Brilio.net - Pelajaran toleransi dapat dimulai dari lingkungan keluarga. Anggota keluarga bisa belajar tentang arti tenggang rasa. Jika anggota keluarga saling memahami, kehidupan keluarga akan jadi lebih indah.
Pada bulan Ramadan, umat Islam diajarkan toleransi kepada tetangga, teman hingga masyarakat nonmuslim. Contoh tenggang rasa paling sederhana adalah saling mengingatkan satu sama lain tentang pentingnya beribadah. Salah satu yang melakukan hal tersebut adalah seorang pria berusia 74 tahun.
BACA JUGA :
Kisah 6 seleb beda keyakinan buka bersama keluarga, berkah Ramadan
Dilansir brilio.net dari nst.com.my, Kamis (30/5), pria bernama Lim Peng Chik memiliki hati yang sangat lapang. Ia berkeyakinan bahwa perbedaan ras dan agama bukan menjadi alasan untuk tidak saling mengasihi. Pria tua ini telah mengadopsi empat anak Melayu, dua anak laki-laki berusia 5 dan 8 tahun dan dua anak perempuan berusia 15 tahun. Lim telah menganggap mereka sebagai anaknya sendiri.
foto: nst.com.my
Lim berbaik hati bahkan membangunkan mereka untuk sahur. Tak hanya itu, Lim juga selalu memastikan bahwa mereka untuk melaksanakan salat tarawih setiap malam. Lim, yang tinggal di rumah sewaan di Taman Cempaka, Ipoh mengatakan:
BACA JUGA :
Kisah haru romo Katolik tuntun syahadat orang muslim jelang ajal
"Setiap Ramadhan saya membangunkan mereka untuk sahur. Setiap malam, saya akan mengirim mereka ke masjid untuk sholat tarawih. Saya menjaga pendidikan mereka karena mereka berasal dari keluarga miskin dan bermasalah. Saya mengirim mereka ke sekolah dan menjemput mereka di sore hari."
"Fakta bahwa kami dari berbagai ras dan agama tidak mengganggu saya. Saya tidak meminta imbalan apa pun karena saya senang bisa membantu dan melihat mereka bahagia."
Lim mengungkapkan bahwa ia telah mengadopsi dan merawat anak-anak Melayu selama hampir 30 tahun. Dia menjelaskan bahwa dia mulai mengadopsi dan merawat anak-anak ini ketika dia tinggal di sebelah keluarga Melayu yang miskin di Taman Desa Tambun.
"Saya tahu mereka berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jadi saya membantu mereka dengan menyediakan beras, makanan dan minuman, dan uang saku. Saya tidak pernah pun tidak mengungkitnya hal itu."
Lim sebenarnya adalah lulusan kimia dari Universitas Malaya (UM). Dia bahkan pernah bekerja di salah satu laboratorium di Singapura selama dua tahun sebelum membuat keputusan untuk kembali ke Malaysia.
Setelah kembali ke rumah, Lim kemudian mulai merambah ke bisnis ekspor minyak sawit di Port Klang, Selangor. Setelah itu, Ia melanjutkan untuk melayani Otoritas Pengembangan Tanah Federal (Felda) selama hampir 20 tahun.
Lim pun berbagi kisahnya yang luar biasa kepada wartawan.
"Penyerahan sumbangan kepada 60 orang yang baru insaf dan 20 non-Muslim" sesuai dengan bulan suci Ramadhan. Perjalanan khusus ini diselenggarakan oleh Organisasi Kesejahteraan Muslim Malaysia (Perkim) Cabang Kampung Paloh dan Pertubuhan Mualaf India SeMalaysia (MIRA) di masjid Paloh, Perak."