Brilio.net - Jangan nilai buku dari sampulnya. Ungkapan bijak ini tampaknya masih menjadi kalimat ampuh yang wajib dipertimbangkan setiap orang. Bukan hanya menilai orang, tapi juga sebuah desa sebagai unit yang terdiri dari orang perseorangan. Dulu terkenal sebagai kampung preman, kini Desa Kaliabu, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah berubah jadi desa yang penuh orang kreatif. Julukannya kini adalah Kampung Desain Grafis atau Kampung Pengrajin Logo.
Sebagaimana dikutip brilio.net dari berbagai sumber, Rabu (28/9), Desa Kaliabu adalah desa yang kebanyakan warganya berprofesi sebagai desainer logo. Logo yang mereka buat bukan ecek-ecek, justru kerap menang dalam kompetisi internasional yang berhadiah jutaan sampai puluhan juta, wow! Kebanyakan domain dari situs yang berisi info kompetisi itu adalah negara-negara di Eropa dan Australia. Salah satu contoh desainer yang pernah menang kompetisi internasional adalah Elin Najar Arifin, yang berhak atas hadiah senilai USD 245 atau setara Rp 3,2 juta.
BACA JUGA :
Berkat Mbah Marto, Pantai Sanglen semakin diminati wisatawan
Elin Nafar Arifin juga dikenal sebagai salah seorang perintis kampung grafis/foto: Google+ elin najar
Hebatnya, para desainer yang di Desa Kaliabu tersebut belajar otodidak dan bukan lulusan sekolah tinggi. Rata-rata mereka justru berpendidikan SMP atau SMA. Namun begitu, pendapatan bulanan mereka bisa ratusan hingga ribuan dollar Amerika Serikat, atau jutaan sampai puluhan juta. Kalau ditambah menang kompetisi, mereka bisa menumpuk pundi-pundi rupiah. Menurut penuturan Mamik, salah seorang desainer logo sekaligus guru di SMP Negeri 2 Kajoran Kabupaten Magelang, banyak warga yang berprofesi sebagai desainer logo bisa menyejahterakan keluarga, mulai dari beli motor, membangun rumah, sampai menaikkan haji orangtua dari hasil menang lomba.
BACA JUGA :
Gadis ini kalahkan 2.000 pesaing untuk bisa dilatih pemain NBA, keren!
Usut punya usut, para desainer di Desa Kaliabu ini memiliki komunitas yang mewadahi. Misalnya seperti Komunitas Rewo-rewo, komunitas para desainer yang didirikan oleh mantan supir bus malam bernama Muhammad Abdul Bar.
Muhammad Abdul Bar pun mengajak saudara dan para tetangga untuk bergabung. Dari sini, anggota Komunitas Rewo-rewo pun bertambah, yang semula segelintir orang jadi sekitar 250 orang. Selain Komunitas Rewo-rewo, sumber lain menyebutkan ada pula Salaman Designer Community yang juga mewadahi desainer-desainer logo di Desa Kaliabu. Anggotanya yang semula 150-an orang menjadi sekitar 500 orang.
Sekalipun banyak warga yang berprofesi sebagai desainer logo, desainer satu sama lain nggak pernah sikut-sikutan. Justru mereka saling membantu, semisal menyisakan hadiah lomba untuk membantu warga lain yang kesusahan atau berbagi informasi lomba desain.
Untuk up date info lomba desain, para desainer mendapatkannya dari internet. Jikalau dulu internet masih sulit di Desa Kaliabu, mereka bersyukur sejak awal 2015 Desa Kaliabu sudah semakin lancar mengakses "senjata" utama mereka bekerja tersebut.
Wah, warga Desa Kaliabu udah #BikinKerenIndonesia banget, nih. Terbukti juga bahwa akses komunikasi yang oke bikin orang makin produktif dan kreatif. Tentu aja harus ditunjang semangat dan kegigihan untuk terus produktif berkarya.
Nah, kalau kamu pengen tahu keragaman Indonesia yang udah #BikinKerenIndonesia, yuk kunjungi telkomsel.com/bikinkerenindonesia. Terima kasih untuk kamu yang juga sempat ikutan berbagi kisah inspiratif atau tentang keragaman Indonesia dalam #BikinKerenIndonesia. Jangan menyerah untuk selalu bikin bangga Indonesia, ya!