Berangkat dari gagasan ini lah Kalurahan Panggungharjo membuat sebuah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) bernama Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah atau KUPAS sekitar Maret 2013 lalu. Mulanya, KUPAS hanya bertugas mengurusi sampah khusus diwilayah Panggungharjo.
"Kita sudah menyadari sejak 2012 TPA Piyungan sudah tidak bisa diandalkan. Maka dari itu KUPAS pun didirikan sebagai jawaban pemerintah Desa Panggungharjo untuk menanggulangi masalah sampah, " urainya.
BACA JUGA :
Antimainstream, aksi warganet buang sampah kemasan makanan ini ribetnya bikin melongo
Sejak adanya KUPAS, warga desa pelan-pelan mulai diedukasi akan kepeduliannya mengelola sampah secara mandiri. Kata Wahyudi, sebenarnya mengelola sampah itu simpel, tak perlu repot dan pusing.
"Sampah itu ketika kondisi masih tercampur. Namun, jika sampah sudah dipilah, maka statusnya sudah berganti dari sampah menjadi komoditas yang bisa menghasilkan keuntungan, " ujarnya.
BACA JUGA :
Penyewa rumah di Depok kabur tanpa membayar, hunian ditinggalkan dengan tumpukan sampah plastik
foto: brilio.net/Ikhlas Alfaridzi
Lantas KUPAS 'membelah diri' dengan melahirkan unit usaha berbentuk perusahaan bernama Pasti Angkut. Pasti Angkut adalah perusahaan digital yang menyediakan sistem layanan sampah. Pasti Angkut ini menjadi sebuah perusahaan yang membuat warganya tak pusing-pusing soal pengelolaan sampah.
Wahyudi Anggoro Hadim menjelaskan keberadaan Pasti Angkut ditujukan untuk fokus mengurusi segmen hilir. Selain itu Pasti Angkut diharapkan jadi agen yang turut mengedukasi warga untuk senantiasa memilah sampahnya.
"Sementara KUPAS akan berfokus di segmen hilir yang bertugas untuk mengolah sampah menjadi komoditas yang kemudian menghasilkan keuntungan bagi BUMDes tersebut, " ungkapnya.
Pasti Angkut menyediakan jasa pengangkutan sampah dengan cara ditimbang. Hal ini disampaikan oleh manajer Pasti Angkut, Salva Saragih. Menurutnya sistem pengangkutan sampah akan menyesuaikan tarif sampah yang diangkut berdasarkan berat timbangan.
"Kalau sampahmu banyak, bayarnya mahal. Sesuai berat timbangannya, " ucap Salva kepada brilio.net.
foto:brilio.net/IkhlasAlfaridzi
Dalam proses pengangkutannya, warga akan mendapatkan tarif yang jauh lebih murah jika sudah memilah sampah tersebut antara yang organik dan anorganik.
"Kami nggak khawatir kalau ada yang bilang kok bayarnya mahal? Lho iya, supaya mengedukasi ya kelola sampah (organik) mu," tutur Salva.
Selain itu, jika warga menyerahkan sampah kepada transporter (sebutan untuk pengangkut sampah) berupa sampah anorganik yang bernilai jual, maka warga akan mendapatkan insentif berupa tabungan emas. Hal ini pun akan jadi keuntungan sendiri bagi warga sehingga dari situlah kesadaran warga untuk memilah sampah berhasil ditingkatkan. KUPAS dan Pasti Angkut, membuktikan bahwa sampah bukan pembawa masalah.
foto:brilio.net/IkhlasAlfaridzi