Brilio.net - Bangunan tinggi bercat putih dan abu-abu tersebut tampak mencolok di pinggir Jalan Ahmad Yani nomor 41, Magelang. Di antara bangunan lainnya, ruko tersebut memancarkan nuansa lawas yang khas. Bagian jendelanya lebar dengan detail dinding dari bata kasar mengesankan bangunan kokoh tersebut tak berumur muda.
Terdapat spanduk kecil bertuliskan "Mahkota Toko Roti Salon" dengan gambar mahkota bernuansa merah yang ditempelkan di jendela. Buat masyarakat Magelang, tentu nama toko roti ini cukup legendaris. Toko rotiMahkota merupakan bakery shop pertama yang berdiri di Kota Sejuta Bunga tersebut.
BACA JUGA :
Kisah Toko Roti Jakarta, berdiri di Jogja selama hampir satu abad, tak pakai pengembang instan
foto: brilio.net/Khansa Nabilah
Toko Roti Mahkota berdiri sejak 1936 dengan nama awal Bie Sing Hoo serta berdiri di kawasan pemukiman Eropa. Kini kawasan tersebut berubah menjadi area ruko dan wilayah Rindam IV Diponegoro. Saat ini, toko dikelola oleh Muljono Prodjohartono dan istri, Frieda Sumantio sebagai generasi ketiga.
BACA JUGA :
9 Resep roti kukus yang enak, lembut, dan tidak bantat
Sejarah Toko Roti Mahkota berawal dari Ambarawa
Toko Roti Mahkota berdiri sejak 88 tahun yang lalu ini pertama kali dikelola oleh kakek Muljono. Namun, sebelum berdiri di Magelang, kakek Muljono bernama Kwee Keegie, berjualan roti di Ambarawa.
"Dahulu ada di Ambarawa kemudian pindah ke sini, buka di Magelang tahun 1936," jelas Frieda kepada reporter Brilio.net beberapa waktu lalu.
Saat memasuki area toko, kesan jadul bikin kamu merasakan sensasi beli roti pada masa zaman penjajahan Belanda. Setiap sudut tokonya masih menggunakan furnitur jadul. Seperti etalase kaca dari kayu untuk memajang roti dan kue kering yang dijual. Terdapat pula meja mungil yang dapat digunakan untuk menikmati roti maupun es krim.
foto: brilio.net/Khansa Nabilah
Sejak awal berdiri pada 1936, toko ini tidak banyak perubahan. Nadia, manajer yang mengelola Toko Roti Mahkota, menjelaskan bahwa toko ini memiliki beberapa bagian ruang, yakni ruang toko dan pabrik. Sementara, sisi samping terdapat salon bernama Queen Salon. Kemudian di area belakang adalah rumah pribadi dari pemilik toko.
"Ini ada bagian yang udah diganti, bagian belakang sama depannya juga, tapi rata-rata emang bentuknya kayak gini. Ini dulu buat jual roti di depan, juga ada mejanya sendiri sama jual buah-buah buat manisan dulu," ungkap Nadia.
Resep turun temurun sejak 1936
Awal mulanya, toko ini bernama Bie Sing Hoo tetapi berganti menjadi Queen. Kemudian, pada tahun 1950-an, nama Queen berubah menjadi Mahkota. Mahkota menjadi nama toko yang digunakan hingga kini. Bukan hanya bangunan dan nama yang konsisten, roti mereka masih menggunakan resep yang sama.
Toko Roti Mahkota menjual berbagai roti dan kue kering. Beberapa produknya yang paling laris adalah roti mandarin dan roti pisangnya. Nadia menjelaskan jika produk roti dan kuenya dibuat menggunakan bahan-bahan yang premium. Maka dari itu, rasanya tetap konsisten.
"Rasanya itu konsisten, nggak pernah keras, kurang manis, atau kurang asin. Tetap lembut, tetap rasa susunya juga, kismisnya juga banyak. Kita mempertahankan rasanya karena dari resepnya pun nggak berubah. Meski harga bahan-bahannya naik kita tetap pakai," jelas Nadia.
Ada berbagai roti dan kue kering yang dijual di toko ini. Mulai dari roti tawar, roti manis, roti semir, roti mandarin, hingga yang paling favorit adalah roti pisang dengan berbagai rasa, seperti coklat, keju, dan original. Selain itu, toko ini juga menjual kue kering mulai dari lidah kucing, kastengel, dan berbagai macam lainnya.
foto: brilio.net/Khansa Nabilah
Per harinya, toko ini menyediakan 70 hingga 80 buah roti dari berbagai varian. Produksinya dimulai sejak pagi, hingga pukul 08.30 pagi roti sudah siap dijual. Dengan harga dan rasa yang konsisten, nggak heran jika Toko Roti Mahkota memiliki pelanggan tetap dan bertahan hingga sekarang.
"Kadang pelanggan ke sini sama anak cucunya dibawa. Jadi terus pada beli di sini, udah berapa generasi gitu yang pada beli," jelas Nadia.
Harga yang dipatok pun bervariasi, mulai dari Rp10 ribuan hingga harga untuk pemesanan khusus. Untuk es potongnya Rp10 ribu, sementara es krim cup Rp12 ribu saja.
Es potong jadul legendaris yang best seller
Selain roti dan kue kering, Toko Roti Mahkota memproduksi es potong yang cukup legendaris, lho. Es potong jadul ini memiliki tiga rasa, yakni coklat, moka, dan vanila. Bungkusnya pun tetap jadul menggunakan kertas aluminium foil khusus untuk makanan. Selain es potong, toko ini menyediakan es krim menggunakan cup.
Untuk mempertahankan cita rasa dan kualitas, wanita yang akrab disapa Oma ini menggunakan bahan-bahan premium untuk membuat es potong. Berbeda dari roti yang biasa dibuat oleh karyawan, khusus untuk es potong, pemilik toko yang menangani proses pembuatannya sendiri.
Di usianya yang sudah 79 tahun, Frieda masih semangat untuk mengelola Toko Roti Mahkota dan salonnya. Bahkan ia dengan senang hati membantu sang suami berjualan, salah satunya membuat es potong.
"Es krim itu biasanya yang mengelola bapak (suami), tapi bapak baru kurang sehat, ya aku wis ngewangi, nggak apa-apa," ujar Frieda.
foto: brilio.net/Khansa Nabilah
Bahan utama dari es potong yang dibuatnya adalah susu, maizena, gula, dan telur. Sementara untuk es potong dengan rasa spesial, seperti durian dan stroberi ditambah menggunakan buah segar.
"(Rasa) Cuma coklat, vanilla, sama moka. Ada yang pakai cup-cupan, cuma kalau yang cup cuma ada satu rasa. Kalau es potong memang dari dulu tiga rasa. Kadang bikin yang (rasa) durian dan stroberi juga. Cuma kan enggak pasti ya, kalau ada bahannya baru bikin," papar Nadia.
Biasanya, seminggu sekali hingga tiga kali Frieda membuat es potong untuk dijual. Stok es potong yang biasa dibuatnya bisa mencapai 300 buah.
"Es krim itu saya di rumah gini sekali bikin seminggu dua kali, tiga kali cukup. Kecuali kalau nanti high season. Paling rame kalau es krim itu hari Natal dan Imlek," ungkap Frieda.
Mencoba bangkit setelah Covid-19
Kendati sudah berdiri lama, bukan berarti Toko Roti Mahkota tidak terhindarkan dari kondisi naik turun saat berbisnis. Frieda mengaku jika Covid-19 merupakan momen yang paling menghantam bisnis keluarganya. Pada saat itu, toko roti pernah lama tidak beroperasi karena pandemi.
"Saya sempat tutup sebulan karena waktu Delta. Tutup sama sekali soalnya saya takut saat soalnya kita kan sudah sepuh, daripada nanti kalau jadi sarang penularan, jadi repot," ungkapnya.
Semenjak itu, ia masih merasakan sulitnya untuk mengembalikan usahanya seperti sedia kala. Kendati demikian, Frieda mengaku tetap merasa senang menjalani bisnis yang dikelola bersama suaminya. Buatnya, omset besar bukan jadi tujuannya merasa bahagia untuk saat ini.
"Stafnya tetap loyal dan pelanggan saya juga loyal, jadi saya happy. Kita melayani dengan suka hati. Walaupun mungkin omsetnya kecil, tapi kita tetap bisa bertahan," imbuhnya.
foto: brilio.net/Khansa Nabilah
Meski diterpa Covid-19, Toko Roti Mahkota membangun cabang di Gading Serpong, Tangerang, Banten, dengan nama Bie Sing Hoo. Berbeda dari toko di Magelang yang lebih memberikan suasana nostalgia, Bie Sing Hoo dikonsep lebih modern seperti kafe.
Untuk menu-menunya minuman hingga makananya dibuat variatif. Berbagai menu yang tersedia di Bie Sing Hoo mulai dari dessert, main course, pastry, cemilan, hingga minuman kopi kekinian tersedia. Kendati lebih modern, kafe yang dikelola oleh anak dan cucunya tersebut tetap menyediakan menu roti hingga es potong yang sudah jadi produk otentik Toko Roti Mahkota.
"Saya juga menyuplai di sana kue kering apa sama lapis Surabaya. Kalau roti-rotinya itu saya yang bikin," ujar Oma.
Jika tertarik mencicipi lembutnya kue serta segarnya es potong tiga rasa khas Bie Sing Hoo, kamu bisa mengunjunginya setiap hari Senin-Sabtu pukul 09.00 hingga 17.00 WIB.