Brilio.net - Teks fabel merupakan cerita yang mengkisahkan kehidupan hewan, namun berperilaku menyerupai manusia. Fabel yang dikategorikan sebagai cerita fiksi atau khayalan ini seringkali memuat pesan moral bagi para pembacanya.
Tokoh utama dari fabel ini tentu saja hewan yang memiliki nama, tingkah laku, pikiran, dan cara bicara layaknya manusia. Fabel yang banyak disukai anak-anak ini memiliki gaya penyampaian yang terbilang sederhana dan mudah dipahami.
BACA JUGA :
Dua raksasa ikonik bakal bertarung saat lebaran, siapa menang nih?
Beberapa contoh fabel yang terkenal adalah Si Kancil, Kelinci dan Kura-kura, dan Bebek Buruk Rupa. Berikut ciri-ciri dari fabel yang membedakannya dari jenis teks lain:
1. Menjadikan binatang sebagai tokoh utama yang bisa berperan layaknya manusia
2. Memberikan pesan moral dan juga mengkritik kehidupan yang dijalani manusia
3. Alur cerita pendek dan sederhana
4. Karakter dalam cerita diuraikan secara terperinci
5. Gaya penceritaan dilakukan secara lisan
6. Menggunakan pilihan bahasa yang mudah dipahami.
Ada dua jenis fabel yang banyak dikenal, yakni fabel klasik dan modern. Untuk fabel klasik memiliki ciri panjang cerita yang pendek, tema sangat sederhana, sarat akan pesan moral, serta sifat hewani dalam tokoh masih sangat melekat.
BACA JUGA :
Sering dianggap nyata, 14 tokoh terkenal ini ternyata fiksi
Sedangkan fabel modern memiliki ciri cerita yang terbilang panjang, tema cerita lebih rumit, bisa berupa epik atau saga, serta karakternya dibuat lebih unik dan modern. Selain ciri-ciri dan jenisnya, fabel juga memiliki stuktur yang terdiri dari orientasi, komplikasi, dan resolusi.
Orientasi
Fabel merupakan cerita yang diawali dengan permulaan, atau disebut juga dengan orientasi. Paragraf awal ini memperkenalkan tokoh dalam cerita, latar tempat, dan waktu. Kemudian baru masuk ke perkenalan tema atau background, dan lain sebagainya.
Komplikasi
Bagian ini menceritakan tentang tokoh utama yang berhadapan dengan puncak masalah. Komplikasi juga bisa dianggap sebagai bagian inti dari cerita fabel.
Resolusi
Resolusi fabel adalah bagian cerita fabel yang menceritakan tentang pemecahan masalah atau solusi yang dihadapi oleh tokoh utama. Biasanya dalam fabel akan dijelaskan tokoh utama memecahkan masalahnya dengan cara yang unik dan kreatif.
Koda
Struktur fabel koda adalah bagian cerita yang menjelaskan terjadinya perubahan pada setiap tokoh. Pada bagian ini disampaikan amanat atau pesan moral yang dapat dipetik oleh pembaca.
Supaya kamu lebih memahami lagi mengenai teks fabel, maka kamu harus membaca beberapa contoh teks fabel. Nah, berikut brilio.net rangkum dari berbagai sumber, Jumat (31/12), inilah contoh teks fabel yang kaya akan pesan moral.
1. Cerita Burung Gagak dengan Siput
foto: pexels.com
Pada Suatu hari burung gagak pergi berjalan-lajan. Dia tiba pada suatu hari tempat yang berair di mana siput sedang mencari makanan. Burung gagak ini lalu menyapa siput dan berkata, "Hai Siput, maukah engkau berlomba lari dengan saya?" Siput menjawab, "Saya tidak mempunyai kaki dan sayap, tidak berdaya untuk lari, berbeda dengan engkau dapat berjalan dan terbang di angkasa bebas."
Mendengar jawaban siput ini burung gagak kemudian mengejek dan mencelanya, "Kalau demikian, engkau bukan laki-laki karena dari perlombaan inilah membuktikan kemampuan kita." Siput ketika mendengar ejekan burung gagak itu menjadi tersinggung dan sakit hati.
Siput berkata kepada burung gagak, "Sebenarnya aku tak menyanggupinya permintaanmu, tetapi akan aku usahakan dan memenuhi permintaanmu, kapan akan kita laksanakan." Burung gagak dan siput pada saat itu menentukan waktu pelaksanaan. Keduanya sepakat bahwa perlombaan lari akan dilaksanakan tiga hari yang akan datang. Siput tidak henti-hentinya berpikir mencari jalan untuk menundukkan burung gagak tadi.
Dia bekerja sama dengan temantemannya dan menyuruh temannya yang lain menunggu di tempat-tempat tertentu mulai dari garis awal lomba sampai dengan tempat di mana garis akhir. Segala persiapan sudah siput siapkan dan waktu perlombaanpun telah ditetapkan.
Di tempat itu burung gagak menyapa kepada siput, "Apakah engkau sudah siap?" Siput lalu menjawab, "Dari tadi saya sudah siap." Setelah aba-aba dimulai, burung gagak terbang ke tempat yang sudah ditentukan, tetapi ternan siput sudah lama lebih dahulu menunggu di sana.
Burung gagak ketika tiba di tempat itu berteriak, "Hai Siput, di manakah engkau?" Siput yang sudah lama menunggu di tempat itu menjawab, "Halla, aku sudah capek menunggu dari tadi." Burung gagak berkata kepada siput, "Aku mengaku bahwa engkaulah laki-laki." Burung gagak mengajak siput berbincang-bincang lebih dahulu.
Dalam percakapan ini burung gagak mohon supaya si Siput membersihkan badannya lebih dahulu dari lendirnya. Siput mengeluarkan badan dari rumah siput itu dan langsung dimakan oleh burung gagak. Jadi, siput ini ditipu oleh burung gagak. Dengan demikian, tamatlah cerita ini.
Sumber: Mustari. Kumpulan Cerita Fabel Sulawesi Selatan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999.
2. Raja Ular dan Kerbau
foto: pexels.com
Pada suatu hari ada seekor kerbau sedang makan rumput di dekat pinggir hutan. Datanglah seekor ular besar dan dia adalah raja ular. Ular ini berkata kepada kerbau , "Hai kerbau , sebenarnya badan kamu cukup besar lagi bertanduk. Tidak ada yang bisa melawanmu, tetapi mengapa kamu membiarkan hidungmu dicocok dan ditarik oleh manusia?"
Kerbau menjawab lalu katanya, "Sebenarnya manusia itu pintar dan berakal, pemikirannya tidak terjangkau dan tidak ada yang dapat menyamainya" Ular menyambung lagi dan berkata, "Cobalah panggil manusia itu supaya dapat saya melihat dan menyaksikan kemampuan dan kebolehannya."
Kerbau pergi memanggil manusia dan membawanya untuk datang. Dalam pertemuan ini ular menyapa kepada manusia, "Cobalah perlihatkan kepadaku kebolehan dan kemampuanmu, sesudah itu akan kuperlihatkan pula kepadamu kejagoanku."
Dalam pertemuan ini sebenarnya ular bermaksud memanggil manusia dan manusia akan ditelannya kalau sudah datang. Dalam adu pikiran dan kejagoan ini manusia lebih dahulu meminta kepada ular supaya memperlihatkan bagaimana seharusnya ia berdempet dengan batang kayu yang terlentang di depannya.
Kemudian ular memperagakan permintaan manusia dengan berimpit bersama batang kayu yang terlentang di depannya . Pada saat ular melakukan peragaan , maka manusia itu langsung mengikat ular dengan rotan sebanyak dua belas ikatan sehingga ular tidak dapat lepas, bahkan bergerak pun sukar sekali. Jadi, dalam adu ketangkasan dan pikiran ini ular sudah dikalahkan oleh kelicikan manusia.
Melihat peristiwa ini, datanglah kerbau menertawakan ular yang sudah terikat erat dengan rotan seraya ia berkata, "Sekarang sudah kamu rasakan dan alami akan kebolehan dan ketangkasan manusia itu." Kerbau tertawa terns sambil melihat ular yang angkuh kepadanya sehingga ia tidak dapat merasakan bahwa air ludahnya mengalir keluar terus-menerus yang mengakibatkan giginya pada rahang atas terjatuh semua.
Itulah sebabnya sampai sekarang kerbau tidak mempunyai gigi pada rahang atasnya. Kemudian ular tidak menggerakkan badannya di batang pohon kayu dan akhimya ia pun mati.
Sumber: Mustari. Kumpulan Cerita Fabel Sulawesi Selatan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999.
3. Kerbau dan Lintah
foto: pexels.com
Pada suatu hari lintah mengajak kerbau berlomba lari. Ajakan lintah ini diterima dengan senang hati oleh kerbau. Mereka bermufakat menentukan waktu dan tempat berlangsungnya perlombaan itu. Setelah beberapa hari berselang, tibalah saat yang mereka nanti-nantikan.
Perlombaan pun segera dimulai. Dalam perlombaan ini, lintah sudah menyusun rencana yang mantap. Pacta waktu mulai star, lintah langsung melekat di kaki kerbau.
Setiap kali kerbau tiba pacta garis final, ia selalu berseru memanggil lintah seraya berkata, "Hai lintah, di mana engkau?" "Dari tadi saya menunggu di sini!" jawab lintah. Demikian kerbau itu lari pulang balik berulang-ulang sehingga ia menjadi sangat Ielah.
Pada saat -saat terakhir, kerbau ini memaksakan dirinya lari sampai tidak berdaya lagi karena darahnya diisap terus oleh lintah yang melekat di kakinya. Akhirnya kerbau ini terlalu kepayahan lalu ia pun matilah. Jadi. dalam perlombaan ini keluarlah lintah sebagai pemenang di samping kenyang mengisap darah kerbau itu.
Cerita ini baik dijadikan ibarat bahwa apabila ada orang yang mengajak kita melakukan sesuatu janganlah cepat diterima sebelum diketahui apa dan tujuannya. Demikianlah cerita ini.
Sumber: Mustari. Kumpulan Cerita Fabel Sulawesi Selatan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999.
4. Si Kancil
foto: pexels.com
Diceritakan seekor hewan kancil yang licik dan suka mencuri timun dari kebun sayur Pak Tani. Suatu hari ia terjebak masuk ke dalam lubang yang sudah disiapkan oleh Pak Tani untuknya karena sudah merusak kebun sayurannya.
Di saat ia kebingungan karena tidak bisa keluar dari lubang, ia membohongi beberapa hewan yang menanyakan alasannya berada di dalam lubang tersebut.
Ia berbohong bahwa ia berada di sana karena berlindung dari hari kiamat yang akan tiba keesokan hari. Karena takut akan hari kiamat, para hewan pun ikut masuk ke dalam lubang bersamanya.
Tanpa mereka tahu bahwa itu adalah idenya untuk bisa keluar dari lubang tersebut. Pesan moral yang dapat diambil dari cerita tersebut adalah jangan pantang menyerah saat menghadapi sebuah masalah.
Sumber: liputan6.com
5. Kura-Kura dan Kelinci
foto: pexels.com
Berkisah tentang seekor kelinci sombong karena merasa dirinya lah yang tercepat di hutan. Ia menantang hewan lainnya untuk lomba lari dengannya dan kura-kura menerimanya. Awalnya kelinci menganggapnya sebuah lelucon karena tahu bahwa kura-kura berjalan dengan sangat lambat, tapi akhirnya ia bersedia untuk lomba lari bersama kura-kura.
Saat lomba sudah dimulai, kelinci memang berlari dengan cepat sementara kura-kura jauh tertinggal di belakang. Di tengah perjalanan, kelinci merasa tidak akan bisa disusul oleh kura-kura jadi ia beristirahat dan menyantap wortel yang ia temukan di hutan. Karena kekenyangan, ia pun mengantuk dan akhirnya tertidur.
Siapa sangka kura-kura pantang menyerah dan terus berjalan meski lambat hingga garis akhir dan memenangkan perlombaan tersebut. Dari cerita ini dapat diambil pesan bahwa anak tidak boleh sombong serta harus memiliki sifat gigih dan pantang menyerah untuk mencapai mimpi.
Sumber: liputan6.com
6. Kucing dan Tikus
foto: pexels.com
Ada sebuah pulau kecil, jauh di tengah hutan belantara. Pulau itu dihuni oleh Kucing dan Tikus. Mereka tinggal di pulau itu sudah lama sekali. Kucing dan tikus bersahabat erat sekali. Mereka tidak pernah bertengkar dan tidak pernah ribut.
Siapa pun yang dapat rezeki mereka membaginya dengan adil. Kucing memanggil Tikus dengan sebutan Rai (adik), sedangkan Tikus memanggil Kucing dengan sebutan Akang (kakak). Kucing dan tikus saling menyayangi, mereka tidak pernah berpisah, susah senang ditanggung bersama.
Mereka saling melindungi. Mereka bersedih karena makanan makin lama makin berkurang. Selain itu, mereka mendengar kabar akan datang bahaya menimpa pulau itu. Kucing sangat bingung. Ia bermaksud ingin bertani dan berkebun, hanya susah untuk mendapat bibitnya.
Rai, cepat ke sini. Akang punya pikiran, mana tahu pikiran kita sama.
Ada apa, Kang?
Kita jangan diam saja. Makanan kita hampir habis. Akang punya niat ingin berkebun, tapi tidak punya bibitnya. Sekarang, Akang minta tolong supaya Rai mencari bibit yang bisa ditanam di pulau ini, terutama bibit hanjeli, bibit terigu, dan bibit jagung.
Mmmjika itu kehendak Akang, saya menurut saja. Namun, Rai bingung, di pulau ini tidak ada petani seorang pun. Ke mana Rai harus mencarinya?
Ya itu masalahnya. Rai harus menyeberangi lautan yang luas dan dalam. Tidak ada rakit dan tidak ada perahu, kata Kucing. Akang tadi malam mimpi ketemu Kelinci dan Babi Hutan, mereka sudah jadi saudagar.
Katanya, di tempat tinggal mereka, tanaman subur-subur dan banyak makanan. Kelinci berjanji mau memberi bibit tanaman yang kita perlukan. Selain itu, Babi Hutan memberi tahu di pantai ada pohon dadap kering yang bisa digunakan sebagai perahu, tetapi sayang karena batang dadap itu pendek dan kecil, hanya cocok untuk tubuhmu.
Demi persahabatan dan persediaan makanan yang hampir habis, Tikus berangkat mengarungi lautan luas dengan menggunakan sepotong kayu dadap berduri. Suatu hari sampailah Tikus di tepi pantai. Ia segera turun, kemudian menyimpan kayunya di suatu tempat yang tersembunyi.
Tikus menuju rumah saudagar Kelinci. Sesampainya di tempat Kelinci, Tikus disambut dengan baik oleh saudagar Kelinci. Saya disuruh oleh saudara saya, sang Kucing, untuk meminta bibit tanaman. Mudahmudahan saudagar Kelinci sudi mengabulkan keinginan saudara saya itu.
Melihat perjuangan Tikus yang sangat berat, mengarungi lautan luas hanya dengan sebatang pohon dadap, muncul rasa kasihan saudagar Kelinci. Maksud kedatanganmu, saya sudah tahu. Tikus, bibit apa pun di sini ada. Mau bawa seberapa pun boleh. Tapi saya kasihan sama kamu sebab kamu hanya menggunakan sebatang pohon kayu. Saya takut kamu sudah bawa banyak, berat, malah kamu tenggelam.
Tuan, saya hanya akan membawa bibit semampu saya saja. Saya tahu perjalanan saya sangat berat.
Mmm bolehlah, kalau begitu. Akhirnya, Tikus berpamitan kepada saudagar Kelinci. Ia membawa bibit padi sedikit dan biji jagung dua biji. Bibit itu dimasukkan ke mulutnya, kemudian dijaga oleh lidahnya supaya tidak jatuh.
Dalam perjalanan pulang, tikus berjuang sekuat tenaga supaya bibit-bibit tanaman itu tidak jatuh. Ia bertahan saat dihempas gelombang besar dan perahunya hampir saja karam. Bahkan, saat dirinya merasa haus dan lapar, ia tetap saja mengatupkan mulutnya.
Tikus itu sampai juga ke rumah sahabatnya. Melihat kedatangan Tikus, dengan tergopohgopoh Kucing menyambutnya. Akang sangat senang Rai berhasil menjalankan tugas dengan baik. Sekarang Rai istirahat, biar Akang yang memilah-milah bibitbibit tanaman ini. Besok kita tanam bersamasama.
Baik Kang. Tikus pun segera istirahat. Keesokan hari kedua sahabat itu menanam bibit-bibit tanaman. Mereka memiliki harapan supaya bibit-bibit itu tumbuh subur dan mereka memiliki persediaan makanan yang banyak.
Sumber: Atisah. Kalah oleh Si Cerdik. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016.
7. Keledai Malas
foto: pexels.com
Mamboo adalah keledai yang malas dan selalu berusaha menari cara keluar dari pekerjaan yang diberikan oleh tuannya, sang tukang cuci.
Suatu hari, dia lari dari rumah tepat ketika tukang cuci mulai mencarinya. Ketika dia tidur di pertanian, badai debu besar dimulai.
Karena takut, Mamboo memutuskan untuk pulang. Sebenarnya dia juga takut bahwa tukang cuci akan memukulinya. Tetapi tukang cuci itu hanya senang bahwa Mamboo aman. Mamboo malu pada dirinya sendiri dan memutuskan untuk tidak pernah malas lagi.
Sumber: liputan6.com