Brilio.net - Islam senantiasa mengajarkan setiap umatnya untuk ikhlas. Bahkan ikhlas menjadi salah satu cara yang penting dalam beramal dan beribadah kepada Allah. Dengan ikhlas, seorang muslim akan selalu belajar untuk mengikuti sunnah serta tuntunan Rasulullah SAW, sehingga ikhlas memberikan petunjuk bahwa amalan yang dilakukan semata-mata hanya untuk Allah SWT.
Ikhlas berarti mendedikasikan dan mengorientasikan seluruh ucapan dan perbuatan, hidup dan mati, diam dan bicara, gerak, kesendirian dan keramaian, serta segala tingkah laku di dunia ini hanya untuk satu hal, yaitu meraih keridhoan Allah SWT. Maka dari itu, ikhlas merupakan sesuatu yang berat, tak jarang mudah diucapkan namun sulit untuk dilakukan.
BACA JUGA :
Artikulasi adalah bunyi bahasa, pahami titik pelafalan dan jenisnya
Seringkali ikhlas dikaitkan dengan tindakan dengan setulus hati yang dilandasi dengan niat, sehingga dapat memberikan ketenangan dan kedamaian bagi diri sendiri dan orang lain. Karena pada dasarnya, ikhlas tergantung dengan niat masing-masing orang. Maka dari itu, memahami arti ikhlas sangatlah penting, hal ini dilakukan supaya terhindar dari perbuatan yang buruk dengan niat selain karena Allah.
Untuk memahami arti ikhlas, tingkatan, dan cara penerapannya, berikut brilio.net telah rangkum dari berbagai sumber, Rabu (13/7).
BACA JUGA :
Propaganda adalah bentuk komunikasi, pahami unsur dan tujuannya
Arti ikhlas.
foto: freepik.com
Arti ikhlas secara bahasa yaitu membersihkan (bersih, jernih, suci dari campuran dan pencemaran, baik berupa materi ataupun immateri). Sementara secara istilah, ikhlas adalah membersihkan hati supaya menuju kepada Allah semata, dengan artian lain ketika beribadah hati tidak boleh menuju selain kepada Allah.
Hakikatnya, ikhlas adalah at-tabarri 'an kulli ma dunallah, artinya bebas dari apa yang selain Allah. Dalam artian lain, seseorang beribadah hanya mengharap ridho Allah SWT, bukan karena mengharap pujian makhluk. Satu hal yang perlu dipahami, bahwa ikhlas berkaitan dengan niat dalam hati seseorang ketika beribadah. Ikhlas yang sempurna harus dilakukan baik sebelum, sedang, dan sesudah beribadah. Sebab, ada orang yang ikhlas ketika beribadah, tetapi setelah itu ia terjebak dalam sikap riya (pamer), maka nilai ibadahnya akan rusak.
Ikhlas merupakan syarat diterimanya amal ibadah seseorang. Seperti dalam firman Allah QS Al-Bayyinah ayat 5, yang artinya:
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus."
Definisi lain dari ikhlas adalah jika kamu tidak mencari-cari kesaksian dan pengakuan apapun atas amal perbuatan. Tak perlu ada lagi orang yang menyaksikan dan mengakui perbuatan kamu kecuali hanya Allah SWT. Sebab cukup Allah SWT yang menjadi saksi manusia, seperti pada firman Allah yang artinya, "Dan cukuplah Allah sebagai saksi". (QS. Al-Fath (48):28).
Dengan demikian, ikhlas adalah amal perbuatan hati, bahkan ikhlas merupakan garda terdepan yang menjadi syarat kesempurnaan amal. Tidak amalan yang sempurna kecuali dengan landasan keikhlasan, sebab dasar diterimanya amal perbuatan tergantung pada ibadah hati, dan ikhlas merupakan rahasia yang hanya diketahui sejatinya oleh Allah SWT semata.
Tingkatan ikhlas.
foto: freepik.com
Berikut ini tingkatan ikhlas yang diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan menurut ibnu 'Ajibah, antara lain:
1. Ikhlas tingkatan orang umum ('awamm).
Ikhlas awamm yaitu, ia beribadah kepada Allah tetapi masih disertai mencari keuntungan duniawi dan ukhrawi. Misalnya, ingin supaya badannya sehat, hartanya banyak, dan mendapat pahala, bidadari, serta surga di akhirat. Termasuk dalam kategori ikhlas tingkat awamm adalah apabila kamu mengajar atau memberi pelajaran pada seseorang, tetapi dalam hati masih mengharap upah atau gaji.
2. Tingkat orang khusus (khawash).
Dalam tingkatan orang khusus (khawash), bahwa seorang makhluk beribadah semata-mata untuk mencari keuntungan duniawi. Namun, di dalam hatinya masih ada keinginan untuk memperoleh pahala, surga, dan lain sebagainya.
3. Ikhlas tingkatan orang khawasul khawas.
Apabila seorang umat manusia dikategorikan masuk dalam maqam atau tingkatan ini, jika ia beribadah tidak ada motivasi atau tendensi apa pun, kecuali mengharap ridho dari Allah. Maka ia beribadah didasari oleh rasa mahabbah (cinta) dan syauq (rindu) kepada Allah SWT.
Cara penerapan ikhlas.
foto: freepik.com
Berikut ini cara penerapan ikhlas dalam beribadah, di antaranya:
1. Ikhlas dalam syahadat.
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tidaklah ada satu jiwapun yang meninggal dalam keadaan bersyahadat Laa Ilaaha Illallah dan aku adalah Rasulullah yang itu semua kembali kepada hati seorang mukmin (ikhlas dari lubuk hatinya), kecuali Allah akan beri ampunan kepadanya." (HR. Ahmad, Ibnu Majah, lihat Ash Shahihah, no. 2278)
2. Ikhlas dalam sholat.
Sebagaimana yang disabdakan Nabi Muhammad SAW:
"Tidaklah ada seorang muslim yang berwudhu dan membaguskan wudhunya, kemudian menegakkan shalat dua rakaat dengan menghadirkan hati dan wajahnya (ikhlas), kecuali wajib bagi dia untuk masuk Al Jannah." (HR. Muslim)
3. Ikhlas dalam zakat.
Setiap zakat yang dilakukan oleh manusia, akan mengajarkanmu bagaimana harus dilandasi dengan rasa ikhlas sebelum menunaikannya. Di antara konsekuensi kejujuran seseorang adalah hendaknya ia benar-benar ikhlas karena Allah SWT dalam mengamalkan zakat.
4. Ikhlas dalam puasa.
Saat menjalankan ibadah puasa, tentunya setiap umat manusia akan menahan haus dan lapar sepanjang hari. Maka dari itu, ikhlas menjadi salah satu hal penting dalam menjalankan ibadah puasa. Bahkan Nabi Muhammad SAW bersabda, "Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadan dengan dilandasi keimanan dan semata-mata ikhlas mengharapkan pahala dari Allah, maka diampuni dosanya yang telah lalu." (HR. Al Bukhari, Muslim)
5. Ikhlas dalam menjalankan ibadah haji.
Haji merupakan sebuah amalan mulia jika kita telah mampu dan dapat menjalankannya. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Barangsiapa yang menunaikan ibadah haji semata-mata ikhlas karena Allah, dan dia tidak melakukan perbuatan kotor dan dosa dalam hajinya tersebut, maka dia kembali dalam keadaan seperti pada hari dia dilahirkan oleh ibunya (suci dan bersih dari dosa)" (HR. Al Bukhari, Muslim)
Selain dalam beribadah, ikhlas juga dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya sebagai berikut.
- Menjadikan pengalaman sebagai pembelajaran, sehingga kamu dapat memaafkan dan tidak menyalahkan keadaan tetapi menjadikannya sebagai pembelajaran. Kamu dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian yang menimpa karena akan ada sesuatu kebaikan di dalamnya.
- Selalu berpikir positif dan menghindari suudzon, sebab segala sesuatu yang terjadi pada diri kamu semuanya terjadi atas izin Allah dan pastinya ada hikmah di setiap kejadian.
- Menguatkan niat dalam hati untuk selalu belajar ikhlas, hal ini akan membuat kamu lebih mudah dalam menerapkannya di kehidupan.
- Bergaul dengan orang-orang yang bertakwa, sebab pengaruh lingkungan dan pertemanan memiliki peran yang besar supaya kamu dapat berlaku ikhlas dalam keseharian.
Sumber: Ilmi, Zainal. 2020. Berkah Pena Bertinta Emas. Penerbit Guepedia.