Brilio.net - Helm adalah elemen penting dan wajib dikenakan oleh seluruh pengendara motor. Tapi helm juga terkadang jadi benda yang paling dihindari oleh pengendara. Meski fungsinya untuk pengaman jika terjadi kecelakaan, tapi banyak juga yang tak mau memakai pengaman kepala ini.
Berkendara dengan mengenakan helm yang telah pengap dengan bau keringat kepala bercampur dengan bau matahari, membuat keinginan untuk berganti helm muncul. Berkeliling kota Yogya bermaksud mencari gerai helm, lalu mata tertuju pada sebuah workshop bernama Gung's Helm Retro.
Ternyata workshop yang dikelola oleh Agung Budi Triyono ini memiliki ciri khas yang sangat unik. Bukan helm dengan teknologi mutakhir masa kini, namun helm ini berkonsep retro. Helm dengan gaya jadul yang tak banyak orang-orang pakai. Meski begitu, helm retro ini banyak dicari karena tak banyak yang jual.
BACA JUGA :
Rujak Es Krim Pak Nardi, pionir rujak es krim di Jogja
foto: dok. pribadi
Ditemui di luar workshop-nya, pria 40 tahun ini menceritakan bagaimana dia merintis usahanya ini. Pria berjenggot panjang ini mulai merestorasi helm-helm bekas sejak tahun 2012 awal.
"Bermula dari saya dulu main ke rongsok, terus dapet helm-helm lama kemudian saya restorasi. Saya ganti busanya, ganti dalemannya. Dulu saya belum main cat, cuma dikompon aja kalau zaman dulu itu," ucap Agung saat ditemui brilio.net di toko jasa bikin plat yang merupakan usaha utamanya selain pengrajin helm.
Awal perkembangannya, Agung diminta untuk mengkastem helm sesuai rikuesan pelanggan. Bentuk, warna dan desain diminta oleh pembeli. Awalnya, ia tidak mengiyakan karena Agung tidak bisa membuat grafis di atas helm. Tapi teman-temannya mendukung dan mengajarkan bagaimana cara mengecat, membuat desain dan lain-lain.
Setelah lewat satu tahun, usaha Gung's Retro Helm mulai mendapatkan banyak pesanan. Pada saat itu helm model bell moto 3 yang menjadi primadona. Sempat ragu menentukan harga, tapi ternyata peminatnya tak merasa kemahalan. Ia pun melebarkan sayap bisnisnya ke beberapa media sosial seperti Facebook, Instagram dan beberapa website jual-beli.
Helm retro unik ini telah berhasil ia jual mulai dari Aceh hingga Sulawesi. Helm Gung's Retro juga telah menembus pasar internasional, yaitu Malaysia. Sempat juga ada tawaran untuk menjual ke Singapura, Filipina dan China. Namun mantan mahasiswa hukum ini masih terkendala masalah pengirimannya.
Mulai saat itu, pria yang tinggal di Badran, JT 1 nomor 968 ini mulai banyak memproduksi dengan desain-desain unik lainnya. Salah satu yang paling unik adalah helm berbentuk tabung gas 3 kg. Helm ini sempat viral di media sosial beberapa waktu yang lalu.
"Idenya ya, suatu ketika saya liat orang bawa tabung gas itu. Ini kayaknya menarik ini. Nggak sengaja aja awalnya," tutur Agung yang sambil menyelesaikan pesanan plat nomor kendaraan.
BACA JUGA :
Dulu bau dan kotor, selokan di Jogja ini berubah cantik bak di Jepang
foto: dok. pribadi
Namun sebagai kreator, Agung sangat jarang memakai helm model tabung gas ini. Ia merasa tidak cukup mental untuk memakai dan berkeliaran di jalanan. Sudah pasti akan menjadi pusat perhatian, ditertawakan pula, belum lagi kalau difoto oleh orang banyak. Pasti malu banget katanya.
Komponen-komponen helm biasanya ia dapatkan dari pasar-pasar. Di Jogja, ada yang namanya Pasar Pahing yang hanya buka setiap pahing pada kalender Jawa. Di situ banyak dijual barang-barang bekas layak pakai dengan harga murah. Pria 40 tahun ini juga membeli bahan-bahan lain di Pasar Senthir yang masih di sekitar kawasan Malioboro.
Meski helm retro ini bentuknya tak seperti kebanyakan helm standar, namun jangan takut karena helm ini tetap aman digunakan untuk berkendara. Beberapa model juga sudah sesuai Standar Nasional Indonesia alias SNI. Asal tidak digunakan untuk ugal-ugalan saja.
Meski sudah banyak peminat, Gung's Helm jarang menyediakan barang siap beli atau ready stock. Ia hanya memproduksi helm sesuai pesanan saja.
"Saya jarang punya barang yang ready gitu, jarang. Karena memang temen-temen kan mintanya request, saya minta warnanya ini, tulisannya ini, grafisnya ini," tutur Agung.
foto: dok. pribadi
Di tengah suara bising dari kendaraan yang lalu-lalang. Agung menceritakan tentang bagaimana persaingan pada usahanya ini. Dibandingkan dengan awal ia merintis usaha ini, sekarang makin banyak pengrajin-pengrajin helm retro yang muncul. Tak hanya di Jogja, tapi juga di kota-kota lainnya.
Namun, pria berambut panjang ini menyayangkan dengan persaingan yang dianggap jadi tak sehat. Demi mendapatkan pelanggan, mereka rela banting harga lebih murah. Agar bisa menjual dengan harga murah, bahan yang dipakai pun terkesan asal-asalan. Pemilik Gung's Helm Retro ini tak lantas jatuh terjebak di lubang hitam tersebut. Ia tetap mempertahankan kualitas ketimbang kuantitas.
Dibanding pesaingnya, harga di sini memang sedikit lebih mahal. Agung membanderol harga helm mulai paling murah Rp 250 ribu hingga yang paling mahal sekitar Rp 700 ribu. Namun, harga segitu sebanding dengan kualitas yang didapatkan. Awet dan tahan banting.
"Saya ingin punya satu workshop, istilahnya one stop service. Jadi beberapa usaha temen yang punya bengkel custom, yang punya bisnis aparel, yang punya usaha warung kopi itu dijadiin satu (dengan workshop miliknya)," tutur Agung ketika disinggung target untuk ke depannya.