Brilio.net - Salah satu wilayah Indonesia yang terletak di sebelah Timur adalah Papua. Wilayah tersebut masuk dalam dua provinsi Republik Indonesia paling timur yakni, Provinsi Papua Barat, Papua Barat Daya, Papua Pegunungan, Papua Tengah, serta Papua Selatan.
Papua sendiri adalah sebuah pulau besar yang punya luas terbesar kedua setelah pulau Greenland yang jadi wilayah Denmark. Luasnya mencapai 785.753 km persegi. Indonesia sendiri menguasai wilayah pulau besar di bagian barat. Sementara di bagian timur, merupakan wilayah negara Papua Nugini.
BACA JUGA :
Kunjungan Jokowi ke Natuna mendapat perhatian luas media asing
Batas kedua negara ini tepat di tengah-tengah pulau. Indonesia menempati bagian kepala sampai badan, sementara Papua Nugini menempati bagian badan sampai ekor pulau yang bentuknya disebut mirip burung Cendrawasih ini.
Jika dilihat dari peta, garis perbatasan antara Indonesia dan Papua Nugini adalah garis lurus yang membelah bagian tengah pulau. Namun jika kamu lihat lebih detail, garis lurus tersebut akan sedikit melengkung di bagian bawah.
BACA JUGA :
Gerbang perbatasan Indonesia bakal megah, keren!
foto: YouTube/Mr Frestea
Apa kamu bertanya-tanya, kira-kira kenapa ya, garis perbatasan itu bisa melengkung? Padahal bisa saja perbatasan dibuat lurus tanpa perlu berbelok-belok. Ternyata, di baliknya ada cerita yang cukup menyeramkan. Penasaran? langsung simak ulasan brilio.net merangkum dari berbagai sumber pada Senin (16/1).
Sejarah Kolonisasi Pulau Papua
Pulau Papua mulai didatangi orang-orang Eropa sejak abad 16 silam. Seorang bangsawan Italia yang mengikuti pelayaran Fernando de Magelhaens ke Nusantara, pernah mencatat kedatangannya di Pulau Papua pada tahun 1521.
sejak saat itu, Pulau Papua mulai banyak didatangi oleh orang Eropa. Mereka yang rata-rata punya tujuan berdagang, kebanyakan datang ke wilayah kepala (sekarang Papua Barat) dari pulau ini yang saat itu sudah dikuasai oleh Kesultanan Ternate-Tidore.
Ketika VOC berkuasa di Nusantara, wilayah kekuasaannya pun menjamah sampai pulau Papua. Belanda sendiri mulai mengklaim wilayah Papua sebagai tanah jajahannya sejak 24 Agustus 1828.
Hal tersebut ditandai dengan dibangunnya benteng Fort Du Bus di Teluk Triton (sekarang di Kabupaten Kaimana, Papua Barat, Indonesia). Belanda kemudian menyatakan wilayah tersebut dengan nama Dutch New Guinea.
Selanjutnya pada tahun 1884, giliran Kekaisaran Jerman yang mengklaim bagian timur pulau Papua. Jerman menamakan daerah koloninya itu sebagai Deutsch New Guinea. Terakhir, pada tahun 1888 Inggris juga mendeklarasikan kekuasaanya di wilayah pantai selatan dengan nama British New Guinea.
foto: YouTube/Mr Frestea
Setelah Jerman kalah Perang Dunia I, daerah koloninya pun direbut oleh Inggris lewat negara persemakmurannya, Australia. Setelah era kolonialisme berakhir, Papua bagian barat dikuasai oleh Indonesia, sementara bagian timur berdiri sebuah negara bernama Papua Nugini.
Cerita di balik garis perbatasan yang melengkung
Awalnya, garis pembatas tersebut ternyata memang dibuat lurus. Namun pada suatu waktu, di bagian selatan perbatasan, terjadi kasus yang mengerikan yang diperbuat oleh orang-orang suku pedalaman.
Kasus tersebut adalah praktek headhunting atau perburuan kepala oleh orang-orang suku pedalaman tersebut. Banyak pihak Inggris yang menjadi korban pemenggalan kepala saat itu.
Dilansir dari kanal YouTube Mr Frestea, para ahli mempunyai teori bahwa praktek tersebut dilakukan oleh orang lokal Papua di daerah selatan untuk mencari kekuatan jiwa.
Mereka menjadikan kepala buruannya dipajang pemukiman. Mereka karena diyakini akan menghasilkan materi jiwa dan kekuatan kehidupan. Praktek tersebut cukup membuat resah pemerintah kolonial Inggris kala itu. Mereka pun merancang solusi agar pihaknya terhindar menjadi korban setiap kali berpatroli.
Pada 1893, Inggris sempat melakukan pembasmian pada suku tersebut. Namun Inggris cukup kesulitan melawan orang-orang dari suku pedalaman itu mengingat medan hutan yang sangatlah lebat dan keberadaan mereka yang sulit terdeteksi.
Selain itu, Inggris merasa tidak leluasa karena tak bisa melewati perbatasan wilayah Belanda secara ilegal. Alhasil, Inggris mengajak pihak Belanda untuk membuat kesepakatan ulang tentang perbatasan wilayah jajahan mereka.
foto: YouTube/Mr Frestea
Keduanya menyepakati perbatasan di bagian tengah akan digeser melengkung, menyesuaikan bentuk sungai Fly. Meski kesepakatan itu membuat wilayah Belanda berkurang, Inggris membuat kompensasi dengan menarik mundur garis perbatasan di bagian selatan.
Berkat kesepakatan itu, Inggris menjadi leluasa berpatroli dengan kapal menyusuri sungai Fly tanpa harus melewati perbatasan Belanda. Dengan berpatroli di atas sungai, Inggris jadi lebih mudah bermanuver melawan suku pemenggal kepala tersebut.