1. Home
  2. »
  3. Wow!
16 Oktober 2020 11:35

Bukan sekadar kain tenun, ini 5 makna kehidupan dari selembar ulos

Pada 2018 kain ulos mendapat penghargaan dari LSM World Crafts Council (WCC).
+
foto ilustrasi: shutterstock.com

Brilio.net - Salah satu kain tradisional Indonesia yang kini mulai dilirik banyak orang selain batik adalah ulos. Kain yang secara turun-temurun dilestarikan oleh masyarakat Batak ini terkenal dengan tenunannya yang sangat khas dan indah.

Selain itu, dominasi perpaduan warna merah, hitam, dan putih menambah keindahan dan keunikan ulos. Proses pengerjaan ulos yang menggunakan alat tenun bukan mesin juga jadi nilai lebih yang membuatnya semakin berharga.

BACA JUGA :
5 Fakta lomba bikin video pariwisata untuk pelajar, yuk ikutan

Keindahan dan kekayaan nilai budaya kain ulos membuat pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan kain ulos sebagai warisan budaya tak benda pada 17 Oktober 2014. Sejak saat itu, pada tanggal yang sama setiap tahunnya selalu diperingati sebagai Hari Ulos Nasional.

Biasanya, pada saat perayaan Hari Ulos Nasional diikuti pameran ratusan ulos hasil karya penenun tradisional Batak di Lapangan Merdeka, Medan. Tak hanya diperingati tiap tahun, pada 2018 kain ulos juga menjadi sorotan dunia dan mendapat penghargaan dari LSM World Crafts Council (WCC). Kini, kain ulos sedang gencar dijadikan warisan budaya dunia melalui UNESCO. Tak mengherankan juga jika sekarang mulai banyak turis lokal maupun mancanegara mengincar kain tenun satu ini. Hanya #DiIndonesiaAja, kain ulos yang indah dan penuh makna berada.

Ya, kain ulos bukan hanya sebatas hasil kerajinan seni budaya saja, ada makna kehidupan yang terkandung di dalamnya. Penasaran? Berikut lima makna kehidupan dari selembar kain ulos seperti dirangkum brilio.net dari berbagai sumber, Jumat (16/10).

BACA JUGA :
10 Artis habiskan liburan di Kepulauan Seribu, terbaru Titi Kamal

1. Lambang kasih sayang dan persatuan.

foto ilustrasi: shutterstock.com

Kain yang awalnya digunakan untuk menghangatkan tubuh ini merupakan lambang kasih sayang dan persatuan. Memberikan ulos menjadi cara orang Batak mengungkapkan kasih sayang dan melindungi orang terkasih.

Hal ini sesuai dengan pepatah Batak yang berbunyi ijuk pangihot ni hodong, ulos pangihot ni holong, yang artinya jika ijuk adalah pengikat pelepah pada batangnya, maka ulos adalah pengikat kasih sayang antara sesama. Maka dari itu, ulos yang diberikan pun tidak boleh sembarangan, harus memperhatikan jenis dan kualitas seperti Ulos Sinagok yang tenunan, motif, serta warnanya sempurna.

Ulos juga merupakan wastra nusantara yang merepresentasikan persatuan dalam setiap tahapan kehidupan masyarakat Batak karena tidak membeda-bedakan sub-suku Batak.

2. Simbol status sosial.

foto ilustrasi: shutterstock.com

Meski terlihat serupa, kain ulos terdiri dari jenis motif beragam. Setiap jenis motif ulos memiliki makna yang berbeda. Bukan hanya jenis motif, penempatan ulos yang digunakan pun punya makna tersendiri dan dapat memperlihatkan status sosial seseorang.

Penggunaan ulos yang diselempangkan biasanya diperuntukkan bagi para raja. Motif ulos yang digunakan pun disesuaikan dengan kasta dan keturunan. Kain Ulos Sitolutuho-Bolean merupakan motif ulos yang biasanya dipakai oleh para raja atau tetua adat pada zaman dahulu. Motif yang sudah sangat langka ini menggambarkan kehidupan orang Batak yang hidup dari hasil pertanian. Mengutip dari jurnal Makna Simbolis Pada Kain Ulos Asal Batak (2020), corak kain ulos ini terinspirasi dari Tuho, sebuah alat yang sering digunakan dalam bertani. Selain itu, pemilihan warna juga bisa menunjukkan status seperti warna merah dan emas yang biasanya hanya digunakan bagi para raja dan ratu.

Terlepas dari hal itu, secara umum ada tiga cara pemakaian ulos yaitu, siabithononton (dipakai di badan), sihadanghononton (dililitkan di kepala atau bisa juga dijinjing), dan sitalitalihononton (dililit di pinggang). Ketiga aturan pemakaian ini memiliki pesan bahwa ulos harus ditempatkan di posisi yang tepat karena mengandung makna tersendiri. Seperti pada perempuan Batak yang belum menikah harus melilitkan ulos di atas dada mereka, sedangkan perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak melilitkannya di bawah dada.

3. Pemberian doa dan restu.

foto ilustrasi: shutterstock.com

Ulos sering kali digunakan masyarakat Batak saat menggelar upacara adat, seperti Mangulosi. Upacara adat dengan memberikan kain ulos sebagai hadiah kepada seseorang ini mengandung makna cukup dalam yaitu melambangkan pemberian restu, harapan, dan kebaikan dalam hidup.

Pemberian kain ulos dalam beberapa upacara adat Batak lainnya juga menjadi simbol dari penyampaian sebuah doa. Seperti saat momen pernikahan, pihak hula-hula (pengantin wanita) memberikan tiga helai ulos, dua helai untuk orang tua pengantin pria (pansamot dan pargomgom), dan satu lagi untuk menantu yang disebut ulos hela. Saat pemberian ulos, pihak hula-hula menyampaikan umpasa (pantun) dan kalimat-kalimat yang mengandung doa serta berkat (pasu-pasu).

Kemudian dilanjutkan dengan pemberian beras (boras si pir ni tondi) tepat di atas kepala atau di ubun-ubun kedua pengantin yang biasanya diiringi dengan teriakan horas sebanyak tiga kali.

Bukan hanya proses pemberiannya, pada zaman dahulu ulos juga sudah menjadi media doa dari pemberi kepada penerima. Doa itu tersirat dari setiap motif ulos yang memiliki arti tersendiri.

4. Menggambarkan lingkaran kehidupan.

foto ilustrasi: shutterstock.com

Jenis motif ulos yang beragam ternyata juga menggambarkan lingkaran kehidupan. Ulos akan selalu digunakan setiap fase kehidupan orang Batak, mulai dari kelahiran, pernikahan, hingga kematian. Bisa dikatakan, ulos merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Batak. Bahkan sejak masih dalam kandungan.

Misalnya seperti Ulos Lobu-lobu yang biasanya diberikan kepada anak perempuan yang sedang hamil agar proses melahirkan berjalan lancar. Lalu untuk momen pernikahan menggunakan Ulos Ragi Hotang untuk menjadi penguat ikatan batin kedua mempelai. Mengutip dari jurnal Makna Simbolis Pada Kain Ulos Asal Batak (2020), ulos ini memiliki corak rotan sebagai lambang dari ikatan yang kokoh dalam pernikahan. Jadi, secara tidak langsung mendoakan agar pasangan kuat dan kokoh seperti rotan dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Selain itu, ada juga Ulos Sibolang yang diberikan pada saat upacara dukacita. Masih mengutip jurnal yang sama, corak runcing menghadap ke atas pada ulos ini menyiratkan kesabaran dan kekuatan orang Batak dalam menghadapi beban hidup. Meski sedih, orang Batak akan tetap menghadapi dan terus memandang maju ke atas.

5. Tanda penghormatan kepada sesama.

foto ilustrasi: shutterstock.com

Tak hanya kepada sesama orang Batak, ulos juga bisa diberikan kepada orang asing yang tidak memiliki keturunan Batak. Pemberian kain ulos dalam situasi ini memiliki makna sebagai tanda hormat dari pemberi kepada penerima. Seperti ketua adat yang memberikan ulos kepada presiden atau menteri, maka ulos menandakan rasa hormat sekaligus ungkapan doa dan harapan.

Makna kehidupan dari selembar ulos menunjukkan bahwa produk budaya Indonesia memiliki arti mendalam. Kamu bisa menemukan banyak makna tersembunyi dari sekian banyak produk budaya yang hanya ada #DiIndonesiaAja. Semakin kamu tahu, semakin kamu bangga terhadap kekayaan negeri yang harus kita jaga agar tetap lestari.

Nah, buat kamu yang ingin mengeksplor kekayaan budaya Indonesia dan butuh referensi, jangan ragu mampir ke sini. Ada banyak informasi menarik seputar destinasi dan aktivitas seru #DiIndonesiaAja yang bisa kamu dapatkan sebelum berangkat traveling menikmati setiap sudut Indonesia.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags