Di Indonesia Timur, populasi Suku Bajau terbesar terdapat di pulau-pulau dan di kabupaten pesisir Sulawesi. Mereka berbicara bahasa Bajau, bahasa yang menjadi dialek dari bahasa Sama Bajau.
Bahasa tersebut dipakai juga oleh suku Bajau Pantai Barat Malaysia (Sabah) dan Sinama, Mapun, Balangingi dan Yakan di Filipina.
BACA JUGA :
Sutradara film Avatar: The Way of Water ungkap inspirasi karyanya dari Suku Bajo Indonesia, keren!
foto: wikipedia.com
Sebagian besar orang Bajau sudah mulai tinggal di rumah yang dibangun di atas panggung di perairan dangkal. Namun, ada pula beberapa beberapa kelompok Bajau adalah yang tinggal diatas perahu dan terapung diatas lautan.
BACA JUGA :
Orangtua ini hadiri wisuda anaknya dengan pakaian adat suku pedalaman
Kuat Menyelam Lama Dalam Laut
Di kehidupan nyata, orang-orang dari Suku Bajau terkenal dengan keahlian mereka menyelam dalam durasi yang lama di dasar laut. Hebatnya, mereka tak perlu menggunakan peralatan menyelam seperti tabung oksigen, sepatu kodok, dan lain sebagainya.
Dilansir dari sebuah penelitian Physiological and Genetic Adaptations to Diving in Sea Nomads, orang-orang Bajo diketahui memiliki bentuk fisik berbeda daripada orang-orang darat pada umumnya.
Mereka punya limpa (getah bening) yang lebih besar dibanding orang darat. Hal tersebut diduga karena orang-orang Bajo telah mengalami adaptasi genetik dan fisiologis lewat seleksi alam.
foto: Instagram/@denikoes
Ukuran Limpa yang lebih besar, membuat orang-orang Suku Bajau punya penampungan oksigen lebih besar. Hal itulah yang membuat mereka mampu menyelam dalam durasi 2-5 menit ke dasar laut.
Dalam film Avatar sendiri, dikisahkan orang-orang Metkayina pun tahan menyelam di kedalaman laut dalam waktu lama. Tsireya, anak dari suku Metkayina, mengajarkan Lo'ak, anak Jake dan Neytiri untuk tahan menyelam lebih lama dengan cara melambatkan denyut jantung.