Gejala dan penyebab hipospadia
foto: Unsplash/Artur Tumasjan
BACA JUGA :
Prototyping adalah metode pengembangan perangkat lunak, ini uraiannya
Etiologi hipospadia sangat bervariasi dan multifaktorial, namun belum ditemukan penyebab pasti dari kelainan ini. Beberapa kemungkinan dikemukakan oleh para ahli mengenai etiologi hipospadia, salah satunya adanya defek pada produksi testosteron oleh testis dan kelenjar adrenal, kegagalan konversi dari testosteron ke dihidrotestosteron, dan defisiensi reseptor androgen di penis. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa semakin besar derajat hipospadia maka semakin besar kelainan yang mendasarinya. Selain itu, terdapat beberapa hal yang diperkirakan memiliki pengaruh pada terjadinya hipospadia adalah faktor lingkungan dan genetik. Berbagai penelitian menemukan bahwa faktor keturunan keluarga berpengaruh pada terjadinya hipospadia. Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat memengaruhi terjadinya hipospadia yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Genetik
Terdapat kecenderungan familial clustering pada kasus hipospadia di mana kerabat laki-laki dengan hipospadia cenderung memiliki kelainan yang sama. Penelitian yang dilakukan oleh ahli bernama Sorensen menyatakan bahwa 28 persen dari 103 kasus hipospadia memiliki paling tidak satu anggota keluarga yang juga mengalami hipospadia.
2. Faktor Endokrin
Perkembangan genitalia eksterna laki-laki memerlukan proses yang kompleks. Terjadinya defek pada sintesis hormon androgen dapat menyebabkan terjadinya hipospadia.
BACA JUGA :
Arti random dalam bahasa gaul, ini sinonim dan contoh penerapannya
3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan memiliki kemungkinan mengganggu sistem endokrin baik laki=laki maupun wanita. Banyak studi yang menyatakan pada paparan Endocrine Disrupting Chemicals (EDC) dapat menyebabkan hipospadia karena hormon seks berperan besar dalam perkembangan genital selama masa kehamilan.
4. Faktor lainnya
Usia kehamilan ibu juga dikaitkan dengan peningkatan terjadinya kasus hipospadia. Selain itu, faktor ayah merokok dapat menyebabkan hipospadia masih menjadi perbincangan di kalangan medis.
Sedangkan gejala yang timbul pada kelainan hipospadia juga bervariasi sesuai dengan derajat kelainan. Secara umum jarang ditemukan adanya gangguan fungsi, namun cenderung berkaitan dengan masalah pada pemeriksaan fisik dan ditemukannya muara uretra pada bagian ventral penis. Biasanya, kulit bagian ventral lebih tipis bahkan tidak ada. Selain itu, bagian kulit luar menebal bahkan terkadang membentuk seperti sebuah tudung. Pada hipospadia juga sering ditemukan adanya chorda. Chorda adalah pembengkokan menuju arah ventral dari penis yang disebabkan adanya atrofi dari corpus spongiosum, fibrosis dari tunica albuginea, dan fasia di atas tunica. Keluhan yang mungkin ditimbulkan adalah adanya pancaran urin yang lemah ketika berkemih, nyeri ketika ereksi, dan gangguan dalam berhubungan seksual. Kasus hipospadia juga sering ditemukan bersamaan dengan cryptorchismus dan hernia inguinalis sehingga pemeriksaan testis sangat penting.
Cara mengatasi hipospadia
foto: Unsplash/Olga Kononenko
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang disarankan untuk penegakkan pasti diagnosis hipospadia. USG ginjal disarankan untuk mengetahui adanya anomali lainnya pada saluran kemih pada pasien hipospadia. Terapi yang digunakan untuk mengatasi kelainan hipospadia adalah dengan melakukan pembedahan. Tujuan pembedahan melalui operasi orthoplasty adalah untuk membuat uretra baru yang sesuai dengan lokasi seharusnya. Orthoplasty merupakan bagian dari koreksi chorda sehingga penis dapat tegak lurus kembali. Usia yang ideal untuk melakukan operasi hipospadia adalah pada usia 6-12 bulan. Semakin dini dilakukan operasi, maka semakin mudah perawatan pasca operasinya termasuk masalah higienitas, pemakaian kateter, kebutuhan analgesik, dan perubahan emosi pasca operasi.
Klasifikasi hipospadia
foto: unsplash.com
Kelainan hipospadia terbagi menjadi dua yaitu hipospadia berdasarkan lokasi dan berdasarkan derajatnya.
1. Hipospadia berdasarkan lokasi
Hipospadia berdasarkan lokasi menggunakan klasifikasi Duckett yang membagi hipospadia menjadi tiga lokasi yaitu anterior, coronal, dan posterior. Lokasi yang paling sering ditemukan adalah di subcoronal.
2. Hipospadia berdasarkan derajat
Beberapa ahli membagi hipospadia jenis ini menjadi tiga, yaitu Mild hypospadia yaitu muara uretra dekat dengan lokasi normal, Moderate hypospadia yaitu muara uretra berada di tengah-tengah lokasi normal, dan Severe hypospadia yaitu muara uretra berada jauh dari lokasi yang seharusnya.
Sumber: Maritska. 2015. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Volume 2 Nomor 1: Peranan CAG Repeat Gen Androgen Receptor Pada Hipospadia. Palembang: Universitas Sriwijaya.