Fragmen selanjutnya dibuka dengan tarian unik yang melibatkan dua penari. Lewat tubuh lenturnya, sosok penari wanita menggantungkan tubuhnya pada penari pria.
Tak berselang lama, sejumlah penari masuk ke panggung dengan menampilkan serangkaian tarian kontemporer. Mereka ini memakai busana adat Suku Mentawai yang sudah dimodifikasi dengan busana modern.
BACA JUGA :
Indonesia dalam mimpi dan nyata ala Paundrakarna
Tarian mereka lebih random dibandingkan yang ditampilkan Suku Mentawai pada fragmen pertama. Tarian mereka terinspirasi dari Suku Mentawai; sama-sama membawakan tarian dengan menggunakan irama gebrakan kaki pada kayu panggung, tetapi tanpa iringan musik. Hanya lantunan lagu tiruan suara-suara hewan menjadi pengiring tarian mereka sehingga lebih menonjol.
Keunikan lainnya adalah penggunaan properti berupa instalasi motor, tali tambang, hingga pohon beringin. Para penari mengeksplorasi properti menjadi bagian dari tarian mereka. Bahkan mereka juga turut berinteraksi dengan penonton sebagai bagian dari eksplorasinya. Dalam pertunjukkan keduanya, para penari sama-sama menonjolkan tato tubuh sebagai ekspresi tarian mereka.
foto: Brilio.net/Khansa Nabilah
BACA JUGA :
Unsur utama dalam tari adalah gerak, pahami unsur pendukungnya
Pertunjukkan yang berlangsung selama kurang lebih 1 jam 30 menit tersebut dihentikan lewat menyalanya mesin motor. Dengan menggetarkan tubuh sesuai irama mesin, hingga akhirnya Sardono mematikan motor, riuh tepuk tangan penonton pun memecah suasana magis pertunjukkan tersebut.
Men Ta (Too) Way: Merayakan Seni Rupa Tertua di Dunia merupakan bagian dari kontemplasi Sardono melihat pengetahuan masyarakat adat yang hidup menyatu dengan alam. Dalam karyanya berjudul Men Ta (Too) Way, Sardono menunjukkan pendekatan Suku Mentawai mengenai warisan budaya bukan hanya perihal personal. Melainkan refleksi atas warisan budaya, memori sosial, memori fisik, dan alam.
Suku Mentawai melihat tato sebagai bagian penting dari budaya, memiliki nilai keindahan dan simbolik bagi individu, serta bernilai sakral sebagai lambang keseimbangan alam. Tato Suku Mentawai, dari Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat sudah ada sejak 3000 tahun lalu.
Tak salah jika seni rajah tubuh Mentawai ini dianggap sebagai seni rupa tertua di dunia. Sebagai warisan budaya yang sudah berlangsung ribuan tahun, seni tato masih eksis meski banyak anak muda Mentawai mulai meninggalkan tradisi ini. Dalam pertunjukkan ini, Sardono ingin memperlihatkan bagaimana tato sudah menjadi bagian identitas Suku Mentawai meski zaman telah berubah.
Konon di Mentawai ini, 3000 tahun sebelum masehi Suku Mentawai menciptakan tato. Tadinya memang ada penelitian pertama, (ada) Turki yang menciptakan tato karena dulu dari Timur itu ketika Mongolia menjajah Eropa, kemungkinan ada banyak sekali beberapa tradisi-tradisi Timur masuk ke sana (Eropa), kata Sardono W. Kusumo saat menjadi pembicara pengantar pertunjukkan Men Ta (Too) Way pada Sabtu (26/8).
foto: Brilio.net/Khansa Nabilah