Brilio.net - Menuntut ilmu merupakan hak setiap insan. Tua maupun muda seharusnya memiliki kesempatan sama untuk menempuh pendidikan. Tidak terkecuali tukang kebun berhak juga menyandang gelar akademik.
Kisah tukang kebun bisa tempuh pendidikan tinggi nyata adanya di Afrika Selatan. Lukhanyo Mafu resmi menyandang gelar sarjana ilmu sosial di Universitas Fort Hare (UFH). Menariknya, kampus tersebut adalah tempatnya selama tujuh tahun ini bekerja sebagai tukang kebun.
BACA JUGA :
3 Orang Indonesia ini kalau berangkat kerja naik helikopter
Dalam video yang dilansir Now This News, kelulusan Lukhanyo disambut dengan tepuk tangan meriah para wisudawan lainnya. Apalagi, ia mewujudkan cita-cita lamanya pada usia 39 tahun, lebih tua dari usia rata-rata para mahasiswa S1 lainnya.
foto: Liputan6.com
BACA JUGA :
4 Manusia ini hidupnya di pohon, salah satunya suku dari Indonesia
Mimpinya bisa terwujud berkat bantuan salah seorang staf akademik UFH, Awonke Tshefu. Ia meminjamkan 200 Rand atau sekitar Rp 200 ribu untuk membayar biaya pendaftaran pada 2014.
Namun, aplikasi Lukhanyo ditolak saat itu. Ia tak menyerah, kembali mendaftar dan berhasil masuk kampus tempat kuliah Nelson Mandela dan Robert Mugabe, dua tokoh terhormat di Afrika Selatan.
"Aku menunjukkan sertifikat matrikulasiku dan mengungkapkan mimpiku untuk menjadi pekerja sosial suatu hari nanti. Dia memberiku 200 Rand dan di sinilah aku sekarang," ujar Lukhanyo kepada Dispatch.co.za.
foto: nowthisnews.com
Upah sebagai tukang kebun yang hanya sekitar USD 5 dolar per bulan hanya cukup untuk hidup sehari-hari. Beruntung, ia dibantu National Aid Financial Student Scheme untuk membiayai kuliahnya.
Perjalanan hidup Lukhanyo berliku. Selepas SMA, pada 1999, ia merantau dari sebuah desa di Gaga Skolweni, Alice, menuju Cape Town, demi memperoleh pekerjaan.
Dua tahun bergelut di kota besar, ia ditangkap polisi atas kejahatan yang hingga kini tak pernah diakuinya. Dia divonis 15 tahun penjara dan harus menjalani kehidupan sebagai narapidana di Penjara Pollsmoor, penjara yang disebut paling menakutkan di Afrika Selatan.
"Lalu aku dipindahkan ke Penjara Middledrift," ujarnya.
Pada 2011, ia dibebaskan dan memilih kembali ke kampung halamannya di Alice. Ia pun mencari pekerjaan demi membantu keluarga yang ditinggalkannya bertahun-tahun.
"Pada 2012, aku dapat pekerjaan sebagai tukang kebun di Fort Hare," sambungnya.
foto: nowthisnews.com
Seminggu sebelum Lukhanyo lulus, sang ayah meninggal dunia. Karena itu, acara wisudanya hanya dihadiri oleh adik, kakak, dan kerabatnya saja.
"Ibuku tak hadir karena masih berduka atas kematian ayahku," ujarnya.
Hingga akhir pekan lalu, ia masih sibuk menyiapkan acara pemakaman untuk ayahanda. Di sisi lain, ia berharap gelar yang berhasil diraihnya itu bisa membuka jalan untuknya membelikan rumah yang layak bagi keluarga.
"Yang aku inginkan hanyalah ibu dan saudara-saudaraku bangga padaku lewat pekerjaan layak yang bisa kudapatkan dan membangun rumah yang layak bagi mereka," ujarnya sambil berharap status mantan napi tak menghalanginya di depan nanti.