Brilio.net - Selain Malioboro dan Tugu Yogyakarta, salah satu ikon pariwisata yang dimiliki Jogja adalah becak. Kendaraan roda tiga yang dikayuh ini punya daya tarik tersendiri. Becak menjadi kendaraan tradisional yang masih eksis hingga kini berdampingan dengan delman. Kalau kamu berkunjung ke Malioboro, dijamin sejauh mata memandang akan banyak melihat dua kendaraan tradisional itu.
Oleh karena menggowes becak dengan penumpang di atasnya tidaklah mudah, kemudian hadir modifikasi dari kendaraan kayuh ini. Yaitu, becak motor yang juga akrab disingkat menjadi bentor. Ya, kendaraan modifikasi tersebut melanggar pasal 277 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang mengubah tipe kendaraan bermotor.
BACA JUGA :
Balap becak motor ini cuma ada di Indonesia, ini penampakan serunya
Untuk menanggulangi dilema masalah bentor di Yogyakarta, Rudi Winarso kemudian datang dengan menawarkan karya berupa becak listrik yang dilengkapi dengan teknologi Android. Becak terobosan baru ini dinamakan Belia, kependekan dari becak listrik Android.
Ditemui brilio.net di workshop-nya, Rudi mengungkapkan kalau ide ini berawal dari masalah dilarangnya bentor beroperasi di Jogja. Sebab menurut data yang ia peroleh, di Jogja ada setidaknya 2700 becak motor yang bernaung di Paguyuban Becak Motor Yogyakarta.
foto: brilio.net/Muhammad Bimo Aprilianto
BACA JUGA :
Becak motor di Yogyakarta bakal didesain ulang, gimana bentuknya ya?
"Mereka merasa resah karena hampir tiap minggu ada razia dari kepolisian. Itu kan harus ada solusi, makanya kita menciptakan becak dengan tenaga bantu tenaga dinamo listrik," tuturnya.
Konsep dari becak listrik ini sebenarnya hanya modifikasi dari becak kayuh tradisional. Becak tradisional itu kemudian dipasangi sistem kelistrikan berupa tenaga dari aki dan dinamo listrik jenis Brushless Direct Current (BLDC) sebagai mesin penggerak kapasitas 350 watt.
Rudi juga mengatakan kalau becak buatannya ini sesuai dengan Perda DIY Nomor 5 Tahun 2016 tentang Moda Transportasi Becak dan Andong. Belia juga tidak melanggar UU Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
foto: brilio.net/Muhammad Bimo Aprilianto
Oleh karena digerakkan tenaga aki dan dinamo, untuk masalah keamanan penumpang maupun pebecak nantinya tak perlu khawatir. Belia dilengkapi dengan keamanan gas, rem dan lampu sesuai standar. Untuk gas becak ini punya kontroller yang akan mengatur kecepatan. Kecepatan yang diatur maksimal hanya 25 kilometer per jam.
"Kalau pihak kepolisian mengizinkan sampai 25 kilometer per jam. 20 kilometer per jam itu sangat bagus karena di zona wisata pasti macet. Untuk prototype ini kita batasi 25 kilometer per jam. Ada stopper di gasnya," jelas Rudi sambil membenarkan posisi kacamatanya.
Untuk urusan rem, becak modifikasi ini punya dua sistem pengereman. Satu pakai rem kampas tradisional, satu lagi pakai kampas sepeda motor cakram di roda belakang. Becak buatan Rudi dan tim ini juga punya kelengkapan keamanan lain seperti lampu utama dan lampu sein.
Selain menerapkan inovasi pada tenaga penggerak, Rudi Winarso juga membuat teknologi informasi pada becak ini. Belia akan dilengkapi dengan teknologi smartphone Android. Nantinya smartphone ini bisa dimanfaatkan penumpang untuk mengakses informasi wisata Jogja lewat aplikasi 'Jogja Istimewa'.
foto: brilio.net/Muhammad Bimo Aprilianto
Teknologi tersebut tak cuma diterapkan ke penumpangnya saja. Pengayuhnya pun juga. Ke depan pria berambut gondrong ini mengatakan kalau sistem Belia akan digunakan mirip ojek online. Jadi penumpang bisa memesan becak lewat aplikasi. Penumpang juga akan tahu lebih dulu berapa tarif yang dikenakan jika ingin menggunakan jasa becak ini.
Lalu apa keuntungan yang bakal didapatkan pengayuh becak dengan adanya Belia ini?
Rudi secara gamblang menjelaskan kalau pebecak akan mendapatkan banyak keuntungan. Pengayuh setidaknya akan teredukasi dengan teknologi pesanan berbasis aplikasi ini. Selain itu mereka juga akan mendapatkan edukasi perbankan. Sebab Belia nantinya akan bekerja sama dengan bank dan menerapkan pembayaran non-tunai.
"Karena dalam amatan kita, teman-teman pengayuh becak sehari mendapat Rp 800 ribu - Rp 1 juta itu bukan hal yang luar biasa buat mereka. Dapatnya segitu ya habisnya hari itu juga. Nah, nanti kalau kita edukasi sistem perbankan dia ngambilnya harus pakai atm, harus pakai bank kan ngurangi angka keborosan," jelasnya.
foto: brilio.net/Muhammad Bimo Aprilianto
Bukan waktu sebentar bagi Rudi untuk membuat becak listrik menjadi angkutan wisata resmi di Yogyakarta. Menurutnya ide tersebut sudah muncul sejak tahun 2007. Sebab sejak gempa Jogja pada tahun 2006, Rudi melihat banyak pebecak tradisional yang pindah haluan ke becak motor. Oleh karena becak lama mereka banyak yang rusak.
Setelah melalui perjalanan panjang, Belia mulai diuji coba di jalanan Kota Yogyakarta pada November tahun lalu. Pada Desember 2018, satu prototype Belia juga sudah dikirimkan ke Dirjen Perhubungan Darat di Jakarta untuk meminta semacam rekomendasi kepada Gubernur DIY.
"Jadi skemanya Dirjen Perhubungan Darat itu buat surat kepada Gubernur DIY yang nanti monggo diatur di daerah, semacam rekomendasi. Nanti yang mengatur skemanya tetap daerah. Terus perkara nanti sistem peremajaannya bagaimana, ya, kita bahas bareng-bareng lagi," kata Rudi.
foto: brilio.net/Muhammad Bimo Aprilianto
Menutup pembicaraan di hari yang sudah mulai sore tersebut, Rudi mengungkapkan harapannya untuk becak listrik ke depannya. Ia ingin becak listrik tetap aman, ramah lingkungan dan tentunya mensejahterakan pengayuh becak.
"Kalau semua itu bisa berjalan sesuai rencana, saya yakin teman-teman jadi sejahtera. Harapan kami seperti itu, menaikkan kesejahteraan," tutupnya.