Brilio.net - Media sosial semakin ke sini memang menjadi rutinitas masyarakat modern, tak terbatas siapa pun orang yang mengaksesnya. Sehari tanpa menyentuh media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Path dll rasanya ada yang kurang. Ya kan?
Namun semakin mudahnya masyarakat menyebarkan informasi di medsos, tak jarang malah mengandung hoax alias kabar bohong. Belum lagi makin hari makin banyak yang mengumbar kebencian kepada sesama, tak puas dengan kinerja pemerintah, dan beda preferensi agama atau politik lalu berpotensi bikin timeline medsos jadi makin nggak nyaman.
BACA JUGA :
15 Ilustrasi ironi kehidupan, awas kesindir
Nah, kalau di timeline kamu sering seliweran postingan berbau soal agama, kamu bakal senyum-senyum sendiri lihat karya visual Komik Komuk ini. Karya ini berupa komik strip yang memang terinspirasi dari fenomena masyarakat zaman sekarang, khususnya umat muslim.
Banyak netizen yang menyebut mereka dengan julukan 'Ustaz Google' atau 'Kiai Digital', karena sangat sering mengunggah hal soal agama namun sebenarnya dia tak paham betul apa yang disebarkannya. Bisa jadi orang tersebut memang tak benar-benar belajar agama dalam kesehariannya.
Tapi nih, ada juga yang memang posting soal agama tapi dia sebenarnya memang sudah paham apa yang disebarkannya itu. Tinggal kamu aja yang bisa menilainya. Kira-kira itu bener apa nggak, atau cuma gengsi harus posting soal agama aja biar dibilang pintar dan alim. Ups!
BACA JUGA :
Obrolan imajiner uang Rp 1000 dengan Rp 100 ribu ini penuh makna
Penasaran seperti apa? Cek deh, deretan komiknya di bawah ini, seperti dilansir brilio.net dari akun Facebook, Komik Komuk, Sabtu (17/6):
1. Posting soal hadis di Facebook tapi banyak yang mempertanyakannya.
2. Inilah yang sering terjadi. Meributkan soal hadis atau hukum yang berhubungan dengan agama, tapi di Facebook.
3. Jadi curiga deh.. Apa zaman sekarang orang-orang malas belajar agama langsung kepada ahlinya?
4. Padahal guru ngaji sekarang sangat banyak, meski semuanya tak bisa dijadikan rujukan untuk belajar.
5. Pendapat ini masuk akal. Ngaji yang benar seharusnya adalah langsung bertemu dengan guru dan bisa berdiskusi secara langsung. Bukannya berdiskusi di Facebook, misalnya. Dan mempertahankan preferensi yang dia ambil dari sekadar googling artikel saja.