1. Home
  2. »
  3. Wow!
3 Oktober 2019 08:28

Kisah sukses Widodo, meraup untung dari budidaya semut kroto

Bisnis ini ternyata sangat menggiurkan namun masih dianggap sepele di Indonesia Nur Luthfiana Hardian
foto: Brilio.net/@Syamsu Dhuha

Brilio.net - Semut rangrang biasa tinggal di alam. Mereka senang membuat sarang pada pepohonan. Banyak orang kemudian mencari kroto rangrang langsung dari pohon. Kroto ialah telur semut. Kroto ini dapat dijual, biasanya untuk pakan burung atau umpan memancing. Di pasaran, daya jual beli kroto dinilai besar dan lumayan mahal. Pangsa pasarnya juga mudah dicari.

Setiap harinya kroto bisa laris manis di toko pakan burung. Itulah yang mendasari Widodo berinisiatif melakukan budidaya semut kroto. Sebab dia melihat peminat dari kroto ini sangat banyak.

"Setiap saya tanya di toko pakan burung, yang namanya pakan burung itu selalu kurang-kurang. Nggak tahu itu jangkrik, ngak tahu itu kroto, atau ulat Hong Kong, itu semua kekurangan. Artinya setiap saya tanya di tukang pangan burung, hari ini ada kroto, dua hari sudah nggak ada," kata Widodo pembudidaya semut kroto Sorolaten, Godean, ketika ditemui brilio.net beberapa waktu lalu.

--

Awal mula usaha

Pada awal 2009, ia dan istrinya terkena PHK di salah satu pabrik di Tangerang. Dia kemudian pulang ke Jogja. Bukan karena senang terhadap semut, keadaanlah yang memaksanya mencari usaha demi mendapatkan uang untuk keluarga.

Setelah satu tahun menganggur dan kebetulan istrinya hamil lagi, ia mulai mengikuti berbagai pelatihan wiraswasta. Mulai dari pelatihan ternak cacing tanah hingga belalang. Namun akhirnya ia memilih untuk lebih serius pada pelatihan ternak semut kroto.

BACA JUGA :
Uma Yum Cha, sensasi makam dimsum restoran bergaya kaki lima


foto: Brilio.net/@Ivanovich Aldino



"Sebetulnya semut ini juga kurang nyaman bagi saya dan keluarga. Karena menurut tetangga ini ternak yang aneh. Menurut saya juga nggak pas juga buat saya, kata mereka (tetangga). Cuma karena keterpaksaan, mau nggak mau harus berjuang bagaimana biar nyaman buat saya," lanjutnya.

Dari tempat pelatihan, ia membeli satu paket semut. Terdiri dari enam lusin atau satu rak dengan harga Rp 7,2 juta. Tak ayal dengan harga semahal itu membuat Widodo keberatan. Sebab saat itu ia memang sudah tak punya uang lagi. Namun ia tetap berjuang mendapatkan uang bagaimana caranya untuk modal.

Sejak memulai budidaya semut ini bagi Widodo sangatlah sulit. Alasannya karena bidang usaha semut memang bukan keahliannya. Tapi secara perlahan ia bisa mengikuti rutenya, kesulitan pun mulai bisa diatasi.

Risiko yang selama ini biasa terjadi ialah ketika semut lari dari sarang atau rak, semut pindah dari satu toples ke toples lain. Apabila pembudidaya tidak rajin membersihkan toples untuk menangkar lagi, semut bisa pergi dari sarangnya dan berpindah ke toples lain.

--

Cara ternak semut kroto

Usaha yang dilakukan Widodo ini terlihat begitu sederhana dan mudah. Ia menggunakan media toples mika bening ditaruh di rak khusus. Untuk pintu keluar masuk semut, toples dibuat satu atau dua lubang. Setiap kaki rak diberi piring kecil yang diisi minyak goreng, supaya mencegah semut kabur.

Dalam satu rak, bisa dibuat bertingkat tiga. Jarak antar tingkat sekitar 35 cm. Secara utuh tinggi rak 100 cm, lebar 40 cm dan panjang 122 cm. Setiap tingkatnya bisa ditempati 12 toples.

BACA JUGA :
Ryan Ardiansyah, sosok di balik mobil listrik Arjuna UGM

foto: Brilio.net/@Syamsu Dhuha



Widodo juga tidak terlihat sibuk setiap harinya mengurusi semutnya, ia hanya perlu mengisi ulang kalau air minum dan pakan semut habis. Minuman yang biasa ia berikan adalah air gula. Sedangkan untuk pakan biasanya Widodo memberi semutnya ulat Hong Kong. Setiap 12 toples atau sarang, satu ons ulat Hong Kong bisa cukup kurang lebih lima hari dan satu gelas air gula bisa untuk empat hari.

Kalau tidak ada ulat Hong Kong, bisa juga menggunakan serangga lain. Belalang, jangkrik, kupu-kupu dan lain sebagainya.

"Anak saya pun bisalah untuk merawat ini. Karena ini ngasih minum paling juga dua hari sekali tiga hari sekali. Ngasih pakan juga paling tiga hari sekali empat hari sekali. Jadi tidak setiap hari," kata Widodo.

Widodo menjelaskan, hal utama yang dibutuhkan untuk budidaya semut kroto adalah tersedianya tempat atau ruangan yang sekiranya pas dan tepat. Sebisa mungkin semut harus dikondisikan sesuai keadaan alam. Di ruangan itu harus ada sirkulasi udara yang cukup.

Kedua adalah membuatan media atau rak. Rak yang dibutuhkan cukup sederhana saja, tidak perlu terlalu bagus dan mewah. Terpenting bisa membuat semut nyaman dan tidak bisa lari atau keluar. Untuk rak, ia hanya menggunakan bahan dasar reng kayu, sedangkan medianya menggunakan triplek.

Ketiga, semut rangrang tidak suka bau tajam kimia. Bahan kimia ini dapat mengganggu produktivitas semut rangrang. Semakin lama produksi telur dari semut akan berkurang. Sebab itu ia gunakan minyak goreng beraroma tawar jadi isolator atau untuk mencegah semut kabur.

"Mereka (pembudidaya lain) isolatornya biasanya menggunakan oli. Kenapa oli? Asumsi mereka murah meriah. Padahal itu nanti fatal akibatnya. Karena oli itu aromanya menyengat sekali. Akibat atau dampaknya nanti, semut ini akan berkurang produksi telurnya," tutur Widodo.

Sebagai pembudidaya yang baik, ia tetap istikamah mengikuti tata caranya. Jangan sampai meleset. Yang terpenting minum dan makan selalu tercukupi dengan baik, menurut Widodo semut akan nyaman. Pasalnya walau isolator miliknya sudah terlihat kering, namun semut tetap tidak kabur.

Semut kroto ini bisa berkumpul jadi satu, lantaran terdapat ratu semut. Fungsi utama ratu semut adalah mengumpulkan massa (semut kroto). Kendati demikian, bukan berarti dalam satu toples harus ada ratu.

foto: Brilio.net/@Ivanovich Aldino



"Lha, kalau setiap toples ada ratunya, kalau saya punya seribu toples, saya harus nyari ratu di mana? Apa saya harus peluang pendaftaran ratu? Kan nggak seperti itu," ujarnya sembari terkekeh.

Sebenarnya ratu semut itu akan muncul dengan sendirinya. Akan ada setiap satu tahun sekali, yaitu pada musim gugur daun. Nanti telur semut kroto akan berbentuk besar-besar, di situlah salah satu ratu semut biasanya menetas.

Tidak perlu khawatir tentang ada tidaknya ratu semut. Tanpa ratu, kalau semutnya memang banyak pasti telur atau krotonya juga akan banyak.

"Nanti coba kita cari sarang semut yang ada di pohon. Kita potong, kita bongkar ke bawah. Ratunya ada tidak? Kalau kroto tak jamin banyak. Pertanyaannya yang dicari kroto atau ratu? Pasti kroto," pungkas Widodo.

Semut kroto setiap saat sebenarnya bisa dipanen, namun agar lebih maksimal penuh satu toples, kroto sebaiknya dipanen satu bulan sekali. Setelah penuh bebas mau dipanen atau ditangkarkan (ditetaskan kembali).

Menetasnya telur menjadi semut lagi sekitar dua minggu. Cara memanen kroto bisa dilakukan semua kalangan. Dengan menuangkan satu toples ke saringan cendol atau dawet, lalu diayak. Setelah selesai, semut bisa dikembalikan ke dalam toples lagi.

--

Pencapaian yang sudah didapatkan

Pada awalnya Widodo menjual krotonya secara door to door. Ia mendatangi satu per satu penjual pakan burung untuk menjajakan dagangannya. Hasilnya bagus, para pemilik toko langsung ingin membeli krotonya. Sejak awal, walaupun ia belum begitu paham cara jual yang efektif, tapi kroto sudah bisa laris manis.

foto: Brilio.net/@Syamsu Dhuha



Seiring berjalannya waktu, tanpa Widodo harus keluar rumah atau datang ke toko burung, pembeli sudah datang silih berganti langsung menghubunginya. Menurutnya, sekarang ini per kilo kroto bisa dijual ke petani hingga Rp 190 ribuan. Sedangkan kalau sudah sampai ke tukang pakan burung, sekilo diharga Rp 230 ribu hingga Rp 240 ribu.

Di Indonesia sendiri, kroto mungkin masih sebatas sebagai pakan burung dan umpan mancing. Berbeda dengan negara asing, di negara lain kroto bisa dijadikan menu makanan. Bisa diolah jadi pepes kroto atau sop kroto, dengan harga jual fantastis. Bisa disetarakan dengan masakan yang menggunakan sarang burung walet. Selain makanan, kroto juga bisa dijadikan bahan dasar kosmetik.

Hingga saat ini Widodo sudah merambah ke luar Indonesia, yakni Belgia, Thailand dan China. Sedangkan untuk pangsa pasar dalam negeri, Widodo sudah pernah mengirim semutnya ke semua pulau dan kota seluruh Indonesia, termasuk ke Papua.

Di awal ternak, dalam satu bulan paling banyak ia bisa menjual 3 hingga 5 kilo. Kalau untuk saat ini Widodo mengaku tidak bisa menjual kroto, karena banyak yang ingin membeli bibit untuk dibudidayakan kembali.

"Kalau satu toples ini penuh, satu toples saya jadikan dua toples. Yang satu saya jual, yang satu buat indukan lagi," papar Widodo.

foto: Brilio.net/@Ivanovich Aldino



Secara garis besar Widodo tak ingin membicarakan berapa besar omzet yang bisa ia dapatkan dari budidaya semut kroto ini. Namun ia sedikit bercerita tentang kesuksesannya. Mulai usaha dari 2009, dia didapuk menjadi pembicara pelatihan pada 2014. Pada saat itu juga ia mampu membeli kendaraan mobil. Selang satu tahun ia berhasil membeli satu mobil pick up.

Pada 2017, ia pun bisa pergi umrah bersama sang istri. Murni dari semut krotonya ini, Widodo juga mampu membeli ternak kambing hingga puluhan ekor.

"Semua bermula dari semut. Semua bermuara induknya dari semut. Hasil semut beli kambing, hasil semut beli yang lain. Semua induknya pokoknya semut. Pokoknya semut top bangetlah," tutup Widodo sambil tersenyum puas.

Selain sebagai pembudidaya semut kroto, Widodo juga membuka konsultasi ternak kroto. Tanpa dipungut biaya, ia ingin berbagi ilmu agar calon peternak pintar dan bahkan bisa menyaingi dirinya.






SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags