Brilio.net - Kasus kebakaran hutan yang terus terjadi di berbagai wilayah dunia membuat kondisi alam semakin memilukan. Alam yang asri banyak dikorbankan untuk pembangunan. Secara perlahan, semua hal ini akan mengancam kehidupan banyak makhluk hidup, tidak terkecuali manusia.
Manusia sebagai bagian dari rantai makanan seharusnya tidak hanya memanfaatkan alam, tetapi juga menjaga keseimbangan dan melestarikannya. Sayangnya, manusia justru sering hanya memedulikan kepentingan diri sendiri.
BACA JUGA :
Cerita Mbah Moen minta didoakan meninggal hari Selasa, terkabul
Dalam situasi seperti itu, dunia diuntungkan oleh aksi mereka yang peduli terhadap lingkungan. Tanpa pamrih, mereka berani melakukan perubahan demi alam yang lebih baik pada masa depan.
Seperti beberapa pahlawan lingkungan di bawah ini yang kisah penghijauannya layak menjadi inspirasi. Berikut kisah mereka seperti dirangkum Brilio.net dari berbagai sumber, Jumat (16/8).
1. Sebastio Ribeiro, 20 tahun mengubah padang pasir jadi hutan lebat.
BACA JUGA :
Minuman ini jadi rahasia Jokowi tak pernah sakit, bugar tiap hari
foto: Facebook/Instituto Terra
Berawal dari keinginan Sebastio Ribeiro Saldago membuat peternakan di Minas Gerais, Brasil, mantan jurnalis foto ini justru berhasil membuat hutan yang terlanjur menjadi lahan tandus kembali lebat. Untuk mewujudkannya, ia dan sang istri, Llia mendirikan organisasi lingkungan bernama Instituto Terra pada 1998.
Organisasi yang berfokus menghidupkan kembali hutan mati di Lembah Sungai Doce, Minas Gerais, Brasil ini perlahan tapi pasti berhasil mengubah lahan bak padang pasir seluas 1.754 hektar menjadi hutan lebat.
Dilansir dari laman mymodernmet.com, ada sekitar 293 spesies pohon, 172 spesies burung, 33 spesies mamalia, serta 15 spesies hewan amfibi dan reptil berada di kawasan yang kini menjadi Cagar Warisan Alam Pribadi terbesar di negara bagian tersebut. Bahkan di antaranya adalah spesies yang terancam punah.
Selain itu, upaya selama 20 tahun yang dilakukan Sebastio dan istri juga berhasil menyelamatkan beberapa mata air yang pernah kering di daerah rawan kekeringan itu.
2. Jadav Payeng, 30 tahun membuat hutan buatan sebesar 550 hektar.
foto: Facebook/Jadav Payeng: The Forest Man Of India
Julukan "Manusia Hutan dari India" yang disematkan pada Jadav Payeng oleh presiden India APJ Abdul Kalam bukan tanpa sebab. Pria keturunan suku Mishing yang tinggal di Jorhat, utara negara bagian Assam ini berhasil membuat hutan seluas 550 hektar tanpa bantuan orang lain.
Jadav mulai menanam pohon pertamanya pada 1979, saat ia masih 16 tahun. Aksi mulia Jadav ini berawal dari banjir besar yang melanda Assam dan menyapu pepohonan di tepian sungai. Hal ini membuat banyak hewan dan burung kehilangan rumah.
Berkat kecintaan dan dedikasinya pada alam, Jadav berhasil mendapat penghargaan Padma Shri dari pemerintah India. Kisahnya pun dibuat menjadi film dokumenter berjudul Forest Man. Meski begitu, ayah tiga orang anak ini masih memiliki impian mengembangkan hutan di Pulau Majuli tersebut menjadi 5.000 hektar.
3. Penanaman trembesi sepanjang 2.472 KM di berbagai ruas jalan di Indonesia.
Band Kotak berpartisipasi menanam pohon trembesi di ruas jalan tol Ngawi-Kertosono/foto: DTFL
Kisah penghijauan selanjutnya datang dari Indonesia. Meski dikenal sebagai salah satu paru-paru dunia, kondisi hutan Indonesia kini mulai rusak akibat ulah pihak tidak bertanggung jawab.
Sadar akan pentingnya menjaga kelestarian dan menyayangi alam untuk keberlangsungan hidup masa depan, Bakti Lingkungan Djarum Foundation melalui program Djarum Trees For Life (DTFL) memulai misi menanam pohon sejak 1979. Diawali di Kota Kudus, DTFL kini telah menanam lebih dari 2 juta pohon di berbagai kota di Indonesia.
Dalam misi mulia tersebut, DTFL mengadakan program penanaman pohon trembesi sejak 2010. Hingga saat ini total ada 111.466 pohon trembesi telah tertanam di sepanjang 2.472 KM yang tersebar di Merak-Banyuwangi, jalur Joglosemar (Yogyakarta Solo Semarang), ruas Tol Trans Jawa, Lingkar Madura, Lombok, dan Medan.
Terbaru, DTFL menunjukkan komitmennya dengan kembali menanam 10.000 pohon trembesi di sepanjang 87 KM ruas tol NgawiKertosono pada Rabu (14/8). Langkah nyata Djarum Foundation untuk memperbaiki lingkungan sekaligus menjaga kualitas udara ini bekerja sama dengan PT Jasamarga Ngawi Kertosono Kediri dan Pemerintah Kabupaten Ngawi.
foto: DTFL
Wakil Bupati Ngawi Ony Anwar, ST, MH, menyambut baik upaya yang dilakukan organisasi yang kini dipimpin Victor Rachmat Hartono tersebut. Menurutnya, menjaga lingkungan agar tetap hijau merupakan kewajiban semua pihak, baik pemerintah, swasta hingga elemen masyarakat.
Sinergi dari tiga pilar ini sangat penting dalam pelestarian lingkungan. Untuk itu, saya berharap kegiatan penanaman seperti ini bisa memotivasi pihak-pihak lain dalam melakukan hal serupa sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan yang berkelanjutan, tutur Ony Anwar.
Pemilihan pohon trembesi dilatarbelakangi kemampuannya menyerap CO2 sebanyak 28,5 ton setiap tahun. Jenis pohon ini juga tepat untuk ditanam di kawasan yang menjadi gerbang menuju atau keluar dari wilayah Jawa Timur. Selain itu, bentuknya yang mirip kanopi juga dapat menurunkan suhu hingga 4 derajat celcius.
Acara penanaman pohon trembesi semakin meriah dengan talkshow bertajuk Lagi-lagi Global Warming. Tak sampai di situ, Djarum Foundation bekerja sama dengan Kodam V Brawijaya mengajak generasi millenial menghijaukan cagar budaya Benteng Van Den Bosch Ngawi melalui program Siap Sadar Lingkungan (Siap Darling).
Berkaitan dengan program Siap Darling, Vice President Director Djarum Foundation, FX Supanji menuturkan bahwa generasi millenial memiliki semangat besar untuk menjaga dan merawat lingkungan. Hal inilah yang kemudian diimplementasikan Djarum Foundation melalui program Siap Darling untuk menciptakan pelestarian lingkungan berkelanjutan dan menularkan kebiasaan baik ini di masyarakat.
Dengan terlaksananya gerakan ini, diharapkan Benteng Van Den Bosch semakin cantik dan nyaman bagi wisatawan sehingga bisa menjadi obyek wisata unggulan di Kabupaten Ngawi. Hal ini tentunya memiliki dampak positif baik dari sisi lingkungan hingga menggerakkan roda ekonomi masyarakat sekitar, jelas FX Supanji.
Dandim 0805/Ngawi Letkol Arh Hany Mahmudhi, S.E menambahkan, hadirnya program Siap Darling dapat mendorong generasi muda untuk menghargai dan mencintai jasa-jasa para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Benteng ini merupakan sebuah tempat yang sangat penuh nilai sejarah yang tentunya harus dilestarikan. Apa yang dilakukan Djarum Foundation bersama mahasiswa hari ini adalah upaya untuk menjaga dan terus mengenang perjuangan para pahlawan, ujar Mahmudhi.
foto: DTFL
Komitmen Djarum Foundation untuk melestarikan alam Indonesia ini tidak hanya berhenti di sini, lho. Yuk, kita ikuti perkembangan kampanye mulia ini di sini.
4. Yacouba Sawadogo, hijaukan padang pasir selama 30 tahun.
foto: Facebook/Yacouba Sawadogo
Menggunakan teknik pertanian Afrika kuno yang disebut Zai, Yacouba Sawadogo mampu menghijaukan kembali gurun gersang di Burkina Faso, Afrika Barat. Usaha yang dilakukan Yacouba selama 30 tahun ini awalnya mendapat cibiran dari banyak pihak. Namun Yacouba tetap gigih menghijaukan tanah yang sudah bertahun-tahun gersang tersebut.
Ketekunan dan dedikasi Yacouba sejak 1980 pun menjadi jawaban atas masalah yang dihadapi wilayahnya. Yacouba berhasil mengubah tanah gersang menjadi hutan lebat seluas 30 hektar dengan lebih dari 60 jenis pohon.
Sebelum mengatasi sendiri masalah erosi dan pengeringan di wilayahnya, ternyata sudah ada banyak peneliti baik nasional maupun internasional yang datang. Akan tetapi tidak ada yang benar-benar membantu persoalan tersebut.
Teknik pertanian Zai yang sangat sederhana dan murah ini membuktikan jika persoalan di Afrika dapat dipecahkan oleh orang Afrika sendiri. Kisah Yacouba pun diangkat ke film dokumenter dengan judul The Man Who Stopped The Dessert karya Mark Dodd.
5. Jia Haixia dan Jia Wenqi, duo disabilitas yang menanam 10.000 pohon di China.
foto: Ilustrasi/shutterstock.com
Video kisah persahabatan dua pria asal Desa Yeli, Tiongkok ini sempat viral di media sosial beberapa tahun silam. Jia Haixia kehilangan penglihatannya sejak kecil, sementara sahabatnya, Jia Wenqi kehilangan kedua lengannya saat masih anak-anak.
Memiliki kekurangan fisik tidak menghentikan langkah mereka membuat bumi menjadi tempat yang lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan aksi keduanya menanam 10 ribu pohon di sekitar desa mereka sejak 17 tahun lalu.
Aksi mulia duo sahabat ini membuat keduanya dianggap sebagai pahlawan lingkungan karena berhasil menghijaukan kembali lahan tandus. Dalam melakukan aksinya, Jia Haixia dan Jia Wenqi saling melengkapi menjadi satu tim kerja yang solid. Haixia menjadi lengan Wenqi, sedangkan Wenqi menjadi mata dari Haixia.