Brilio.net - Wisuda adalah salah satu momen yang paling ditunggu-tunggu seseorang saat sedang mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi. Di mana wisuda merupakan proses akhir dari masa studi, yang berarti mahasiswa tidak memiliki tanggungan materi perkuliahan ataupun tugas akhir alias skripsi.
Pada kenyataannya, di momen manis ini selalu disambut antusias oleh mahasiswa maupun keluarganya. Orangtua mahasiswa perantauan biasanya berbondong-bondong menyaksikan saat namanya dipanggil dan mendapatkan ijazah.
BACA JUGA :
10 Momen wisuda Nella Kharisma, sempat nyanyi Korban Janji
Tak heran, detik-detik itu kebanyakan orangtua tak sedikit pula yang akhirnya menitikkan air mata kebahagiaan karena melihat anak-anaknya sudah lulus. Rasa bangga karena sang anak telah mendapat gelar sarjana.
Namun di hari istimewa tersebut, ada pula beberapa momen yang mengharukan yang akan menguras air mata. Berikut ini brilio.net telah merangkumkan dari berbagai sumber, kisah-kisah di hari wisuda yang penuh haru, Jumat (1/3).
1. Ayah gantikan anaknya wisuda yang meninggal tak lama usai sidang skripsi.
BACA JUGA :
7 Tahun lebih kuliah, Bayu Skak lulus & pidato makna 'Yowis Ben'
View this post on InstagramA post shared by UIN AR-RANIRY BANDA ACEH (@uin_arraniry_official) on
Kisah Rina Muharami, mahasiswi jurusan Kimia Fakultas Tarbiyah UIN Ar-Raniry, Banda Aceh yang meninggal dunia 13 hari usai sidang skripsi belakang ini ramai jadi perbincangan publik. Dilansir brilio.net dari akun Instagram UIN Ar-Raniry, Rina meninggal dunia karena sakit tifus stadium akhir.
Hari istimewa wisudanya kemudian digantikan oleh sang ayah pada Rabu (27/2) lalu. Dalam momen tersebut, pembawa acara menyebut nama Rina Muharami. Kemudian yang keluar dan mengambil ijazah serta menyalami rektor bukanlah yang bersangkutan, melainkan sang ayah. Sontak, hampir semua tamu undangan di dalam auditorium memberikan tepuk tangan kepada Rina dan ayahnya.
2. Meninggal beberapa jam setelah wisuda.
foto: dok. Humas FMIPA UNY
Futicha Sirrulhayati, mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menghembuskan napas terakhirnya beberapa jam setelah wisuda usai didiagnosis bronkitis. Di hari itu, gadis yang akrab disapa Icha itu tetap bersemangat mengikuti dan mengambil ijazahnya meski harus mengenakan kursi roda.
Dikutip dari laman UNY, Kepala Program Studi Biologi sekaligus pembimbing skripsi Icha, Evy Yulianti, S.Si., M.Si., mengungkapakan Icha memang kerap merasa pusing-pusing, dirinya juga terlihat beberapa kali keluar masuk rumah sakit.
3. Toga di atas nisan mahasiswa yang meninggal.
foto: liputan6.com
Fahry Syahban, seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas 19 November, Kolaka, Sulawesi Tenggara mendapat kado spesial dari para rekannya tepat di atas batu nisannya. Bertepatan dengan hari wisuda, sahabat-sabahat Fahry membawakan toga, selempang bertuliskan Fahry Syahban SH (Sarjana Hukum) dan toga untuknya.
Dilansir dari liputan6.com, Fahry meninggal dunia saat tengah sibuk menyusun tugas akhirnya. Sempat mengeluh sakit di dada dan kemudian dilarikan ke rumah sakit, sayangnya Fahry menghembuskan napas terakhirnya usai semalaman dirawat. Fahry diketahui telah menyelesaikan tugas skripsi, akan tetapi dirinya belum mengikuti ujian. Namun pihak tetap memberikan kebijakan agar Fahry agar tetap mendapatkan ijazahnya.
4. Bawa ibunda ke tempat wisuda dengan menggayuh becak.
foto: Facebook/Abd Rahman Wahab
Hamzah Amirullah, merupakan sarjana muda lulusan Universitas Terbuka Kabupaten Majene Sulawesi Barat. Meski sehari-hari berkerja sebagai seorang tukang becak, nyatanya bukan menjadi halangan bagi Hamzah untuk menyelesaikan pendidiknya.
Mengharukannya lagi, tepat di hari wisudanya ia membawa ibundanya yang duduk di kursi becak menuju lokasi wisuda. Sedangkan Hamzah dengan semangat menggayuh becak di belakang lengkap mengenakan atribut toga.
"Alhamdulillah sarjanami ini sodara terbaikku beliau punya kisah yg haru berangkat dari sebuah becak sederhana beliau menjadi seorang sarjana muda. Pagi ini saya sempat menghubungi rasa haru nampak dari wajahnya, dia mengirimkan foto yg sangat indah foto seragam wisuda dan dengan becak beliau menuntun ibunya menuju gedung tempat dimana ijazah akan diberikan kepadanya," tulis Abd Rahman Wahab, sahabat Hamzah.
5. Penjual sate membagikan 1.000 porsi sate di lokasi wisuda putrinya.
foto: dok. untidar.ac.id
Sebagai wujud syukurnya setelah putrinya Siti Marfuah lulus dan menyandang status cum laude program diploma Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Tidar Magelang, Jalaludin memutuskan menggelar syukuran dengan membagikan 1.000 porsi sate di lokasi wisuda.
Meski masih mengenakan toga lengkap, tak membuat Siti pun ragu untuk membantu orangtuanya melayani tamu yang datang ke gerobaknya di hari itu. Jalaludin mengisahkan ia bekerja selama lima tahun untuk mengumpulkan biaya kuliah putrinya usai lulus kuliah. Tak disangka, Siti mampu mendapatkan hasil yang maksimal, yakni lulus dengan IPK 3,87.
6. Kisah anak tukang becak jadi lulusan terbaik.
foto: dok. unnes.ac.id
Kisah Mugiyono, seorang tukang becak yang mengantarkan putrinya, Raeni wisuda masih jelas diingatkan publik. Dengan raut wajah bahagia dan bangga, Mugiyono menggayuh becaknya mengantar Raeni yang akan diwisuda dengan predikat lulusan terbaik dari Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Semarang (Unnes).
Dilansir dari liputan6, berpenghasilan Rp 10-50 ribu pehari sebagai tukang becak, dan menjaga sekolah dengan gaji Rp 450 ribu, Mugiyono membuktikan bisa membiayai pendidikan putrinya. Membanggakannya adalah Raeni membawa pulang gelar lulusan terbaik dengan IPK 3,96. Ia pun bercita-cita untuk melanjutkan pendidikannya hingga ke Inggris.
Seperti mimpi menjadi nyata, dari pendidikannya di Strata-1 dengan menerima beasiswa Bidikmisi, setelah itu Raeni juga menamatkan pendidikan master di University of Birmingham, Inggris.