalahlima fakta penting terkait kasus ini.

1. Awalnya korban mengaku sakit kepala

Kasus ini bermula dari pengakuan ARO kepada keluarganya tentang kekerasan yang dialaminya di sekolah. Ia mengeluh sakit kepala hebat dan muntah-muntah selama beberapa hari sebelum kondisinya memburuk. ARO bahkan kesulitan membuka mata dan harus merangkak untuk berjalan.

Menurut keterangan keluarga, ARO sempat menyebut bahwa ia menjadi korban kekerasan oleh tiga kakak kelasnya. Ketika kondisinya semakin kritis, ARO dibawa ke RSUD Subang, namun sayangnya, upaya medis tidak berhasil dan ia dinyatakan meninggal pada 25 November 2024.

BACA JUGA :
Ibu dokter Aulia Risma buka suara, akui almarhumah setor Rp 225 juta selama PPDS

2. Pendarahan otak akibat perundungan

Setelah tiba di RSUD Subang, ARO langsung dirawat di ICU dalam kondisi koma. Dokter menemukan gejala pendarahan di otak yang diduga akibat benturan keras. Selama perawatan, kondisi ARO terus menurun, sehingga pemeriksaan menyeluruh sulit dilakukan.

Hasil autopsi diperlukan untuk memastikan penyebab kematian, meskipun dugaan awal mengarah pada cedera fisik akibat kekerasan. Proses ini diharapkan dapat memberikan kejelasan dalam penyelidikan kasus.

3. Kepala sekolah dinonaktifkan

Peristiwa ini mendapat perhatian dari PJ Bupati Subang, Imran, yang berkomitmen untuk memberantas perundungan di sekolah. Sebagai langkah tegas, kepala sekolah tempat ARO bersekolah dinonaktifkan sementara hingga penyelidikan selesai.

Imran juga mengumumkan rencana apel di sekolah korban untuk mengumpulkan wali murid dan kepala sekolah dari seluruh wilayah Subang, guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan perundungan.

4. Pelaku perundungan dalam pengawasan polisi

Polres Subang telah memulai penyelidikan dengan memeriksa saksi-saksi, termasuk keluarga korban dan teman sekolah. Autopsi jenazah ARO dilakukan di RS Bhayangkara untuk memastikan penyebab kematian.

Menurut Kasatreskrim, hasil autopsi akan menjadi bukti penting untuk mengungkap fakta sebenarnya. Polisi juga menegaskan komitmennya untuk menuntaskan kasus ini secara transparan.

5. Peran keluarga dalam mengungkap kasus

Keluarga ARO mengungkapkan bahwa ia awalnya enggan menceritakan kekerasan yang dialaminya karena takut. Namun, saat kondisinya memburuk, keluarga membawanya ke rumah sakit dan melaporkan kejadian tersebut ke polisi. Dukungan keluarga sangat penting dalam memulai proses hukum atas kasus ini.

Source: liputan6.com / Nisa Mutia Sari
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang dengan bantuan Artificial Intelligence dengan pemeriksaan dan kurasi oleh Editorial.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags