Brilio.net - Memiliki keterbatasan fisik bukan berarti tidak dapat meraih mimpi besar dalam hidup. Hal ini dibuktikan oleh seorang pemuda inspiratif bernama Alfian Andhika Yudhistira, seorang penyandang tunanetra yang berhasil meraih gelar S2. Prestasi Alfian semakin istimewa karena ia adalah anak dari seorang tukang tambal ban, namun sukses menuntaskan pendidikan di salah satu universitas ternama di Indonesia.
Keberhasilan Alfian bukan hanya mencerminkan kerja keras dan doa tanpa henti, tetapi juga menjadi simbol semangat bagi banyak orang. Ia berhasil lulus dari Magister Kebijakan Publik Universitas Airlangga (Unair) dengan status mahasiswa tunanetra pertama di kampus tersebut. Prestasinya membuat pihak kampus merasa bangga hingga berencana untuk menjadikannya bagian dari institusi tersebut sebagai dosen.
BACA JUGA :
Suaranya memukau, ini 7 potret transformasi Putri Ariani yang hebohkan America's Got Talent
Kisah Alfian berawal dari keluarga sederhana. Lahir di tengah keluarga besar dengan lima saudara, Alfian adalah anak keempat yang memiliki keterbatasan penglihatan. Meski demikian, ia tidak pernah menyerah untuk mengejar pendidikan. Ketekunan dan tekadnya membawanya menempuh pendidikan S1 di Antropologi Unair, lulus tepat waktu dalam empat tahun, kemudian melanjutkan ke jenjang S2.
Dalam acara wisuda yang berlangsung di Airlangga Convention Center (ACC), Kampus MERR-C, prestasi Alfian menjadi sorotan. Alfian menjadi mahasiswa tunanetra pertama yang lulus dari program tersebut. Momentum ini juga menjadi kebanggaan tersendiri bagi keluarga Alfian, terutama kedua orang tuanya yang berasal dari latar belakang ekonomi sederhana.
BACA JUGA :
7 Momen Putri Ariani audisi Indonesia's Got Talent 2014, Anggun C Sasmi dibikin iri dengan suaranya
foto: TikTok/@unair_official
"Untuk kedua orang tua saya, terima kasih banyak. Saya tunanetra satu-satunya di keluarga saya, lima bersaudara. Alhamdulillah saya anak keempat dan yang pertama S2," ujar Alfian yang langsung diberi tepuk tangan oleh Rektor dan peserta wisuda lainnya, dilansir brilio.net dari TikTok @unair_official pada Senin (30/12).
Sebagai penyandang tunanetra, Alfian tidak hanya membanggakan keluarga kecilnya, tetapi juga menjadi inspirasi bagi komunitas tunanetra dan seluruh sivitas akademika Unair. Perjuangan dan konsistensi Alfian telah membuktikan bahwa keterbatasan fisik tidak menjadi hambatan untuk mencapai prestasi akademik tertinggi.
Dalam acara wisuda tersebut, Alfian mengungkapkan rasa syukurnya kepada keluarganya, khususnya kedua orang tuanya. Sebagai anak dari seorang ibu rumah tangga dan tukang tambal ban, Alfian merasa bangga menjadi bagian dari mereka. Ia juga mengungkapkan rasa syukurnya atas kesempatan yang diberikan oleh Unair.
"Ibu saya ibu rumah tangga dan bapak saya tukang tambal ban. Saya bangga menjadi bagian dari mereka," ungkap Alfian.
Dalam pidato penutupnya saat wisuda, Alfian menyampaikan harapan besar agar semua orang dapat memberikan kontribusi terbaik bagi bangsa dan negara. Ia percaya bahwa setiap individu memiliki jalan dan caranya sendiri untuk berbuat baik bagi masyarakat luas.
"Saya tidak bisa mengatakan banyak. Semoga kita semua bersama-sama menjadi insan yang excellence with morality dan bisa berbuat untuk bangsa dan negara dengan apapun yang kita miliki. Target harus sama, cara boleh berbeda," tutupnya.
foto: TikTok/@unair_official
Alfian sendiri berharap dapat menjadi dosen di universitas yang memberikannya kesempatan untuk kuliah. Ia pun mengungkapkan keinginannya tersebut kepada rektor Universitas Airlangga.
"Syukur-syukur kalau ada kesempatan jadi dosen, saya sangat mau Pak," ujar Alfian kepada Rektor Unair.
Kesempatan ini membuka harapan baru bagi Alfian untuk memberikan kontribusi lebih besar dalam dunia pendidikan. Perjuangannya hingga mencapai titik ini tidak hanya membanggakan dirinya sendiri, tetapi juga menjadi kebanggaan bagi universitas tempatnya menimba ilmu.
Pihak Universitas Airlangga pun turut memberikan apresiasi atas prestasi Alfian. Bahkan, Rektor Unair mengungkapkan kemungkinan Alfian untuk bergabung sebagai tenaga pengajar di universitas tersebut. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa kontribusi Alfian tidak hanya terbatas pada dirinya, tetapi juga untuk masyarakat luas.
"Mas Alfian, jadi kalau nanti Kemendes melepaskan Anda untuk pindah ke Unair sebagai PNS, tentu saja Unair akan dengan senang hati untuk bisa menerima Anda bergabung dengan Universitas Airlangga," ujar Rektor.
Sebagai mahasiswa tunanetra pertama di Unair, Alfian memiliki perjalanan akademik yang luar biasa. Ia meraih gelar S1 di jurusan Antropologi dengan waktu tempuh empat tahun, lalu melanjutkan studi di Magister Kebijakan Publik. Selain tekun dalam pendidikan, ia juga menunjukkan sikap rendah hati dan semangat untuk terus berkontribusi.
"Alhamdulillah, saya terima kasih sudah diberi kesempatan berkuliah di Unair dari S1 saya di Antropologi. Waktu itu, Alhamdulillah lulus tepat waktu, 4 tahun. Dan S2 lanjut di Magister Kebijakan Publik. Terima kasih, semoga dengan ilmu budaya dan kebijakan yang saya miliki ke depan saya bisa berkontribusi lebih banyak," lanjut Alfian.
Kisah mengharukan soal perjuangan Alfian ini menuai beragam komentar positif. Video ini viral, diunggah sejak Sabtu (29/12), sudah ditonton 1,5 juta kali dan menuai lebih dari 3.000 komentar.
"bisa mjd insan yg excellence with morality , " tulis akun airaaasrsvt.
"Dibalik kekurangan, banyak kelebihan juga di diri mas.Alfian.Sukses selalu... , " sebut akun liacaketart_2.
"Dibalik kekurangan, banyak kelebihan juga di diri mas.Alfian.Sukses selalu... , " tulis akun tiara.
"ketampar bgt masih mageran kuliah, sebut akun fire.