Brilio.net - Ketika bulan Ramadhan, spanduk bertuliskan selamat Ramadhan dan selamat berpuasa kerap berjejer di setiap sudut. Biasanya tulisan itu juga identik tertera gambar ketupat. Ya ketupat atau kupat nggak lepas dari bulan Ramadhan, terlebih saat momen perayaan Idul Fitri. Bahkan masyarakat Indonesia, secara umum selalu menghidangkan ketupat sebagai sajian utama Lebaran.
Tak hanya di Indonesia saja, berbagai negara di Asia Tenggara juga sering menghidangkan ketupat. Misalnya Malaysia, Singapura dan Filipina yang tentunya dihidangkan dengan cara yang berbeda. Makanan yang berupa nasi yang dipadatkan dan dimasak dengan anyaman janur kelapa ini, memang menjadi sajian khas Idul Fitri. Di Tanah Air biasanya, ketupat dihidangkan bersama opor ayam, sambal goreng ati, semur daging, dan beberapa makanan lainnya.
Nah mendekati perayaan Idul Fitri, banyak pedagang yang menjajakan anyaman ketupat dimana-mana. Tentunya harga yang ditawarkanpun cukup bervariasi. Semakin dekat Lebaran, maka harganyapun akan semakin mahal. Meski demikian banyak masyarakat tetap memborongnya.
BACA JUGA :
8 Resep krengsengan berbagai bahan, sederhana dan nikmat
Namun, pernahkah kalian bertanya-tanya, sebenarnya seperti apa sejarah ketupat? Meski kerap menjumpai makanan ini rupanya masih banyak yang belum mengetahui asal mulanya. Nah berikut brilio.net lansir dari berbagai sumber mengenai sejarah ketupat Lebaran dan filosofi di dalamnya, Rabu (13/5).
Sejarah ketupat Lebaran.
BACA JUGA :
15 Resep kue tanpa mixer dan oven, enak, sederhana, dan praktis
foto: freepik.com
Ternyata ketupat sudah ada sejak zaman Hindu-Budha. Jauh sebelum ketupat menjadi bagian tradisi Lebaran masyarakat Indonesia. Ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga pada abad ke-15 untuk menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Asimilasi budaya dan keyakinan ini akhirnya mampu menggeser kesakralan ketupat menjadi tradisi Islami.
Nah di dalam penyebarannya, Sunan Kalijaga membudayakan istilah yang dikenal dengan Bakda. Bakda sendiri memiliki arti "setelah". Ada dua buah Bakda yang dibudayakan, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.
Bakda Lebaran adalah saat Hari Raya Idul Fitri, di mana seluruh umat Islam diharamkan untuk berpuasa. Sedangkan Bakda Kupat adalah hari raya bagi orang yang melaksanakan puasa syawal selama enam hari. Biasanya, Bakda Kupat dilaksanakan satu minggu setelah Lebaran.
Ketupat atau kupat sendiri merupakan singkatan dari frasa dalam bahasa jawa "ngaku lepat" yang artinya mengakui kesalahan. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa kupat merupakan singkatan dari "laku papat" atau empat tindakan.
Tradisi sungkeman yang sering dilakukan, menjadi implementasi dari ngaku lepat bagi masyarakat Jawa. Prosesi sungkeman, dilakukan dengan bersimpuh di hadapan orang tua sambil meminta maaf atas berbagai kesalahan terdahulu. Hingga saat ini, tradisi sungkeman masih membudaya di kalangan masyarakat suku Jawa. Tradisi sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, dan meminta keikhlasan serta ampunan dari orang tua.
Sedangkan laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan lebaran. Empat tindakan tersebut adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Lebih jelasnya berikut arti masing-masing kata:
1. Lebaran memiliki makna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Kata ini berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.
2. Luberan memiliki makna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang Lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.
3. Leburan memiliki makna habis dan melebur. Maksudnya pada momen Lebaran, dosa dan kesalahan kamu akan melebur habis. Karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.
4. Laburan adalah labor atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya adalah agar manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.
Filosofi ketupat.
foto: freepik.com
1. Filosofi tentang ketupat yang pertama, mencerminkan beragam kesalahan manusia. Hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat.
2. Selanjutnya mencerminkan kesucian hati. Biasanya untuk makan ketupat, kita harus membuka anyamannya terlebih dulu. Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih, hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.
3. Ketiga mencerminkan kesempurnaan. Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.
4. Karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang Kupat Santen, kulo lepat nyuwun ngapunten (Saya salah mohon maaf).