Pendapatan yang besar tentu saja diikuti dengan biaya hidup yang mahal. Apalagi 28.000 krona itu belum dipotong pajak, yakni sebesar 6.000 krona. Sehingga total gaji bersih yang diterima Mita mencapai 22.000 krona atau setara Rp 30 juta.
Meski gajinya banyak, namun ia mengaku biaya hidup di Swedia cukup mahal. Ia pun curhat bagaimana membeli bahan makanan khas Indonesia membutuhkan biaya yang tidak murah.
BACA JUGA :
Potret rumah mewah orang Indonesia di Arab Saudi, ada kebun pisang
"Di sini biaya hidup mahal, untuk beli cabe, beras. Apalagi aku orang Indonesia, harus makan beras. Kalau aku nggak makan beras, lidahnya ini nggak enak, " jelasnya.
Di Swedia, roti terbilang murah. Namun, karena sudah terbiasa makan beras, ia tidak menjadikan roti sebagai bahan makanan pokok. "Kalau aku tiap hari makan roti dan keju, aku cepet kaya, tapi aku jadinya kurus, dan aku bisa masuk rumah sakit, " curhatnya.
BACA JUGA :
Viral pria asal Jember jadi tentara Australia, logat Jawanya kental
foto: Instagram/@ed.mseviana
Ibu dua anak ini juga bercerita bahwa untuk bisa bekerja di Swedia, pelamar setidaknya harus menguasai bahasa Swedia. Sebab mesin yang beroperasi menggunakan instruksi berbahasa Swedia, sehingga cakap berbahasa Swensk itu jadi point penting.
"Oh iya, ini salah satu persyaratan kerja di Swedia ya guys. Sebenarnya kita itu harus bisa berbahasa Swedia," tambah Mita.
Selain mendapat penghasilan yang lumayan, Mita mengaku kerja di Swedia menyenangkan karena meski pekerja sakit, pihak perusahaan tidak memotong gaji. Belum lagi waktu bekerja yang cuma 8 jam sehari, serta tiga kali istirahat