1. Home
  2. ยป
  3. Wow!
14 Desember 2023 08:00

Kisah Mul dan Danang berbagi bacaan untuk anak jalanan di Malioboro, 'Kami senang lihat orang senang'

Perpustakaan sekaligus menjadi ruang interaksi semua orang khususnya dalam hal berbagi pengetahuan. Muhamad Ikhlas Alfaridzi
Perpustakaan hasil inisiasi anak jalanan

Perpustakaan hasil inisiasi anak jalanan

Brilio.net berkesempatan untuk mengunjungi perpustakaan mini ini di jalan Malioboro pada Kamis (7/12). Tepatnya di dekat halte Transjogja 2 depan Gedung Kepatihan, perpustakaan ini biasanya membuka lapaknya.

Saat itu, kami disambut oleh dua orang pelapak perpustakaan ini. Ada Danang, dan Mul, yang belakangan diketahui sebagai penjaga tetap perpustakaan yang membuka lapak hampir setiap hari.

BACA JUGA :
Mraen Mimpi menjaga semangat belajar di tengah pandemi


"Setiap hari pasti buka. Kecuali kalau cuaca tidak mendukung," ujar Danang kepada Brilio.net, Kamis (7/12).

Perpustakaan ini didirikan oleh keluarga besar Girli, sebuah komunitas anak jalanan yang aktif dalam berbagai kegiatan kesenian, dan juga literasi.

Tanpa alas tikar, kami duduk lesehan dan mulai mengobrol. Sambil sesekali mengamati kotak berisi koleksi buku, kami mulai bertanya tentang awal mula perpustakaan ini didirikan.

BACA JUGA :
15 Foto mobil perpustakaan jadul ini bukti minat baca tinggi dari dulu

"Mulanya, ya kita kumpul-kumpul tapi nggak ada kegiatan. Ya udah ngobrol-ngobrol mau ngapain nih kita. Awalnya ngumpul buat gambar-gambar dengan media seadanya. Nah, terus pas ngobrol-ngobrol lagi tiba-tiba denger ada yang punya ide mau buka perpustakaan. Yaudah jadi akhirnya," tutur Mul pada Brilio.net, Kamis (7/12).

foto: Brilio/Ikhlas Alfaridzi

Mul mengaku, kalau keinginan dia membuka perpustakaan ini terinspirasi dari kegemarannya di era dulu. Dirinya yang sejak muda sudah 'nongkrong' di Malioboro kala itu gemar menyambangi lapak-lapak jualan buku di beberapa sudut Malioboro yang kini sudah berubah menjadi lapak toko lainnya.

"Di Malioboro kan dulu banyak tuh yang jualan buku bekas. Nah, aku dulu sering main, lihat-lihat, baca-baca, kadang beli, kadang bikin kliping (koran), asyik gitu. Seneng lah pokoknya," kata Mul melanjutkan.

Mul melanjutkan, bahwa dulu ketika Malioboro masih banyak lapak buku-buku bekas, begitu banyak pengunjung yang datang untuk belanja buku, atau sekadar meminjamnya untuk dibaca di tempat. Pemandangan itulah yang tampaknya ingin kembali dihadirkan Mul melalui perpustakaan bergerak yang diinisiasi olehnya ini.

"Lihatnya aja senang. Udah begitu, dari (lapak) buku, banyak ibu-ibu nganterin anaknya buat belajar ngegambar, ada juga mahasiswa yang belanja buku, seneng gitu lihatnya. Makanya pas ada ide perpustakaan ini, langsung aja dibikin," ujarnya.

foto: Brilio/Ikhlas Alfaridzi

Sementara Danang, salah satu penjaga menyampaikan kalau Perpustakaan Bergerak Malioboro ini telah berdiri sejak sebelum pandemi. Namun, karena wabah yang menjangkit, kegiatan melapak buku-buku ini pun harus tertunda hingga aturan keramaian di ruang publik kembali melonggar.

"Sebelum pandemi itu sebetulnya sudah buka. Karena ada pandemi, kita vakum. berkerumun nggak boleh, berkumpul nggak boleh akhirnya sempat vakum selama tiga tahun," ujar Danang.

Meskipun hanya berbekal kotak kecil yang diangkut sepeda, ternyata perpustakaan ini punya ratusan koleksi buku yang siap dibaca di tempat.

Kami dipersilahkan untuk melihat buku catatan yang berisi daftar buku koleksi Perpustakaan Bergerak Girli ini. Total ada 103 buku yang terdaftar baik fiksi maupun nonfiksi dang terdiri dari berbagai genre.

Dari mulai buku-buku 'serius' macam filsafat, buku-buku novel romantis, komik, sampai buku bacaan khusus anak tersedia di perpustakaan ini. Diketahui, koleksi buku-buku ini adalah hasil donasi dari Yayasan Pustaka Bergerak, sebuah lembaga nirlaba yang menggerakkan literasi sampai ke pelosok daerah di Indonesia.

"Koleksinya ada ratusan tapi ada yang sudah tercatat dan yang belum. Nah ini daftar yang sudah tercatat," kata Mul menjelaskan sembari menyodorkan buku catatan.

Mul menambahkan setiap membuka lapak tidak semua koleksi dibawa. Perpustakaan bergerak ini mempunyai sistem menu setiap harinya.

"Jadi nggak semuanya dibawa. Ada menu setiap harinya. Tapi kalau ada yang nyari buku tertentu bisa pesan dan dibawakan besoknya. Ini karena kotak kita terbatas. Pengennya sih punya kotak buku yang lebih besar lagi biar bisa menampung lebih banyak buku," ujar Mul.

foto: Instagram/@perpus.malioboro

Ketika ditanya mengapa perpustakaan ini tetap berjalan sampai sekarang, Mul dan Danang mengaku menjalani semuanya atas dasar senang berbagi. Keduanya yang notabene menjalani kehidupannya di jalanan, punya niatan yang tulus untuk membuat perpustakaan ini sebagai ruang interaksi semua orang khususnya dalam hal berbagi pengetahuan.

"Ya dasarnya seneng, seneng lihat orang seneng. Dan semua dijalani tanpa ada paksaan," kata Danang.

"Harapannya dengan ada perpustakaan di Malioboro ini bisa jadi tempat pembelajaran, ruang interaksi pengetahuan semua orang," tandas Mul pada brilio.net, Kamis (7/12).

Buat kamu yang punya hobi membaca dengan waktu yang fleksibel, Perpustakaan Bergerak Girli Malioboro cocok untuk dikunjungi. Perpustakaan ini membuka lapaknya setiap hari di depan gedung kepatihan sejak sehabis maghrib, dan akan tutup menjelang tengah malam.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags