Brilio.net - Salah satu jurusan yang diminati oleh mahasiswa di perguruan tinggi adalah program studi pendidikan. Jurusan ini mempersiapkan para mahasiswanya untuk menjadi tenaga pendidik di lembaga formal ataupun non formal. Kelak, setelah lulus mereka akan menyandang gelar sarjana pendidikan (S.Pd).
Meskipun begitu, gelar S.Pd dinilai sudah tak laku lagi jika dipakai untuk menjadi guru, terutama ketika mengajukan formasi guru CPNS 2024. Hal ini dikonfirmasi oleh Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Nunuk Suryani. Dirinya pernah mengungkap beberapa syarat agar fresh graduate dapat mengikuti seleksi CPNS 2024.
BACA JUGA :
Jadi alat ukur penilaian siswa, kenali konsep asesmen formatif dan sumatif dalam Kurikulum Merdeka
Tak cukup hanya bermodal ijazah sarjana pendidikan, ternyata para calon guru yang ingin daftar CPNS harus mempunyai sertifikat PPG sebagai syarat agar bisa lolos menjadi pegawai negeri.
Dirjen GTK sedang menjalankan program PPG Prajabatan sebagai pintu atau syarat menjadi seorang guru, kata Nunuk dikutip dari Instagram @nunuksuryani, Selasa (10/9).
Lalu, bagaimana tanggapan para mahasiswa pendidikan melihat kenyataan ini? Apa saja kekhawatiran mereka, dan siasat mereka agar bisa tetap diterima di dunia kerja kalaupun tidak menjadi guru.
BACA JUGA :
Menggali potensi daerah 3T melalui kurikulum merdeka, kenali peluang dan tantangan
foto: Brilio.net/Fathur Rahman
Brilio.net bertemu dengan beberapa mahasiswa jurusan pendidikan yang mengungkapkan pendapatnya.
Miftahul Ilmy, mahasiswa prodi Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta, mengaku peluang menjadi guru bagi mahasiswa jurusan pendidikan sebetulnya besar. Namun ia menyesalkan kalau profesi guru tersebut hanya berhenti di status honorer.
"Sebenarnya menurutku peluang untuk jadi guru itu besar. Soalnya jurusan pendidikan biasanya ada PPL (semacam praktek mengajar) nah biasanya setelah itu dari sekolahnya langsung nawarin, tapi ya gitu mentok jadi honorer," ujarnya pada brilio.net, Selasa (10/9).
Selain itu, menurut Ilmy, gelar S.Pd yang didapatkan dari kampusnya selalu dipandang sebelah mata. Ketika situasinya gelar S.Pd tak cukup untuk menjadi guru PNS, gelar ini pun tak cukup laku ketika untuk melamar kerja di luar pendidikan.
"Kalau buat guru mungkin masih laku. Kalau untuk non guru, gelar ini dipandang sebelah mata. Nah kalaupun mau jadi guru kita semua tahu guru honorer itu gajinya cuma bisa untuk beli sosis so nice satu bungkus," lanjut Ilmy berkelakar kesal.
Ketika ditanya tentang siasatnya agar bisa tetap diterima di dunia kerja, dirinya mengaku melanjutkan kuliahnya di jenjang S2 dan memilih jurusan yang lebih murni.
"Gara-gara takut ijazahku nggak terpakai, sekarang aku kuliah S2 ngambil jurusan akuntansi murni. Biar aku bisa mendalami kelimuannya terus punya ijazah dan gelar yang nggak sekadar S.Pd, kata Ilmy pada brilio.net, Selasa (10/9).
foto: Brilio.net/Fathur Rahman
Sementara itu Meira Arta Mevia, mahasiswa Pendidikan Non Formal UNY, mengungkapkan kalau profesi guru yang cenderung masih kurang sejahtera membuat mahasiswa pendidikan sendiri jadi enggan untuk berprofesi menjadi guru.
"Jujur aku sebagai mahasiswa pendidikan sekarang jadi mikir dua kali kalau disuruh jadi guru," kata Meira kepada brilio.net, Selasa (10/9).
Ia pun menyesalkan gelar SPd hanya lakukan ketika seseorang ingin menjadi guru honorer. Jika ingin diangkat menjadi PNS, banyak persyaratan yang tak jarang harus mengocek biaya.
"Ya kalau dilihat masih laku, tapi sekarang tuh untuk jadi guru banyak yang harus dipersiapkan, dari mulai PPG, dll. Nggak bisa habis lulus jadi guru, harus keluar uang lagi, kecuali kalau guru honorer mungkin bisa langsung, tapi gajinya masya Allah mending jaga buku di event-event buku itu," kata Meira melanjutkan.
Karena kenyataan yang ada padanya, Meira pun punya siasat agar kelak setelah lulus bisa tetap bertahan di dunia kerja. Salah satunya dengan mengikuti banyak komunitas agar punya jaringan yang luas.
"Karena aku udah tahu dari awal guru nggak jamin hidupku, makanya aku kuliah ikut komunitas-komunitas lain. Alasannya simple, cari jaringan untuk nantinya bisa buat hidup ke depannya. Ya untuk saat ini aku pengen di dunia menulis atau ngga event-event di Jogja," kata Meira yang tertarik di dunia penulisan dan literasi, Selasa (10/9).
Lain lagi dengan Bayu Wibowo, mahasiswa Pendidikan Sastra Indonesia. Dirinya mengaku punya cara sendiri jika tak berhasil bekerja sesuai dengan bidangnya. Bagi Bayu, ia akan bekerja sesuai dengan bakat dan minat yang ia miliki saat ini.
"Kalau misalnya nggak kesampaian (kerja sesuai jurusan), siasatku aku mungkin kerja dari minat bakat yang aku punya aja sekarang. Aku sekarang stand up comedy. AKu akan menjadi seniman sejati sampai tua. Aku akan menjadi Sule," kata Bayu pada brilio.net, Selasa (10/9).
Nyatanya, profesi guru yang cenderung masih dipandang sebelah mata ini sebelumnya sudah mendapat pandangan sepele sejak dari jurusan pendidikan. Hal ini diakui oleh Fadia Ulfah, mahasiswi Pendidikan Kimia di UIN Yogyakarta.
Fadia mengaku, profesi guru sudah disepelekan sejak dari mahasiswa keguruannya sendiri.
"Sekarang tuh banyak guru yang udah effort ngikut pendidikan, sertifikasi,masih aja disepelein. Bahkan sejak dari mahasiswa pendidikannya udah dipandang sepele. Contohnya saya sendiri, masuk jurusan pendidikan itu masih ditanyain, 'kenapa kamu masuk jurusan pendidikan, kan masih banyak jurusan dan pilihan pekerjaan yang lebih baik," kata Fadia pada brilio.net, Selasa (10/9).
Untuk siasat untuk bertahan di dunia kerja, Fadia mengaku ingin menjadi pengusaha. Cita-cita yang ia inginkan jika setelah lulus tak bisa menjadi guru PNS.
"Kalau nggak jadi guru PNS, aku bakalan usaha aja sih. Jadi pengusaha cita-cita keduaku," tandas Fadia.