Brilio.net - Apa yang pertama kali terlintas di benak kamu saat mendengar atau membaca kata tambang? Batu, alat berat, terik matahari, debu, dan berbagi isu negatif yang sering kamu dengar di industri Pertambangan, seperti kerusakan lingkungan, terganggunya kelestarian hutan, tumbuhan dan berbagai habitat satwa liar yang ada di dalamnya? Kalau masih berpikir begitu, bisa jadi kamu masih kurang jauh pikniknya.
Ternyata ada lho tambang yang di sekitar area penambangannya masih banyak terlihat satwa liar bebas berkeliaran. Ya, kamu bisa melihatnya di tambang Batu Hijau yang lokasinya berada di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.
BACA JUGA :
Wow, ada kebun binatang di tengah kampung
Kalau suatu saat nanti kamu berkesempatan mengunjungi tambang Batu Hijau, kamu bisa melihat sendiri aneka satwa liar keluar masuk dan bebas berkeliaran di area sekitar jalan akses tambang hingga ke lokasi pemukiman karyawan.
Monyet ekor panjang (macaca fascicularis) di jalan akses tambang
BACA JUGA :
Pria ini tantang bison berantem, hasil akhirnya bikin melongo
Salah satu jenis satwa liar yang populasinya cukup besar sehingga paling sering terlihat di area tambang adalah monyet atau kera ekor panjang (macaca fascicularis). Kamu bisa melihat golongan hewan primata ini ketika baru keluar dari kamar yang ada di camp penginapan hingga ke area Mess Hall, yaitu area makan karyawan yang juga berada di sepanjang jalan akses tambang.
Tapi jangan khawatir, jika kamu tidak mengganggu mereka, satwa liar ini pun tidak akan mengganggu. Kebutuhan makanan kera ekor panjang sangat terpenuhi dari berbagai jenis tumbuhan dan buah-buahan yang berasal dari hutan alami di sekitar lokasi tambang. Meski tampak dekat dengan manusia, terkadang kera ekor panjang juga bisa menjadi usil hingga agresif, karena itu para karyawan di tambang Batu Hijau dibekali pengetahuan untuk menghadapi kera dan diingatkan agar selalu menjaga kebersihan.
Sapi (Bos javanicus) di jalan akses tambang dan camp karyawan
Kuda (Equus caballus) di jalan akses tambang dan camp karyawan
Hewan lain yang juga akan sering kamu jumpai berlalu-lalang di area Batu Hijau adalah sapi (Bos javanicus) dan kuda (Equus caballus) karena dibiarkan hidup liar oleh pemiliknya. Dinamakan sapi dan kuda liar karena memang budaya masyarakat Sumbawa yang sengaja melepas binatang peliharaannya untuk mencari makanan sendiri. Hal ini dipercaya untuk membuat daya tahan tubuh hewan ini menjadi lebih kuat.
Saat melintas akses jalan tambang, baik sapi maupun kuda biasanya melintas dalam kelompok dan sering kali menutupi akses jalan tambang. Kalau sudah begini, para karyawan yang juga ingin melintasi jalan yang sama, wajib menurunkan kecepatan kendaraannya atau menunggu hingga sapi atau kuda ini lewat terlebih dahulu.
Ular hijau ekor merah (Trimeresuresus albolabris) di hutan alami sekitar pemukiman karyawan
Pecinta reptil pasti senang tinggal di kawasan Batu Hijau karena beberapa jenis reptil eksotis seperti biawak dan ular juga sering bermunculan. Biawak Air atau Biawak Monitor (Varanus salvator) sering terlihat melintas, terutama di daerah yang dekat dengan sungai. Tapi kamu tidak perlu khawatir karena hewan ini cenderung pemalu dan menghindari manusia.
Nah, yang perlu diwaspadai adalah berbagai jenis ular yang kebanyakan berbisa, seperti ular hijau ekor merah (Trimeresuresus albolabris) dan ular kobra (Naja sputatrix). Selain ular berbisa, ada juga ular tak berbisa namun tetap perlu diwaspadai, yaitu si penjerat ular sanca (Python reticulatus).
Ular-ular ini biasanya hidup di hutan-hutan alami dan area reklamasi di Batu Hijau. Meski perjumpaan dengan hewan berdarah dingin ini cukup jarang, pada musim tertentu mereka akan lebih aktif, terutama saat musim hujan ketika berlimpahnya makanan mereka seperti katak. Sekali lagi, kamu tidak perlu khawatir karena di tambang Batu Hijau prosedur khusus untuk menangani hewan-hewan ini sudah disiapkan tanpa harus menyakiti atau membunuh satwa-satwa liar tersebut.
Rusa (Cervus unicolor) (kiri atas), luwak (Paradoxurus hermaphroditus) (kanan atas), babi hutan (Sus scrofus) (kiri bawah), dan ayam hutan (Gallus varius) (kanan bawah) di hutan reklamasi
Bicara tentang tanggung jawab lingkungan, tambang Batu Hijau telah melakukan reklamasi atau penanaman pohon kembali di lahan yang telah selesai digunakan untuk aktivitas tambang. Di hutan reklamasi ini ada beberapa jenis satwa liar yang pernah tertangkap camera trap, seperti rusa (Cervus unicolor), luwak (Paradoxurus hermaphroditus), babi hutan (Sus scrofus), dan ayam hutan (Gallus varius).
Hutan reklamasi ini telah menjadi habitat hewan-hewan liar karena pohon yang ditanam merupakan jenis-jenis yang berasal dari hutan alami sekitar. Meski lebih banyak menghabiskan waktu di dalam hutan, terkadang satwa ini juga melintas di jalan akses tambang Batu Hijau. Jadi pengemudi yang lewat memang harus ekstra hati-hati.
Elang flores (Spizaetus floris) di hutan reklamasi Batu Hijau
Saat berkendara di sepanjang jalan akses tambang Batu Hijau, coba deh sesekali melihat ke atas langit. Kamu akan melihat burung-burung yang unik dan jika beruntung dapat melihat elang! Elang yang biasa dijumpai di Batu Hijau adalah elang bondol (Haliastur indus), elang laut (Haliaeetus leucogaster), dan si gagah elang flores (Spizaetus floris). Elang flores dikategorikan kritis (critically endangered) menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources), sehingga keberadaannya dipantau khusus oleh tim pemantauan lingkungan di Batu Hijau.
Ada 197 jenis burung yang tercatat di area sekitar tambang Batu Hijau, dan 17 jenis diantaranya yang menghuni area reklamasi tergolong dalam kategori dilindungi berdasarkan Permen LHK No P.106/2018.
Dengan banyaknya satwa yang melintas, maka rambu lalu lintas di tambang Batu Hijau pun diatur agar satwa-satwa yang lewat tidak terganggu. Dengan kecepatan maksimal 50 km/jam, para pengendara wajib memperhatikan rambu-rambu lalu lintas tersebut. Bahkan untuk mendapatkan surat izin mengemudi juga dilakukan tes khusus, termasuk pemberian materi mengenai pengetahuan alam sekitar.
Nah, semoga suatu saat nanti kamu punya kesempatan untuk berkunjung ke tambang Batu Hijau dan melihat satwa-satwa tersebut ya. Jadi, siapa bilang manusia tidak bisa hidup berdampingan dengan satwa liar?