Brilio.net - Terhitung sejak 16 Maret 2020 hingga sekarang, kegiatan pembelajaran tatap muka di sekolah resmi dihentikan sementara. Aktivitas pembelajaran diganti dengan School from Home (SFH), ada yang mengistilahkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), ada juga yang memakai istilah Belajar Dari Rumah (BDR).
Mau tak mau, baik guru, siswa dan orang tua harus segera beradaptasi dengan sistem belajar online. Menjadi hal baru, aktivitas ini memunculkan cerita menarik. Mulai dari siswa dan orang tua yang tidak punyai gawai dengan spesifikasi yang support aplikasi belajar online. Lalu tingkat ekonomi yang beragam terkait kemampuan dalam membeli kuota internet.
Seperti halnya dikeluhkan oleh Agus (42) warga Selomartani, Kalasan. Menurutnya, sekolah daring membuat anak-anaknya kurang fokus dalam belajar. Ia mengaku banyak distraksi selama proses belajar di rumah. Mulai dari teman di kampung yang mengajak bermain sampai kendala teknis, seperti kuota dan smartphone.
BACA JUGA :
9 Chat lucu gara-gara sekolah online ini bikin senyum tipis
"Mending sekolah, daripada harus belajar di rumah. Anak saya bukannya belajar, malah banyak mainnya. Pusing saya jadinya," keluh Agus.
Apalagi sebagai orang tua Agus harus mengurus rumah dan mencari nafkah. Terkadang, ia tak punya waktu untuk menemani anaknya belajar di rumah. Bapak tiga anak ini mempercayakan tanggung jawab belajar kepada anak-anaknya sepenuhnya. Itulah salah satu sebab mengapa belajar daring bukan solusi jitu menurut Agus.
"Kadang kalau suruh bikin video kan butuh kuota juga. HP juga. Anak saya tiga harus bergantian. Kadang ya minjam teman dulu," ujar Agus.
BACA JUGA :
Viral warung sediakan wifi & teh gratis bagi siswa belajar online
Hal serupa juga dialami oleh kaum emak-emak. Sekolah di rumah ini tak jarang membuat para emak galau. Di satu sisi dia sangat ingin anaknya memahami pelajaran dan menyelesaikan tugas sekolah. Namun di sisi lainnya, ada banyak hal yang juga menyita perhatiannya. Kondisi ini kadang membuat emak-emak galau, stres, bahkan menyulut emosi.
Hal ini seperti yang dirasakan oleh Ira (47) warga Selomartani, Kalasan. Untuk menunjang aktivitas belajar anaknya di rumah, Ira rela merogoh kocek demi memasang fasilitas wifi. Hal ini ia lakukan, supaya anak-anaknya tidak mengalami kesulitan kehabisan kuota atau kendala teknis lainnya.
"Biar lancar, nggak usah harus keluar rumah buat cari wifi gratis. Udah belajar di rumah aja. Biar saya ngawasinnya juga enak kan," ujar Ira.
Ira menambahkan, dengan adanya fasilitas yang memadai, anak-anaknya bisa fokus belajar. Semua tugasnya bisa rampung sesuai dengan instruksi gurunya. Hal inilah yang membuat Ira berpendapat bahwa belajar online di rumah bisa membuat anaknya lebih fokus dalam memahami pelajaran.
Bukan hanya kalangan orang tua yang harus 'jungkir balik' menyesuaikan diri dengan aktivitas belajar online. Para mahasiswa juga wajib menyesuaikan diri dengan belajar online. Seperti halnya Farchan (20), mahasiswa UIN Sunan kalijaga ini mengaku dilema dengan situasi pandemi seperti sekarang ini.
"Saya kecewa sama dosen. Nggak ngasih materi, tapi malah memberikan tugas dan tugasnya banyak banget. Kita memang terbiasa mengerjakan tugas untuk pengganti kelas yang tidak ada. Tapi kan ini momen dimana dosen tidak bisa hadir dan siswa tidak bisa hadir, tapi dosen memberlakukan sistem yang sama. Itu sangat disayangkan, setidaknya dosen bisa memberikan materi terlebih dahulu," ujar Farchan.
foto:istimewa
Para guru dan dosen, pastinya tak tinggal diam. Mereka berusaha semaksimal mungkin untuk menciptakan inovasi agar para murid dan mahasiswa tidak bosan.
Seperti yang dilakukan oleh seorang guru kelas 4 SDIT Luqman Al Hakim, Umbulharjo, Yogyakarta yang bernama Fathia Rizqi (27). Usaha dia agar kegiatan belajar online bisa maksimal, maka ia membuat studio mini secara sederhana dan ekonomis untuk melakukan pembuatan dan perekaman video pembelajaran jarak jauh.
Ia menggunakan dinding warna hijau untuk dapat menjadikan nya sebagai green screen. Hal ini agar video pembelajaran jarak jauh itu bisa mudah diganti background dan melakukan pengeditan melalui aplikasi mudah seperti kinemaster.
foto: YouTube/Fathia Ara
Ia mengatakan persiapan yang dilakukan Fathia menjadi seorang guru YouTuber memang sulit dan banyak sekali rintangannya. Namun ia tetap harus menjalaninya dengan semangat, agar para murid juga dapat tetap melakukan pembelajaran walaupun dengan metode online seperti ini selama masa pandemi.
"Karena saya tidak bertemu sama murid saya, sehingga saya harus melakukan pembelajaran online. Mau nggak mau saya harus nekad jadi YouTuber supaya murid saya paham dengan apa yang saya sampaikan selama pembelajaran jarak jauh," kata Fathia saat diwawancara via sambungan telepon.
Fathia menambahkan, satu hal yang harus dijaga dalam masa pandemi ini adalah anak-anak tidak kehilangan semangat sekolah di rumah. Sangat berat jika kurikulum pada masa normal diterapkan pada masa PJJ ini.
Guru bisa bertatap muka dengan murid-murid, saling menyapa dan memberikan semangat agar dapat melalui masa pandemi ini dengan baik, hal tersebut lebih penting ketimbang menjejali anak-anak dengan pelajaran berat.
"Pokoknya semua dinikin simpel, biar anak nggak stress. Untuknya nilai anak-anak nggak anjlog. Masih biasa nggak terlalu berubah, tambah Fathia.
Menurut Fathia, masa ini juga dapat dipergunakan untuk lebih memperkenalkan anak-anak pada pekerjaan rumah tangga. Mereka bisa diberi tugas membantu pekerjaan di rumah, dan orang tua memberikan nilai. Selain melatih anak-anak untuk mandiri, hal ini dapat meningkatkan kedekatan orang tua dan anak-anaknya.
Masa ini pun dapat dimanfaatkan untuk menggali potensi dan bakat anak. Saat ini pengembangan bakat diluar akademik masih sangat minim. Guru dapat memberi tugas agar anak melakukan hal yang mereka sukai. Bagi yang suka bernyanyi, diminta merekam dan mengumpulkannya ke guru.
Bagi yang suka melukis, menjahit maupun ketrampilan lainnya diminta membuat karya agar bakat mereka terasah. Pelajaran-pelajaran rumit seperti ilmu eksak bisa ditunda dan dikurangi porsinya agar anak dan orang tua tidak terlalu stres mengahdapi PJJ ini.
Fathia juga sangat mengapresiasi para guru yang semakin kreatif mencari cara agar PJJ ini nyaman. Ada guru yang membuat kanal YouTube dan mengunggah video-video pembelajaran untuk belajar di rumah.