Brilio.net - Mengikuti pameran buku bergengsi di luar negeri menjadi impian beberapa penerbit di seluruh penjuru negeri. Impian ini akhirnya diwujudkan juga oleh Achmad Fathurrohman Rustandi dan Fatchul Hidayah Clairine Yuzlar yang terpilih sebagai delegasi Indonesia di ajang Sharjah International Book Fair 2024.
Bermodal nekat dan tekad yang bulat, mereka berjuang untuk mengenalkan kekayaan literasi anak dan pendidikan pesantren. Bagi Fathurrohman, perjalanan ini bukan hanya sekadar kesempatan berkarier, melainkan juga sebagai jalan untuk menyebarkan misi mulia.
BACA JUGA :
Sebutkan macam-macam tanda baca, lengkap dengan pengertian dan fungsinya
Sebagai pendiri PT Kreatifafa Kausa Cendekia, mereka telah melahirkan buku-buku anak yang tak hanya mendidik, tetapi juga penuh nilai keagamaan.
"Literasi adalah bekal untuk mencetak generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga memiliki akhlak yang baik," ujar Fathurrohman kepada Brilio.net, yang juga pengasuh Pondok Pesantren Suciati Saliman.
Buku-buku yang dihadirkan Kreatifafa dirancang untuk memberi pengalaman menyenankan pada anak-anak Indonesia. Misi Fathurrohman dan Fatchul dalam konferensi ini lebih dari sekadar memperkenalkan karya. Mereka ingin membuka ruang bagi kolaborasi internasional yang bisa memperkaya program-program literasi yang ada di Indonesia.
BACA JUGA :
Apa arti literasi? Pahami pengertian dan contohnya dalam pelajaran Bahasa Indonesia
foto: Instagram/@achmad_fathurrohman_
"Harapan saya, bisa membawa semangat literasi dari Sharjah ke Indonesia, untuk menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya literasi sejak dini," kata Fathurrohman kepada Brilio.net.
Menurutnya, literasi bukan hanya sekadar kemampuan membaca, tetapi juga cara pandang terhadap dunia. Pada konferensi tersebut, para delegasi dari berbagai negara saling berbagi pengalaman tentang pengembangan dunia literasi di tanah masing-masing.
Fathurrohman, yang juga dikenal sebagai pendidik di pesantren, mengatakan bahwa literasi di Indonesia sangatlah penting untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bermoral.
"Pendidikan pesantren memiliki potensi besar untuk mendidik generasi yang unggul dalam ilmu dan agama. Kami berusaha menjembatani kebutuhan literasi dengan pendidikan berbasis agama," tambahnya kepada Brilio.net.
Program-program literasi seperti kelas menulis, terjemah, dan literasi digital yang digagas oleh Pondok Pesantren Suciati Saliman, merupakan bagian dari upaya untuk menumbuhkan minat baca di kalangan santri.
Tak hanya itu, Fathurrohman juga berbagi harapannya untuk memperluas jejaring dengan lembaga-lembaga internasional.
"Ini adalah kesempatan untuk membangun kolaborasi baru yang tidak hanya bermanfaat bagi penerbit, tetapi juga bagi dunia pendidikan Indonesia secara keseluruhan," ujarnya kepada Brilio.net.
foto: Instagram/@achmad_fathurrohman_
Dengan adanya kolaborasi ini diharapkan kualitas literasi di Indonesia dapat meningkat. Selain itu, bisa memberikan peluang baru bagi penerbit lokal untuk berpartisipasi dalam pasar internasional.
Sharjah International Book Fair 2024 menjadi saksi bagaimana penerbit Indonesia berusaha memperkenalkan wajah baru literasi di kancah global. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan literasi yang berbasis keislaman. Tentu misi ini tak hanya relevan di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.
Melalui kesempatan ini Fathurrohman berharap bisa membawa pulang inspirasi yang bisa diterapkan dalam dunia literasi anak di Indonesia.
"Melalui ajang ini kami ingin menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya kaya akan budaya, tetapi juga kaya akan pengetahuan yang harus terus dibagikan ke seluruh dunia," katanya kepada Brilio.net.
Selain itu, partisipasi Indonesia dalam ajang ini diharapkan dapat menjadi titik awal bagi terbukanya peluang kerja sama internasional dalam pengembangan literasi anak dan pendidikan pesantren. Seiring dengan berkembangnya era digital, literasi kini tidak hanya melibatkan buku fisik, tetapi juga literasi digital yang semakin penting bagi generasi muda.
"Kami ingin agar anak-anak Indonesia tidak hanya melek huruf, tetapi juga melek teknologi yang dapat membantu mereka memahami dunia dengan lebih baik," ungkap Fathurrohman pada Brilio.net.
Dengan harapan besar dan langkah penuh keberanian, Fathurrohman dan Fatchul Hidayah Clairine Yuzlar terus menggapai cita-cita besar di Sharjah.
Melalui ajang ini Indonesia tak hanya hadir untuk menunjukkan karya, tetapi juga untuk membangun jejaring yang dapat memperkuat posisi bangsa dalam dunia literasi internasional. Sebuah perjalanan yang penuh tantangan, tetapi juga penuh harapan untuk literasi Indonesia di masa depan.