Brilio.net - Sobat Brilio mungkin sering melihat mural, karya seni yang menjadikan dinding sebagai kanvas. Awalnya mural sebagai seni jalanan (street art) kerap dianggap sebagai bentuk perlawanan atau pemberontakan. Namun kini, mural menjadi karya kreatif sekaligus media artistik yang menghiasi sudut-sudut kota.
Boleh jadi selama ini banyak dari kalian yang hanya melihat mural sebatas sebuah karya kreativitas. Tapi bagaimana jika mural tersebut bukan hanya sekadar karya seni tapi juga menjadi media untuk mengurangi polusi. Kok bisa?
BACA JUGA :
9 Karya seni kontemporer ini percantik wajah Pelabuhan Merak-Bakauheni
Aksi inilah yang dilakukan Converse lewat kampanye melukis mural berkelanjutan. Kampanye ini pun membawa makna baru pada seni jalanan di kota-kota di seluruh dunia. Anggota komunitas kreatif Converse All Stars global bermitra dengan Converse untuk melukis mural di kota-kota di seluruh dunia dengan menggunakan bahan cat KNOxOUT, yang memanfaatkan sinar matahari untuk mengurangi polutan udara berbahaya, sekaligus memurnikan udara di sekitarnya.
Kampanye seni jalanan bertajuk Converse City Forests ini pertama kali diluncurkan secara global pada Agustus 2019. Kampanye ini merupakan perayaan untuk berkreasi bersama demi kemajuan sosial. Sejumlah kota di dunia yang sudah melakukan aksi ini di antaranya, Warsawa (Polandia), Beograde (Serbia), Sao Paulo (Brazil), Bangkok (Thailand), Santiago (Cile), Sydney (Australia), Lima (Peru), Johannesburg (Afrika Selatan), Manila (Filipina), Mexico City (Meksiko), Ho Chi Minh City (Vietnam), dan Jakarta (Indonesia).
Di Jakarta, lukisan mural digoreskan tepat di tembok luar Institut Prancis Indonesia (IFI) di Jalan MH Thamrin. Lokasi ini dinilai tepat selain karena strategis, tingkat pencemaran udara akibat kendaraan bermotor di wilayah ini juga tergolong tinggi.
BACA JUGA :
12 Karya mural 3D di bangunan kosong ini bikin takjub
Dua seniman muda lokal, Olderplus dan Blesmokie membuat mural yang berfokus kepada kelestarian lingkungan dengan tetap merepresentasikan ciri khas dan budaya masyarakat Indonesia.
Nah seperti apa aksi pembuatan mural berkelanjutan ini, berikut faktanya.
1. Menggunakan cat ajaib
Dalam menggoreskan mural ini, kedua seniman menggunakan cat ajaib KNOxOUT yang diimpor dari Filipina. Dari sisi kekentalan cat ini lebih kental dibanding cat tembok pada umumnya. Hanya saja bahan yang digunakan cat ini sudah memanfaatkan teknologi lingkungan sehingga cat ini bisa menyerap polutan di sekitarnya.
Cat ini mengandung teknologi fotokatalitik yaitu titanium dioksida ultrafine (TiO2) yang menyerap energi dari cahaya dan mengubah uap air biasa menjadi radikal bebas hidroksil dan peroksil di permukaan TiO2.
Radikal bebas ini, dibuat dalam sepersejuta detik, menjadi spesies reaktif yang memecah polutan udara berbahaya seperti nitrogen oksida (NOx). Kemudian gas NOx yang berbahaya tersebut diubah menjadi asam nitrat yang dinetralkan dengan cepat oleh partikel kalsium karbonat alkali di dalam cat menjadi bahan yang tidak berbahaya dan sejumlah kecil karbon dioksida dan air. Zat tidak berbahaya ini dengan mudah hanyut terbawa air hujan.
Setiap permukaan yang dilapisi cat ini menjadi media pemurni udara aktif yang membantu melindungi orang dari gas berbahaya.
2. Setara menanam 300 pohon
Kedua seniman menggoreskan karya mereka di tembok berukuran 13,5 meter x 3 meter dengan menggunakan kurang lebih 10 galon cat atau setara 40 liter. Hitung-hitungannya, hasil karya yang menggunakan cat ramah lingkungan ini setara dengan menanam 300 pohon.
Senang bisa menjadi bagian dari proyek ini. Kami tidak hanya melukis seni yang indah, tetapi juga membantu membersihkan lingkungan dari polusi udara yang berbahaya. Jadi karya kami tidak hanya menjadi mural yang cantik, tetapi juga berdampak positif pada lingkungan, kata Olderplus, graffiti, desainer grafis sekaligus ilustrator.
3. Berlanjut di kota lain
Kampanye Hutan Kota lewat mural ini rencananya tidak akan berhenti di Jakarta. Converse secara aktif mencari cara untuk menjaga momentum ini terus berjalan, menggandeng seniman lokal di berbagai penjuru Indonesia, dan dunia, untuk mendukung misinya menciptakan udara segar di sejumlah kota.
4. Konsep akar pohon
Kedua seniman muda Indonesia ini menjadikan pohon besar yang berada di Institut Prancis Indonesia sebagai bagian dari konsep karya mereka. Tembok yang berada di bawah pohon dijadikan kanvas. Konsep yang mereka usung dalam karya tersebut menggambarkan kehidupan yang berada di bagian akar pohon.
Kami ingin mengingatkan semua orang betapa pentingnya pohon untuk kehidupan. Secara visual kami menggambarkan akar pohon. Ternyata di bawah tanah suasananya lebih bagus. Intinya sih semakin banyak pohon yang kita tanam akan semakin baik, lanjut Olderplus.
5. Membantu menjaga lingkungan lewat mural
Mural adalah seruan publik untuk kemajuan di area yang sangat terlihat di setiap kota dan membawa makna baru pada seni jalanan untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan serta kondisi lingkungan yang lebih bersih.
Di beberapa kota di dunia setelah lockdown akibat pandemi, kehadiran mural ramah lingkungan ini dapat menjadi titik terang, memprovokasi dan mengilhami dialog tentang peran seni yang dimainkan dalam kehidupan sehari-hari dan di jalanan. Tujuannya untuk mencerminkan masa depan yang lebih berkelanjutan dan menjunjung kesetaraan melalui pesan-pesan dari anak-anak kreatif lokal.
6. Nih profil kedua seniman
Olderplus, seniman graffiti, desainer grafis dan Ilustrator yang tinggal di Jakarta ini menggali seni grafiti sejak 2004 dan tumbuh besar di panggung setelahnya yang membuatnya bergabung dengan keluarga FAB (Kolektif grafiti berbasis Bandung) pada 2007 dan Gardu House Family pada 2016.
Tumbuh di era 80-90an benar-benar menginspirasi dirinya, berbagai hal mulai dari komik hingga grup rap, fashion hingga budaya jalanan telah membentuk gaya visual yang dikembangkannya, sementara penandaan graffiti menjadi akar gaya tipografi atau pola khas. Selain bekerja di jalanan, Olderplus telah melakukan banyak proyek kolaborasi dengan brand serta berbagai pameran di dalam maupun luar negeri.
Sementara Blesmokies atau yang kerap dipanggil Smoke adalah seniman asal dari Tuban. Orang biasa memanggilnya Amie. Seniman ini mulai melukis grafiti sejak tahun 2003. Selain grafiti, Smoke biasanya melakukan seni ilustrasi, desain grafis, dan membuat tato.