Brilio.net - Jam menunjukkan pukul 19.00 WIB, Sabtu (26/8), sekelompok penari sudah bersiap-siap tampil di pentas penutup ArtJog2023. Sorot lampu merah sudah menyala, menandakan pentas bakal dimulai. Penonton pun sengaja berkerumun untuk menikmati seni tari dari sang maestro Sardono W Kusumo bertajuk Men Ta (Too) Way.
Jangan bayangkan pentas ini digelar di dalam ruangan. Bukan Sardono, jika tidak menyuguhkan pentas seni yang beda dari yang lain. Panggung ada di bawah pohon beringin di sisi timur Jogja National Museum, Jogja.
BACA JUGA :
Indonesia dalam mimpi dan nyata ala Paundrakarna
Begitu penari masuk, sorotan langsung pada penari yang emakai busana adat Suku Mentawai. Kayu merupakan bahan dasar pakaian kabit untuk pria. Kalung manik-manik berwarna-warni menghiasi leher. Lantas pada lengan ada dedaunan yang disebut lekkeu. Pada bagian kepala, ada luat yang dipasang beberapa helai bulu ayam atau bulun gougouk.
Demikian pula dengan para gadis yang turut membawakan tarian tampil dengan memakai sobbe bernuansa kuning dan merah dengan ikat kepala. Mereka menampilkan Turuk Uliyat Manyang, yakni tarian menyerupai burung camar. Mereka menari dengan memutari panggung dengan menghentakkan kaki seraya menggerakan tangan dengan indah dan gemulai layaknya burung camar.
foto: Brilio.net/Khansa Nabilah
BACA JUGA :
Unsur utama dalam tari adalah gerak, pahami unsur pendukungnya
Tarian diiringi dengan nyanyian berbahasa Mentawai. Sekadar informasi, setiap tarian Suku Mentawai menggambarkan kehidupan mereka di hutan dan dekat dengan alam. Pertunjukkan selanjutnya ditarikan oleh tetua Suku Mentawai, dukun atau Sikerei turut membawakan tarian Turuk Laggai. Hentakan kaki yang berirama dengan nyanyian serta tabuhan musik membuat suasana malam pertunjukan Man Ta (Too) Way terasa magis.
Lanskap panggung yang terletak di depan pohon beringin serta lampu sorot merah menambah kesan magis. Penampilan mereka menyihir penonton lewat hentakan kaki dan rapalan nyanyian yang lantang.
Penampilan menarik lainnya yang turut disuguhkan adalah Turuk Uliat Bilou yang dikenal sebagai tarian monyet. Turuk atau tarian ini mengisahkan tentang kawanan monyet yang menari gembira dan bernada riang. Dalam tarian ini, anak muda dan tetua suku Mentawai turut menarikan Uliat Bilou. "Uwiiii uwwwiiii uwiiwiwii," lantun mereka layaknya menirukan suara monyet.
foto: Brilio.net/Khansa Nabilah