Brilio.net - Sudah tak terhitung lagi kisah inspiratif dari para pengusaha besar yang merintis dari titik nol. Bukan jalan yang mulus untuk mereka bisa di posisi seperti sekarang. Jatuh bangun, terlilit utang, sampai tertipu pun pernah dirasakan.
Namun, bukan pengusaha sukses namanya jika tidak bisa bangkit dari keterpurukan. Meski berkali-kali jatuh, mereka terus berdiri dan mengejar ketertinggalan. Hal itulah yang dilakukan oleh pebisnis bernama Ayi Sulaiman.
BACA JUGA :
Viral aksi pengusaha bagi bingkisan Maulid Nabi, isinya bikin melongo
Pernah bekerja sebagai sopir angkot, siapa sangka pria asal Bandung itu kini jadi pengusaha besar yang memiliki properti puluhan miliar rupiah. Ia pun dijuluki oleh Helmy Yahya sebagai 'Sultan Properti' karena kesuksesannya yang patut diacungi jempol.
Seperti apa kisah lengkap mantan sopir angkot yang kini jadi sultan properti itu? Berikut ini brilio.net rangkum dari YouTube Helmy Yahya Bicara, pada Selasa (26/10).
1. Anak kelima dari 11 bersaudara
BACA JUGA :
Siap go internasional, ini 5 tips yang harus dikuasai desainer lokal
foto: YouTube/Helmy Yahya Bicara
Ayi Sulaiman merupakan anak kelima dari seorang petani yang hidup sederhana bersama 11 saudaranya. Sejak kecil Ayi sudah terbiasa berdagang. Ia sudah mulai hidup mandiri dengan bekerja di tempat pamannya sejak lulus SD.
Ayi yang memiliki 7 adik merasa bertanggung jawab untuk menghidupi keluarganya. Ia pun bekerja sebagai sopir angkutan umum dengan rute Majalaya - Cicalengka. Namun menjadi sopir bukanlah tujuan akhirnya. Dia tidak ingin selalu bekerja untuk orang dan lebih memilih usaha sendiri.
Singkat cerita Ayi yang telah mengumpulkan modal, akhirnya membeli kios untuk berjualan di tempat tinggalnya. Karena keuletan itu, pada tahun 1989 ia sudah bisa memiliki 6 kios.
"Seiring berjalannya waktu berjalan, tahun 89 terus berkembang. Akhirnya naik-naik, punya kelontong, punya kios 6. Jadi jualannya dari mulai plastik, alat-alat kue, bahan pokok, grosir segala macam," katanya.
2. Bisnisnya sempat dihantam krisis hingga terlilit utang
foto: YouTube/Helmy Yahya Bicara
Jalan menuju kesuksesan tak selalu mulus, buktinya Ayi yang ketika itu bisa dibilang sudah sukses, diterjang badai krisis moneter tahun 1997. Ia harus menjual semua hartanya mulai dari rumah, mobil, hingga kios yang ditempati untuk berjualan. Dia mengaku juga memiliki utang pada bank.
"Dan udah dijual semua itu masih punya utang ke bank. dan lucunya sertifikat punya orang lagi," kenangnya.
Beruntung di pertengahan jalan Ayi bertemu dengan kawan lama yang membantunya melewati masa krisis itu. Ia pun diberi kepercayaan untuk mengembangkan bengkel miliknya dengan meminjamkan modal.
Dalam 2 tahun Ayi sukses mendulang untung dan bisa mengembalikan uang modal tersebut. Ia bahkan menjajal bisnis dibidang lain seperti menjual barang elektronik dan motor bekas lelangan. Setidaknya ada 8 showroom yang kala itu dimiliki oleh Ayi.
"Saya punya 8 showroom pak yang ini (barang elektronik), saya agen Panasonic terbesar di Bandung Timur, jadi Panasonic barangnya saya ambil, saya kreditkan lagi ke konsumen. Nah itu showroomnya sampai 8," terangnya.
3. Ditipu hingga utang miliaran rupiah
foto: YouTube/Helmy Yahya Bicara
Ayi jatuh untuk kedua kalinya. Ia tertipu hingga terlilit utang 5 miliar. Semua showroom dan barang dagangan sudah dijual dan dibagikan kepada orang lain. Kondisi sulit itu membuatnya berpikir cepat untuk mengembalikan keadaan.
Dengan modal keberanian dan sisa uang ratusan juta, ia pun mencoba bisnis properti untuk pertama kali. Ayi rajin survey ke perumahan baru untuk belajar mengelola bisnis properti.
"Saya cari orang-orang yang mau bisa nguruk, tapi dibayar belakangan. Terus saya cari (orang) yang bangun, tapi bisa dibayar belakangan," katanya. "Akhirnya beres, saya itu 8 bulan udah beres terjual semua, 40 unit (rumah)."
4. Bisnis properti perumahan elit
foto: YouTube/Helmy Yahya Bicara
Mulai dari sana, Ayi tertarik dengan dunia properti sampai sekarang. Dia pun sudah membangun properti di tahap kedua yang kini menjadi perumahan mewah bernama Duta Family Eetate di Cicalengka.
"(Di tahap kedua) 121 unit, (duitnya) 120 miliar, karena kalau berlanjut sampai tahap tiga, masih ada penjualan sekitar 160-an miliar, jadi sekitar 28 (unit) kalau jadi," ungkapnya.