Jikalau tadi hemat menjadi gaya hidup yang dipilih untuk diterapkan, banyak pula orang justru sedari awal menjadikan hidup hemat ini sebagai suatu keharusan. Okta misalnya, menuturkan bahwa Ia menghidupi dirinya dengan menjadi tukang parkir, berjualan kecil-kecilan di Malioboro, hingga mengajar kesenian daerah pada organisasi mahasiswa di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa di UPN Veteran Yogyakarta. Meskipun dihadapkan pada latar belakang yang kekurangan material, nyatanya Okta pun masih bisa berhemat dalam kesehariannya.
BACA JUGA :
Cara cerdas Cinta Laura cegah sikap boros, resah keluarkan uang hingga bandingkan barang mahal dan UMR
foto: brilio.net/Ardho Aflyandri (Keterangan: mengurus parkiran salah satu SMA Yogyakarta, menjadi tutor kesenian daerah)
"Ya, tiap pagi hari itu ada ngurus parkiran di sekolah SMA gitu. Sehari bisa dapat sekitar 30 ribuan. Terus juga kadang jualan kecil-kecilan, kayak air dan teh dingin di Malioboro. Baru-baru ini juga ngajar kesenian Randai gitu di buat mahasiswa UGM, lumayan lah dapat bayarannya. Tapi ya, meski uang yang didapat bisa mencukupi, tetap per hari itu pengeluaran nggak boleh lebih dari 15-20 ribu saja," ujarnya.
Untuk dapat menghemat 20 ribu itu per hari, ada cara unik yang dilakukannya. Selain memasak sendiri makanan sehari-hari, Okta juga hanya membawa uang tunai saja kemanapun pergi agar tidak keinginannya membeli barang lain di luar jumlah uang tersebut dapat diredam.
BACA JUGA :
Wanita ini tunjukkan hidup hemat biaya pengeluaran nyaris Rp 0 per bulan, emang boleh sefrugal itu?
foto: brilio.net/Ardho Aflyandri (Keterangan: Potret ketika akan mulai berjualan minuman dingin malam hari di sekitar Malioboro)
"Nggak ada download mobile banking atau bawa kartu ATM saat berkegiatan sehari-hari atau pas pergi kuliah, jadi nggak kepikiran buat narik uang. Kalau misalnya 20 ribu itu habis tapi kebutuhan sehari belum cukup, harus nahan lapar. Jadi ada mekanisme menghukum diri sendiri gitu lah, biar kuat," pungkasnya.
Sedikit mirip dengan Okta, Nadia, seorang mahasiswi semester akhir di UGM, juga berhemat dengan cara mengerjakan 3 pekerjaan sekaligus. Tak tanggung-tanggung, driver Gojek, Shopeefood, hingga menjadi tutor pelajaran fisika dan kimia dilakoninya sejak 2020 lalu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai anak rantau di Jogja sehari-hari.
foto: brilio.net/Ardho Aflyandri (Keterangan: Potret saat Nadia menjadi driver Gojek saat mengantarkan penumpang di malam hari)
"Jujur saja 3 pekerjaan ini, driver gojek, shopeefood, sama mengajar les itu memang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Jelas sulit, apalagi dengan posisi saya sebagai perempuan kan? Namun begitu, berangkat dari kondisi sekaligus diajarkan sedari dulu, alhamdulillah tetap enjoy saja meskipun lagi puyeng skripsian juga," ujarnya sambil sedikit tertawa.
Nadia mengakui, meskipun uang yang didapatkannya dari 3 pekerjaan itu bisa mencukupi, ia tidak serta merta langsung menghabiskannya. Melalui alokasi dana yang dibuat secara cermat di Excel setiap awal bulan, Nadia berhasil menekan pengeluarannya sekitar Rp 300 ribu saja untuk makan sehari-hari selama 1 bulan.
foto: brilio.net/Ardho Aflyandri (Keterangan: Potret saat Nadia memberi les privat Matematika pada salah satu murid SMA)
"Sengaja dibuat di Excel biar jelas alokasi uangnya. Biasanya sih, sekitar Rp 500 ribu sebulan itu sudah cukup buat aku. Pembagiannya gini, 300 ribu buat makan sehari-hari, dan 200 ribu lainnya untuk pengeluaran kayak bensin, pulsa, dan sebagainya. Jadinya, banyak uang yang bisa ditabung," tuturnya.
Menjalankan cara hidup yang super hemat jelas tidaklah mudah bagi banyak orang. Ada banyak tantangan, terutama nafsu, yang membuat seseorang menjadi hidup dengan gaya konsumtif tanpa disadari. Namun begitu, keempat orang di atas nyatanya bisa menjadi contoh besar bahwa menerapkan hidup hemat itu bukan berarti pelit atau tidak menikmati hidup. Yang terpenting adalah bagaimana menanamkan niat pasti sekaligus membentuk visi-misi kedepan yang ingin dicapai, sehingga hidup hemat ini bisa membawa keuntungan besar pula kedepannya.